Lima belas menit berlalu, namun Syahira belum juga keluar dari kamarnya. Sehingga membuat Rena gelisah. Ia takut Tuan Rinto akan kesal karena sedari tadi terus saja dibuat menunggu oleh anak tirinya sehingga akan membuatnya membatalkan pernikahan ini.
"Bu Rena! Mana Syahira? Sudah lama saya menunggu. Kenapa gadis itu tak juga keluar dari kamarnya? Anda tau, saya ini paling tidak suka untuk menunggu. Waktu saya sangat berharga. Saya sampai harus membatalkan semua janji saya dengan beberapa klien hanya demi bisa meluangkan waktu untuk Syahira. Sedari tadi saya datang, saya sudah dibuat terus menunggu oleh putrimu itu."
Benar saja, apa yang baru saja di khawatirkan oleh Rena terjadi juga. Tuan Rinto mulai kesal karena sedari tadi terus saja dibuat menunggu oleh Syahira.
"I--iya, Tuan. Sebentar, biar saya panggilkan dulu Syahira."
Rena bergegas berjalan menuju kamar Syahira untuk memanggilnya.
'Anak ini benar-benar selalu membuat masalah. Awas saja kalau sampai Tuan Rinto membatalkan pernikahan ini. Aku akan membuat perhitungan dengan anak sialan ini,' umpat Rena di dalam hatinya.
"Syahira! Sedang apa kamu di dalam, kenapa lama sekali gak ke luar juga?"
Rena berteriak tepat di depan pintu kamar Syahira yang berada di belakang dekat dapur. Tadinya kamar Syahira berada di lantai dua. Namun semenjak ayah dari Syahira meninggal, kamar gadis malang itu kemudian dipindahkan di kamar yang tadinya khusus untuk kamar asisten rumah tangga. Dan kamarnya yang dulu besar dan mewah itu sekarang ditempati oleh Cellin, anak Rena dari suami pertamanya. Semua asisten rumah tangga yang dulu bekerja di keluarga Kemal telah dipecat oleh Rena, dengan alasan menghemat pengeluaran. Dan tentu saja yang mengerjakan semua pekerjaan rumah tanga kini adalah Syahira.
"Iya, Bu. Ini sebentar lagi aku udah siap, kok," jawab Syahira dari dalam kamar dengan sedikit berteriak.
"Kamu jangan bikin Ibu emosi, Syahira! Dari tadi Tuan Rinto sudah menunggumu. Jangan sampai dia membatalkan untuk menikah dengan kamu. Ibu tidak mau itu terjadi!" seru Rena masih dari depan pintu kamar Syahira.
"Iya, Bu. Berisik banget sih, Ibu ini. Ini aku udah selesai."
Ceklek ....
Pintu kamar Syahira pun terbuka. Dan betapa terkejutnya Rena saat melihat penampilan anak tirinya itu.
"Ya ampun, Syahira! Apa yang kamu pakai itu? Kenapa kamu berpakaian seperti ini, hah? Apa kamu tidak punya baju lain selain baju jelek ini?"
Rena memindai penampilan Syahira dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Penampilan Syahira kali ini sudah seperti gadis kampung. Ia memakai rok span berwarna coklat susu dengan belahan di bagian belakangnya. Kemudian atasannya mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna dasar hitam dengan garis kotak berwarna merah. Sementara kedua rambutnya ia ikat menjadi dua. Syahira mendapatkan baju-baju itu dari lemari milik asisten rumah tangganya yang mungkin sudah tidak dipakai atau ketinggalan dan masih berada di dalam lemari.
Tak lupa ia mengoleskan sedikit balsem pada bagian lehernya. Meskipun sebenarnya Syahira sangat tidak suka dengan aroma balsem, namun kali ini ia harus kuat untuk mencium aroma balsem yang menurutnya seperti aroma nenek-nenek. Syahira sengaja berpenampilan seperti itu agar Tuan Rinto ilfeel kepada dirinya dan kapok untuk mengajak dirinya jalan keluar.
'Semoga saja dengan penampilanku seperti ini, pria tua itu ilfeel kepadaku dan membatalkan untuk menikah denganku,' batin Syahira.
"Loh, emangnya kenapa, Mi? Apa ada yang salah dengan penampilanku kali ini?" tanya Syahira pura-pura tak tau.
Rena semakin geram melihat kelakuan anak tirinya yang menurutnya semakin tidak jelas. .
"Kamu ini benar-benar ya, Syahira! Bikin Ibu stres. Sekarang ganti pakaianmu dengan yang lebih bagus lagi. Jangan pakaian pembantu kamu pakai!"
