Di saat sedang merasakan makanan yang tersedia di atas meja, Kiara melirik sekilas pada El yang duduk berada di depan nya dengan santai ia menikmati makanannya.
Tersadar Kiara dari tadi meliriknya terus walau sekilas El pun tersenyum, "Kenapa kamu melirik saya terus jika mau lihat, lihat saja, saya tidak akan keberatan kok, saya sadar jika wajah saya begitu tampan." Ucapnya bangga tanpa berhenti menyantap makanan nya.
Uhuk Kiara terbatuk-batuk mendengar ucapan El itu dengan pedenya ia mengatakan seperti itu dan Kiara pun malu ternyata ia ketahuan melirik pada El.
El pun dengan sigap memberikan air minum yang ia punya pada gadis itu, "Kalau makan pelan-pelan santai saja jangan buru-buru, tenang saya masih memiliki banyak waktu." Ucapnya tersenyum tipis seperti menggoda.
Kiara hanya diam saja tidak menanggapi nya setelah ia minum air pemberian tuan El itu, memalingkan pandangannya ke arah luar cafe yang cukup bisa menghibur, namun bukan hiburan yang ia
"Kiara tunggu!" panggil El pada Kiara Kiara tidak memperdulikan panggilan El itu, ia terus berlari sakit hati plus malu yang kini ia rasakan, di pikiran nya saat ini adalah menjauh dan mencari tempat yang bisa membuat nya tenang. El yang melihat Kiara tidak mendengar panggilan nya ia langsung mengejar gadis itu, El membuntuti kemana gadis itu pergi ia khawatir terjadi apa-apa padanya. Masalah Amanda tunangan nya ia tak peduli pada perempuan itu. Kiara naik angkutan umum, menahan air matanya supaya tidak jatuh, banyak orang yang memperhatikan nya. Satu tujuan saat ini adalah pergi menenangkan dulu hati dan perasaan nya saat ini tak ingin pulang ia pun pergi menuju taman dimana banyak keramaian yang bisa membuat nya sedikit terhibur. El terus mengikuti Kiara dari belakang tanpa sepengetahuan gadis itu, ia memberikan waktu pada gadis itu, El takut jika ia langsung menemui nya, gadis itu akan membencinya dan menjauh dari nya. Setelah lama di taman
Hari-hari telah di lewati Kiara tanpa pekerjaan yang biasa ia kerjakan, semua sudah ia ceritakan kepada ibu dan ayahnya, mereka pun mengerti ya walaupun kedua orang tuanya tidak terima dengan alasan anaknya di pecat karena masalah seperti itu, tapi mau bagaimana lagi mereka tidak mau memperpanjang masalah dengan sebuah masalah. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan Kiara masih belum mendapatkan pekerjaan walaupun ia sudah melamar kemana-mana tapi belum ada yang memanggil nya untuk bekerja. Kuliah yang Kiara jalani masih ia jalani karena orang tuanya bilang sangat sayang jika Kiara harus berhenti kuliah. Kiara pun menuruti perkataan ibu dan ayahnya untuk terus kuliah walaupun biaya sekarang menggunakan uang ayahnya sementara, berebutan dengan biaya sekolah sang adik. Kiara pun berjanji akan mengganti uang orang tua nya nanti setelah ia bekerja. Karena Kiara berniat dari awal ingin membiayai kuliahnya sendiri. "Sore Kiara..." Sapa Wina salah satu sahabat
Di perusahaan El, ia masih sibuk seperti biasanya dengan segala pekerjaan yang tak pernah selesai, ia begitu fokus dengan berbagai laporan yang diterima nya. Tok... tok... tok suara ketukan pintu membuat El menatap pintu sejenak. "Masuk!" Seno masuk keruangan tuannya. "Permisi tuan maaf saya mengganggu anda, ini ada laporan dari pak Dito orang suruhan anda untuk mengikuti nona Kiara." Memberikan sebuah amplop coklat yang ia terima untuk tuan El. "Kiara?" Dengan senyum dan semangat El meraih amplop itu lalu membuka nya. Senyuman El semakin mengembang ketika ia melihat sebuah foto Kiara yang sedang berada di kampus lalu El pun terus membuka foto lainnya, sekilas El mengerutkan kening nya ketika ia melihat foto Kiara saat ia berjualan minuman nya. "Kiara jual minuman?" tanya El penuh selidik. "Coba kamu ceritakan bagaimana kehidupan Kiara setelah kejadian pertengkaran dengan Amanda." Pintanya. "Begini tuan, saat kejadian antara nona Amand
"Tapi berkah untuk saya mas." Lanjut Kiara seraya memasukkan handphone itu ke dalam saku nya. "Berkah bagaimana maksudnya?" El sedikit senang saat Kiara sudah memasukkan handphone itu ke saku nya dan berbicara kepada El. "Kalau cerah dan terik matahari panas seperti ini, suka banyak yang beli mas karena haus dan butuh kesegaran." Terang Kiara membuat El mengerti. "Oh... Sudah lama jualan minuman ini?" El berpura-pura tidak tahu, padahal ia tahu sekali. "Lumayan lama. Ada setahun lah." Jawab Kiara dan El mengangguk. "Hasilnya bagaimana? Apa untungnya besar?" El pun ingin tahu karena masalah ini El tidak tahu sama sekali.
