Share

Bab 14

Pada saat ini, selain Kakek Jerremy yang berada di aula utama, tampak Lukas dan Sherly juga duduk di sampingnya.

Lukas terus menatap Owen dengan tatapan dingin. Dia memiliki kesan yang sangat buruk kepada Owen karena masalah di vila waktu itu.

Sebaliknya, sikap Kakek Jerremy sangat ramah. Dia memerintahkan pelayan menuangkan teh untuk Owen. Dia sama sekali tidak meremehkan dan tidak memperlakukan Owen dengan tidak sopan.

"Kakek, aku kenalkan dulu. Dia adalah Owen. Semalam, dia yang sudah menolongku."

Theresa pun menceritakan seluruh kejadian itu dengan lengkap.

"Owen, terima kasih kamu sudah menyelamatkan cucuku. Keluarga Lestari pasti akan mengingat budimu ini. Seperti kata peribahasa, ada ubi ada talas, ada budi ada balas. Katakanlah, apa yang kamu mau? Keluarga Lestari pasti akan berusaha untuk memuaskanmu," ujar Kakek Jerremy sambil tersenyum hangat.

"Nggak perlu, aku nggak mau apa pun," jawab Owen sambil menggelengkan kepalanya.

Semalam, dia menolong Theresa hanya karena keinginan untuk menegakkan keadilan dalam hatinya. Dia tidak pernah berpikir untuk mendapatkan balasan apa pun. Ditambah lagi, secara teori dia sudah mendapatkan bayarannya semalam.

Di samping itu, Theresa juga sudah mengembalikan martabatnya dengan membantunya memberi pelajaran kepada Fredi di Kantor Catatan Sipil barusan.

Bisa dibilang, mereka sudah impas.

"Kamu serius? Kamu harus memikirkannya dengan baik-baik. Dalam hidup ini, nggak ada kesempatan kedua." Kakek Jerremy meletakkan cangkir teh di tangannya dan sorot matanya menunjukkan tatapan yang tajam sekilas.

Dia tidak tahu apakah Owen benar-benar tidak ingin meminta balasan atau sedang memainkan taktik tipu muslihat untuk mendapatkan sesuatu yang lebih banyak. Misalnya, dia ingin menggunakan kesempatan ini untuk menjalin hubungan dengan Keluarga Lestari.

"Aku benar-benar nggak mau apa pun."

Owen tetap menggeleng. Saat dia hendak mengatakan sesuatu, pandangannya mendadak tertuju ke wajah Kakek Jerremy.

Entah itu ilusi atau bukan, Owen samar-samar melihat ada gumpalan energi keabu-abuan yang terpancar dari dahi Kakek Jerremy dan wajahnya juga tampak keunguan.

Selanjutnya, sebuah ingatan asing masuk ke dalam benaknya. Dahi berwarna keabu-abuan mengartikan hidup dalam bahaya!

Di lihat dari wajahnya yang keunguan, penyakitnya sudah tidak tertolong lagi!

Owen sontak tertegun, lalu segera tersadar. Ini sepertinya adalah warisan ingatan yang ditinggalkan oleh Leluhur Guswadi kemarin malam itu.

Dari semalam hingga sekarang, dia belum sempat untuk memeriksa semua ingatan ini. Bahkan, dia hampir melupakan hal tersebut.

Akan tetapi, semua ingatan ini seperti sudah tertanam sangat dalam di benaknya sehingga peringatan itu muncul secara otomatis.

"Owen, kenapa melamun?"

Theresa merasakan ada yang tidak beres dengan Owen. Dia pun segera mendorong lengan Owen dengan lembut.

"Kakek Jerremy, dahimu berwarna keabu-abuan dan wajahmu tampak keunguan. Kamu akan segera mati," ujar Owen dengan terus terang.

"Apa?"

Ucapan Owen ini bagaikan sebuah meriam yang membuat Theresa dan yang lainnya terperanjat.

Kakek Jerremy yang baru saja menyesap seteguk teh juga langsung menyemburkannya.

"Bocah, kamu sengaja berbicara seperti itu, ya? Ayahku berbaik hati mengundangmu kemari, bisa-bisanya kamu mengutuknya mati! Apa kamu sudah bosan hidup?" Lukas sangat murka, lalu memukul meja dan berdiri.

Raut wajah Kakek Jerremy juga menjadi suram. Barusan, dia sangat mencurigai bahwa Owen sedang melakukan taktik tipu muslihat.

Sekarang, kelihatannya Owen benar-benar berpura-pura ingin membingungkan orang lain. Entah trik apa yang ingin dia mainkan.

Dalam sekejap, sedikit kesan baik yang dimilikinya kepada Owen langsung menghilang.

"Owen, ada apa denganmu? Kakekku sehat-sehat saja, kenapa kamu asal bicara?" tanya Theresa sambil menatap Owen dengan kesal.

"Aku …. mungkin aku salah melihat, maaf, aku nggak sengaja mengatakannya."

Wajah Owen menjadi sangat memerah dan dia bergegas meminta maaf. Dia diam-diam menyalahkan dirinya yang terlalu banyak bicara. Barusan, kenapa dia malah asal bicara seperti orang kesurupan?

"Sudahlah, mungkin ini hanya salah paham saja." Raut wajah Kakek Jerremy sudah sedikit membaik, tetapi kesannya kepada Owen sudah sangat buruk dalam hatinya.

Jika bukan karena mengingat Owen pernah menyelamatkan hidup Theresa, mungkin sekarang Kakek Jerremy sudah mengusirnya.

Tepat pada saat ini, terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru. Seorang kepala pengurus berjalan ke aula utama dengan langkah tergesa-gesa dari luar.

"Pak Jerremy, dokter terunggul dalam negeri, Pak Ashton, sudah datang."

"Cepat persilakan dia masuk," ujar Kakek Jerremy dengan buru-buru.

Tidak lama kemudian.

Seorang pria tua yang berusia sekitar 67 tahun dengan rambut yang beruban berjalan masuk dari luar. Di belakangnya, dia membawa seorang asisten.

"Pak Ashton, silakan duduk." Kakek Jerremy dan yang lainnya menyambut Pak Ashton dengan sikap yang sangat hormat dan juga sopan.

Nama lengkap dari Pak Ashton adalah Ashton Sugondo. Dia merupakan tokoh terkemuka di bidang medis Kota Jenggala. Dia memiliki keterampilan medis dan teknik akupunktur yang luar biasa. Dia juga memiliki pencapaian yang sangat tinggi, baik dalam pengobatan tradisional maupun modern. Dia dianggap sebagai dokter terunggul dalam negeri dan juga dihormati sebagai Master Akupunktur oleh banyak orang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status