"Tapi, Bu. Kalau aku ganti baju lagi, nanti tambah lama. Kasian Tuan Rinto sudah menungguku terlalu lama. Nanti dia marah bagaimana?"
"Benar juga apa yang kamu katakan. Tapi Ibu tidak yakin jika Tuan Rinto mau jalan sama kamu yang berpenampilan seperti seorang pembantu ini. Apa kamu tidak ngaca sebelum kamu memutuskan untuk memakai baju jelek ini, Syahira? Atau jangan-jangan, kamu dengan sengaja memakai baju seperti ini agar Tuan Rinto ilfeel terhadamu, iya?"
"Sudahlah, Bu. Jangan terlalu banyak bicara. Gak baik membuat orang terlalu lama untuk menunggu."
Syahira kemudian langsung berjalan menuju ruang tamu, meninggalkan ibu tirinya yang masih kesal karena penampilan anak tirinya.
"Syahira, tunggu!" teriak Rena yang masih berdiri di depan pintu kamar Syahira. Kemudian ia segera berjalan cepat menyusul Syahira yang sudah lebih dulu menuju ruang tamu untuk menemui Tuan Rinto.
"Maaf, Tuan Rinto. Telah membuat anda lama untuk menunggu," ucap Syahira.
Saat ini gadis yang rambutnya diikat dua itu telah berdiri di ruang tamu, tepat dihadapan pria paruh baya yang sedari menunggunya cukup lama.
Tuan Rinto langsung membelalakan matanya saat melihat penampilan gadis yang ingin ia ajak kencan itu.
"Apa-apaan ini, Bu Rena?" Tuan Rinto mempertanyakan soal penampilan Syahira pada Rena yang kini sudah berdiri di belakang tubuh Syahira. Matanya menatap tajam pada wanita bertubuh sintal itu. "Mengapa Syahira berpenampilan seperti ini? Norak sekali! Seperti gadis kampung saja. Apa kamu tau, saya akan mengajak gadis ini untuk makan malam di sebuah restoran yang mewah dan juga mahal. Saya tidak mungkin membawanyanya jika penampilannya seperti gadis kampung! Saya bahkan malu untuk membawanya!" cerocosnya panjang lebar.
"Ma--maafkan saya, Tuan Rinto. Saya sudah memarahi Syahira dan menyuruhnya untuk mengganti pakaiannya. Tapi, gadis ini benar-benar tidak mendengarkan perkataan saya. Sekarang saya sendiri yang akan memakaikan baju yang pantas untuknya. Saya harap Tuan Rinto mau menunggunya lagi, sebentar saja." Rena memasang wajah menyesal, berharap Tuan Rinto yang sudah memberikan banyak uang kepada itu mau untuk menunggu Syahira berganti pakaian.
Sementara itu, Syahira terlihat santai saja. Bahkan ia merasa sangat senang karena berhasil membuat pria yang disebut Tuan Rinto itu marah dan kesal terhadap dirinya. Berharap pria yang memiliki istri lebih dari satu itu mau membatalkan rencananya untuk menikahinya.
"Tidak!" jawab Tuan Rinto dengan tegas. "Saya akan langsung membawanya saja," ucapnya dengan tegas.
Sontak Syahira langsung membulatkan matanya.
"Baiklah kalau begitu," jawab Rena dengan wajah bahagia.
"Ayo ikut saya, Syahira. Saya akan membuat kamu bahagia malam ini," seru Tuan Rinto. Ia menarik tangan Syahira melangkah menuju mobilnya.
Syahira ingin berontak, namun tatapan mata Rena membuat nyalinya menciut.
"Jangan melawan!" desis Rena.******
Senyum mengembang di wajah wanita itu begitu melihat Syahira dan Tuan Rinto memasuki mobil."Hati-hati di jalan, Tuan Rinto!" seru Rena, saat mereka sudah memasuki mobil.
Ia tampak tak peduli pada anak tirinya yang ingin menangis.