"Kamu kenal dengan anak itu?" Tanya El melihat Kiara memberikan minuman itu secara gratis. "Tidak, mereka hanya anak-anak yang bermain bola, melewati jalanan ini saja, itu yang saya tahu." Sahut Kiara dengan santai. "Kenapa kamu memberi minuman secara gratis pada anak itu, kamu pasti akan rugi." El pun mencoba membuat Kiara menyesal dengan perbuatannya. "Memang jika memberi harus pilih-pilih? Saya yakin Tuhan akan mengganti nya dengan lebih dari itu. Lagi pula saya kasihan lihat anak itu, saya jadi ingat Ade saya ketika dia masih kecil dulu." Terang Kiara seraya menatap pada anak kecil itu dengan sendu. "Sebentar ya mas." Ucap Kiara tiba-tiba seraya berdiri dengan tatapan ke depan penuh dengan amarah dan kekesalan di wajahnya, melangkah
Kiara melepaskan pencuri itu. "Jika bapak membutuhkan uang, kerja keras pak jangan mengambil hak orang seperti itu, kita juga sama-sama membutuhkan uang." Kiara pun menasehati bapak itu, ntah dia terima atau tidak. "Maaf juga karena saya tadi menyakiti bapak, karena ulah bapak sendiri." Lanjutnya dengan pergi meninggalkan pencuri itu yang tengah di teriaki oleh orang-orang di sana. El menjadi seperti orang bodoh karena diam saja saat menyaksikan bagaimana Kiara dengan beraninya menangkap pencuri itu tanpa apapun yang ia pegang. Mungkin saking terkejutnya dengan perbuatan-perbuatan Kiara yang ia perlihatkan kepada El.
"Ini." Kiara yang terlebih dahulu memutus tatapan mata mereka dengan menyerahkan uang yang ia pegang. Namun El diam saja tanpa mau menerima nya, dengan begitu Kiara menarik tangan El dengan lembut dan menaruh uang itu di telapak tangan El. El terdiam menatap ke arah tangannya yang di genggam Kiara itu membuat El berdebar, karena sentuhan tangan lembut Kiara. "Tolong ambil mas uang nya." Pinta Kiara. "Untuk kamu saja, hitung-hitung untuk membayar tempat, karena kamu sudah mengijinkan saya untuk beristirahat di sana." Ucap El. "Tapi saya jualan minuman bukan tempat peristirahatan, itu semua saya ikhlas kok tidak ada biaya tempat, itu the real saya hanya menjual minuman saja." Kiara pun dengan keras kepala tidak mau menerima nya. "Tidak ap
Di kampus kini Kiara tengah sibuk seperti mahasiswi lainnya, sibuk mengerjakan apa yang harus di kerjakan sebagai anak kuliahan. Kiara pun sekarang tengah dekat dengan seseorang yang bernama Tristan teman kuliah sekaligus teman jaman ia sekolah menengah atas. Tristan laki-laki yang supel, gaul dan ia juga tahu jika Tristan memiliki perasaan padanya semenjak sekolah SMA. Namun beberapa kali Tristan datang ke rumah Kiara tapi kedua orang tua Kiara seakan tidak menyukainya, dan memang saat Kiara menanyakan hal itu, kedua orang tua nya memang tidak menyukai laki-laki yang bernama Tristan itu. Alasan nya karena laki-laki itu tidak memiliki sopan santun, ya mungkin karena Yoga mantan tunangannya itu sopan santun nya sangat di acungkan jempol oleh keduanya, walaupun pada akhirnya laki-laki yang bernama Yoga itu menyakiti hati Kiara.