Dean mendesah keras wajahnya memerah lagi dan pandangan Linar beralih pada cengkraman Dean yang mengetat pada kemudi. "Kamu ingin memulai pertengkaran lagi, di sini saat aku lagi nyetir, hah?!" Itu peringatan Linar paham itu, mereka berdua sama - sama tahu jika tak bijak bertengkar saat salah satu dari mereka tengah mengemudi karena akan membahayakan mereka dan pengendara lain maka Linar bungkam. *** Setelah keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang masih berbalut handuk kimono Linar dikejutkan dengan suaminya yang berjalan ke arahnya dengan penampilan yang sama, tanda ia selesai mandi dari kamar sebelah. Linar memilih acuh meneruskan langkahnya ke ruang wardrobe mencari baju tidur yang tertutup. "Apa kamu sedang mengacuhkanku, Linar?" dengus Dean. Suaminya mendekat mengayunkan kantong hitam ke hadapannya. "Pakai ini!" Linar mengernyitkan dahinya. Menerima kantong tersebut dan bertanya sambil menarik keluar kotak di dalamnya dan membukanya. Menemukan gaun malam berwarna biru don
Linar berjalan ke arah meja panjang dekat pintu ganda terbuat dari kaca ia mengambil segelas jus jeruk dingin dan berjalan melewati pintu ganda menuju halaman belakang yang terpantau lebih sepi. Ia di duduk di salah satu kursi di pinggir kolam renang, Membungkuk dan melepaskan sepatu hak tinggi yang harus dikenakannya demi menyesuaikan acara dan lingkungannya. Linar menyesapkan jus jeruknya sembari memindai orang - orang berlalu lalang dengan senyuman dan celotehan hingga basa basi menjilat, semuanya tampak senada berpenampilan terbaiknya begitu elegan dan mahal lengkap tingkah laku yang berkelas atau jaga image? Apapun itu Linar masih merasa canggung merasa tetap saja ada perbedaan entah ketika ia tak memiliki barang bermerek sama atau tak mengerti tentang apa yang sedang dibicarakan menjadikannya berjarak tak kasat mata, terdengar alasan berlebihan memang tapi tak berlebihan bagi dirinya yang berasal dari keluarga sederhana menengah ke bawah dan berkepribadian tertutup seperti
21.Kamu pergi sekarang! Dan aku janji akan telepon kamu lagi nanti" pinta Dean menundukkan kepalanya memastikan Dera mendengarnya dengan jelas."Mas!" Suara pekikan pelan yang memanggil dari samping Dean membuat kepala Dean menoleh ke belakang. Spontan Dean bergeser menjauhkan tubuhnya dari Dera, yang sekarang bibirnya menipis tajam terselip rasa khawatir bahwa Linar akan melabraknya sekali lagi dan kali ini ia akan dibuat malu karena tengah berada di acara bahagia orang lain.Dean terkejut mendapati Linar tengah menyeret langkahnya mendekat dengan wajah kecewa dan kaku menahan tangis.Kali ini Dean dan Dera di buat kompak berdiri mematung sama-sama menunggu aksi Linar, tak ingin gegabah hanya berharap Linar akan lebih tenang.Linar tersenyum meringis berhenti tepat di hadapan keduanya. "Jadi apa kalian sudah go public dan siap menunjukkan pada dunia aksi khianat zinah kalian, eh?" tanya Linar mengejek penuh kekecewaan."Linar!"sentak Dean terkesiap mendengar tanya dengan nada men
22"Lalu kamu akan semakin jutek dan kamu pasti nggak akan percaya sama aku walaupun aku udah berusaha jujur sama kamu, iya kan?"Linar mengangguk sekali, ia tersenyum miris "Kamu tahu pasti aku bukan tipe istri drama yang akan kabur tanpa mendengarkan penjelasan suami yang ketahuan selingkuh berulang kali , tapi kali ini aku terlalu kecewa sama kamu Mas, di saat luka aku belum kering kamu kembali membawa simpanan kamu di acara sepupu kamu, di hadapan seluruh keluarga kamu ngobrol dekat sama dia, saling beradu kasih, eh?""LINAR!" bentak Dean dengan wajah merah padam.Linar terkesiap di tempatnya, ia memejamkan mata hanya untuk memeras air mata yang tak lagi dapat di bendung."Dan kamu sempat mikir ngga sih Mas, apa pandangan keluarga kamu yang melihat kedekatan kalian di saat aku jauh walaupun aku ada di tempat yang sama dengan kalian hah ? dan terus apa yang harus aku jelasin pada Mami atau saudara kamu tentang perselingkuhan kalian yang sejelas itu, Mas?" tanya Linar semakin mening