"Ya, Tuhan. Aku harus melakukan apa?" lirih Syahira.Akhirnya Syahira masuk ke dalam mobil mewah milik Tuan Rinto. Jantungnya berdetak sangat cepat. Ia merasa sangat ketakutan. 'Ya ampun, gimana ini? Sebenarnya Tuan Rinto mau bawa aku kemana? Kenapa dia gak ilfeel, sih, liat penampilan aku kayak gini?' Syahira bermonolog. Supir pribadi Tuan Rinto segera menyalakan mobil dan melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan pekarangan rumah keluarga Kemal. Tuan Rinto terus saja memperhatikan wajah Syahira yang duduk berada di sampingnya. "Meskipun penampilanmu seperti ini, ternyata kamu tetap terlihat cantik. Hanya saja baju yang kamu pakai itu benar-benar seperti gadis kampung!" Syahira mendelik, menatap tajam ke arah Tuan Rinto. "Sebenarnya Tuan mau bawa saya kemana?" tanyanya memberanikan diri. "Sebaiknya kamu tidak banyak bertanya, Syahira. Ikuti saja perintah saya. Karena saya sudah mengeluarkan banyak uang pada ibumu untuk bisa membawamu." Perkataan yang keluar dari mulut Tuan Rinto membuat Syahira bergidik ngeri. Dirinya m
Sontak Syahira langsung mendongakkan wajahnya, menatap tajam wajah Luna. Ia sama sekali tak terima jika dirinya dituduh sebagai wanita panggilan. Karena, ia tak seperti apa yang dituduhkan oleh atasannya. "Maaf, Bu Luna. Aku bukan wanita seperti itu!" sanggah Syahira. "Oh, ya? Lalu, apa namanya jika bukan wanita panggilan, hah? Datang ke hotel bersama dengan seorang pria beristri, bahkan, lihat, tanganmu saja digandeng seperti itu oleh Tuan Rinto," ucap Rena dengan suara yang cukup keras, sehingga membuat beberapa pengunjung yang berada di hotel itu menatap ke arah Syahira. Sepertinya, Rena memang sengaja melakukan hal itu untuk mempermalukan Syahira. "Aku ...." Tuan Rinto langsung memotong perkataan Syahira. "Ini bukan urusanmu, Luna. Jadi, kamu tidak perlu capek-capek untuk mengurusi Syahira!" tegasnya. "Ayo kita naik, Syahira!" Tuan Rinto kembali menarik tangan Syahira untuk segera pergi meninggalkan Luna dan langsung memasuki lift. "Iiiihh ... siapa juga yang mau menguru
"Ikut aku sekarang!" Samuel menarik tangan Syahira, mengajaknya untuk meninggalkan hotel tersebut. Tentu saja Syahira sangat shock, karena tiba-tiba Samuel datang. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, Samuel melepaskan jasnya, kemudian memakaikan pada Syahira. Menutupi bagian pundaknya yang terbuka. Syahira tersenyum tipis. Setidaknya kali ini ia bisa selamat karena Samuel datang di waktu yang tepat. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti karena ternyata Tuan Rinto juga menarik sebelah tangan Syahira."Tunggu! Siapa kamu, berani-beraninya membawa calon istriku?" tanya Tuan Rinto dengan amarah yang sangat jelas terlihat di wajahnya.Samuel langsung menoleh, menatap tajam pada pria yang telah mengakui Syahira sebagai calon istrinya. Sementara itu, Luna membulatkan kedua matanya. Menatap sinis pada Syahira dan Samuel bergantian. Ia tak menyangka jika ternyata laki-laki yang dicintainya itu justru malah merelakan jasnya untuk menutupi bagian tubuh gadis yang sangat ia benci. Karena yang a
"A--apa yang akan Tuan lakukan? Bukankah Tuan hanya akan mengajak saya untuk makan malam?" tanya Syahira dengan gugup. Karena saat di rumahnya tadi, Tuan Rinto meminta ijin kepada ibu tirinya untuk mengajaknya makan malam. Namun ternyata saat ini pria paruh baya yang ada dihadapannya terlihat seperti seekor binatang buas yang siap akan menerkam mangsanya. Tuan Rinto tersenyum menyeringai. "Awalnya memang begitu. Tapi saya berubah pikiran setelah melihatmu memakai gaun seksi itu. Terlebih tadi, saat ada laki-laki yang ingin membawamu. Pernikahan kita akan dipercepat. Mulai malam ini, kamu akan menjadi milik saya. Setelah ini, kita akan menikah besok pagi.""A--apa? Besok?" Syahira sangat terkejut mendengar perkataan Tuan Rinto. "Iya. Dan saya tidak menerima penolakan!" jawab Tuan Rinto dengan tegas. Seolah tau jika Syahira pasti tidak akan menerima keputusannya yang mendadak ini. Syahira menggelengkan kepalanya. Ia tak sanggup membayangkan jika sebentar lagi diriny
"Kurang ajar!" murka Tuan Rinto. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras. Pria yang sedang dikuasai oleh hawa nafsu itu terlihat sangat marah. Matanya menatap tajam pada laki-laki yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya. Laki-laki yang ingin menyelamatkan Syahira itu ternyata adalah Samuel."Kamu lagi! Siapa kamu berani-beraninya masuk ke kamar ini, hah?" bentak Tuan Rinto.Samuel berjalan mendekati Syahira yang sedang terduduk di tepi ranjang. Penampilannya sungguh memprihatinkan. Terlihat sekali dari wajahnya, jika gadis itu sedang sangat ketakutan. Samuel segera melepaskan jasnya dan langsung dipakaikan pada Syahira. "Jangan sentuh gadis itu! Dia milikku!" bentak Tuan Rinto saat Samuel akan membantu Syahira untuk berdiri. Namun Samuel tak mengindahkan bentakan dari Tuan Rinto. Ia langsung merangkul pundak Syahira dan membawanya keluar dari kamar tersebut. Sementara itu, Tuan Rinto tak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia tak mungkin menyusul Syahira yang sudah dibaw
"Bercandanya gak lucu, Pak," dengus Syahira kesal. Tiba-tiba Samuel menepikan mobilnya. "Loh, kok berhenti di sini, Pak? Rumah saya kan, masih jauh," protes Syahira. Kedua netranya menatap ke luar jendela kaca mobil tersebut Samuel menatap wajah Syahira lekat-lekat. Malam ini Syahira terlihat sangat cantik meskipun rambutnya sedikit berantakan. Apalagi saat ini Syahira hanya menggunakan gaun yang cukup seksi. Meskipun bagian atas tubuhnya ditutupi oleh jas milik Samuel, tapi pahanya yang mulus dan putih terekspos dengan sempurna. Sebagai laki-laki normal, tentu saja naluri kelelakiannya bangkit saat melihat pemandangan yang begitu indah di depan matanya. Samuel mencondongkan tubuhnya lebih dekat lagi dengan Syahira. "Pp--pak, apa yang akan Ba--bapak lakukan?" tanya Syahira dengan gugup. Jantungnya berdetak sangat cepat. Bagaimana tidak Syahira merasakan gugup yang luar biasa. Karena dengan tiba-tiba, tubuh Samuel mendekati Syahira. Sampai-sampai aroma parfumnya tercium hingga men
"Maafkan, atas kejadian hari ini, Tuan Rinto. Saya harap anda tidak membatalkan rencana untuk menikahi Syahira." Dari suaranya, jelas terdengar jika Rena sangat khawatir. Takut Tuan Rinto tak jadi menikahi anak tirinya. Jika itu terjadi, hilang sudah tambang emasnya."Oke. Kali ini saya maafkan. Besok malam dandani gadis itu secantik dan seseksi mungkin. Saya akan membawanya untuk berkencan! Dan saya tidak mau kejadian seperti hari ini terulang kembali. Paham!" "Baik, Tuan. Saya akan melakukannya untuk anda. Terimakasih karena sudah mau memaafkan kami."Tuan Rinto segera mengakhiri panggilan teleponnya."Bener-bener kamu, Syahira! Awas aja kamu, aku akan memberi hukuman untukmu karena telah membuat Tuan Rinto kecewa!" Rena bermonolog. Rena terlihat sangat marah. Wanita itu benar-benar murka pada Syahira. "Siapa laki-laki yang sudah berani membawa kabur anak kampungan itu?" geramnya. 'Aduh, ibu pasti marah besar. Gimana caranya agar aku bisa masuk ke k
"Kalau Syahira menikah dengan Tuan Rinto yang kaya raya itu, kita juga bakal kecipratan hartanya, Cellin. Apa kamu tau, Bahkan pria tua kaya raya itu menjanjikan Ibu akan memberikan satu villa mewah yang ada di puncak Bogor miliknya," tutur Rena dengan bersemangat."Serius, Bu?" "Iya. Maka dari itu, Ibu harus membujuk Syahira agar mau menikah dengan Tuan Rinto. Bagaimanapun caranya.""Kalau Syahira tetap gak mau gimana, Bu? Kenapa gak Ibu aja yang nikah sama Tuan Rinto? Kalau dilihat dari umur, kayaknya cocok sama Ibu," celetuk Cellin. "Cih, ogah banget Ibu nikah sama pria yang kayak ikan buntel itu. Ibu itu lebih suka sama pria yang tubuhnya atletis, proporsional gak kaya Tuan Rinto," jawab Rena. "Tapi kan kaya raya, Bu. Yang penting hartanya berlimpah. Kalau Syahira tetap gak mau gimana?" tanya Cellin lagi. "Pasti mau. Udah ah, gak usah bahas masalah itu dulu. Mami juga lapar.""Ya udah, kalau gitu suruh Syahira buat nyiapin makan malam untuk kita." Cellin memberi usul. "Ibu la