"Aku bisa jelasin, tapi kamu harus tenang dulu, ok!" bujuk Dean mencoba meraih istri ya kembali untuk ia dekap.Namun hanya untuk dua detik Linar berada dalam dekapan suaminya karena ia langsung meronta dilepaskan, Linar memundurkan tubuhnya secara terang-terangan menolak."Jelasin? Oh kayaknya kali ini alasan kamu terlalu kuat ya, sampai kamu mau repot menjelaskan panggilan sialan itu!" sinis Linar."Ok, silahkan kamu jelaskan sejelas-jelasnya!"Dean membuka bibirnya untuk mengelak tapi kemudian ditutupnya lagi, Dera memang perempuan yang suka bertindak sendiri namun selama ini Dean sendiri yang menekankan pada Dera untuk tidak mengganggunya saat ia bersama Linar, karena tak ingin rumah tangganya berantakan. Dan selama ini Dera menurutinya lantas, ada apa kali ini apa karena? Dean memandangi Linar yang menunggu."Lin," namun Tenggorokan Dean tercekat, ia tak sampai hati atau memang dirinya yang belum siap membeberkan bahwa Dera tengah mengandung anaknya, buah hati yang selama ini mer
Firasat! Dada Linar kembali berdegup sesak, ia mencoba mengartikan arti tatapan suaminya yang sarat akan sendu dan kesakitan.Tapi ada apa?Tak ingin membuang waktu Linar mengikuti ucapan Dean pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka setelah itu ia membuka sarapannya duduk di samping suaminya di balkon kamar mereka di bawah sinar mentari yang sudah tinggi.****"Lin, aku yakin kamu juga sadar kalau hubungan kita mulai renggang setelah kamu keguguran kalau kamu merasa kehilangan bukan cuma kamu yang kehilangan, sayang. Aku juga sedih waktu tahu anak kita gugur karena kelalaian kamu" suara Dean mulai sumbang karena dia sendiri merasa ingin menangis.Dada Linar semakin sesak, kini produksi air matanya terlalu cepat hingga sudah mengaburkan pandangannya, pikirannya seolah tertarik pada ingatan kelu waktu dulu."Aku serius waktu aku bilang aku mau punya anak. Aku mau waktu aku pulang dalam keadaan letih ada suara bayi di rumah ini yang bisa mengangkat semua rasa letih yang ada di tubuhku Li
"Aku mau kamu sabar dan tetap di samping aku""Gila! Kamu tahu jelas jawabannya" sambar Linar emosi.Dean terpancing emosinya kedua alisnya menukik ke bawah dan sorot matanya ikut menajam "Dan kamu juga jelas tahu, aku ngga akan menceraikan kamu!"Linar tertawa getir sedetik kemudian wajahnya masam. Ia memejamkan matanya dalam hati ia beristighfar tak kuat akan kenyataan pahit hidupnya.Semesta tengah berkhianat, selama ini ia berusaha bersabar dan terus berdoa agar kuat menjalani semuanya dan segera di beri anugerah berupa anak untuk mencapai impiannya punya keluarga harmonis dan bahagia. Hanya itu pintanya .."Kenapa? Kamu kan udah punya Dera yang tengah mengandung anak kamu, kenapa kamu masih egois menahan aku disini, Mas?""Karena aku mau kamu tetap sebagai istri aku, apapun kondisinya!" seru Dean tegas.Wajah dan bahasa tubuh lelaki itu sudah kembali angkuh sarat dengan keras kepala."Walaupun itu melukai aku dan merusak hubungan kita?""Iya dan kita punya banyak waktu untuk sali
"Terus apa lagi yang lo temukan?"Tita menghela napas panjang, "Tya nemuin beberapa postingan dua tahun ke belakang di Instagramnya Dera, di foto itu Dera kuliah di kampus yang sama dengan suami Lo itu karena penasaran Tya juga buka akun orang-orang yang ikut comment di sana dan setelah buka beberapa akun ada satu akun yang posting foto orang itu sama suami Lo, baik foto jadul di kampus itu atau foto yang diambil tahun baru ini yang kami yakini orang itu teman lama Suami Lo dan Dera yang pernah kuliah di kampus yang sama. Dan mereka masih berteman baik sampai sekarang...yah setidaknya orang itu sama Mas Dean" jelas Tita."Dan di foto jadul itu terlihat jelas kalau suami lo sama Dera pernah berpacaran di masa kuliah"Linar menatap bergantian kedua sahabatnya dengan wajah termangu, fakta baru yang mengejutkan, "Jadi mereka berdua itu mantan pacar dan bersemi kembali, gitu?"Tita dan Tya kompak mengangguk, hal itu membuat Linar menyeringai kecil pedih 'oh, pantas saja! Ternyata mereka ad