Tubuh RK yang tinggi menjulang, di tambah dengan tenaga yang sudah pasti berkali-kali lipat dari dirinya membuat Aira kewalahan dan tidak mampu melepaskan diri."Tuan, tolong jangan seperti ini!" Ucap Aira dengan jantung yang berdebar tidak karuan, karena sentuhan RK."Aira ... Aku rindu," bisik RK dengan nafas yang semakin memburu. Hangat nafasnya yang Aira rasakan membuat tubuh Aira seperti dialiri strom bertegangan tinggi. Tidak dapat dipungkiri, dirinya pun merindukan RK, namun rasa takut dikhianati kembali menekan rasa itu, sehingga sejauh ini, Aira berusaha keras menjauh dari RK. Dan RK seperti suami yang sadar akan kesalahannya, hingga tidak berani mengusik Aira."Tuan, apa kau baik-baik saja? Tolong lepaskan aku!" ujar Aira yang di tanggapi dengan pelukan yang semakin di eratkan."Aku tidak baik-baik saja Aira, aku sudah berusaha tidak mengganggumu, akupun marah karena sikapmu yang menjauhiku, namun aku rindu!" Suara RK semakin serak, menahan gejolak yang begitu kuat didalam
"Kamu pantas Ai, kamu lebih dari pantas! Dan aku ... aku juga cinta sama kamu." gumam RK sembari membuka mata. RK terbangun saat Aira berusaha melepaskan diri dari pelukannya. Malam ini RK dan Aira tidur dengan perasaan bahagia yang membuncah di hati mereka masing-masing. Dan tidak sabar menanti hari esok agar bisa kembali bertemu. "Selamat Pagi Ai, tadi pagi sebelum berangkat, Tuan titip pesan di Ibu, katanya suruh kamu bersiap, jam 11 dia bakalan jemput kamu, untuk berbelanja perlengkapan sekolah Den Bri." Aira terdiam sejenak sambil membatin, "ternyata Dia gak asal ngomong, kirain udah lupa dia, dengan kata-katanya semalam." "Aii, kamu dengerin ibu gak?" tanya Bu'Retno karena melihat Aira melamun setelah mendengar perkataannya. "Dengar Bu, hehhe ...! tapi, apa gak papa Bu? Aira takut!"Bu'Retno tersenyum sambil menangkup wajah cantik Aira, menatapnya dalam-dalam. "Aii, kamu wanita pertama yang pernah diminta Tuan untuk menemaninya keluar, sebelum ini tidak pernah ada wanit
"Woii janda pirang, ngapain kamu disini? Segala ngegandeng tangan laki-laki lain, malu napa!" Ketus seorang wanita yang tiba-tiba saja muncul entah dari mana. Tangan Aira yang ditarik tiba-tiba membuatnya kehilangan keseimbangan, dan terpental hingga hampir terjatuh jikalau RK tidak segera meraih tangannya kembali. "Ai, kamu gak papa? Siapa mereka?" tanya RK geram. Namun, yang di tanya tidak mengeluarkan sepatah katapun, Ia hanya menatap penuh kebencian ke arah dua wanita yang berdiri tepat di hadapannya ini. "Gimana dia mau ngaku! Takut kali, rahasianya terbongkar," ejek salah satu dari kedua wanita itu. "Lagian pria seperti kamu, kok bisa-bisanya jalan di tempat ramai seperti ini sambil ngegandeng janda kek dia? Mending sama aku ajah!" Ucap wanita yang lebih muda. "Ayoo, kita pergi ajah! Pusing kepalaku lama-lama dengerin omong kosong dari dua wanita yang telah mengakibatkan aku kehilangan Putriku," ucap Aira lantang, menanggapi sindiran kedua wanita yang ternyata adalah Tantri
Aira yang terkejut mendengar bunyi pintu di kunci, segera berbalik dan mendapati dua sosok wanita yang sedang berdiri menatapnya sinis. "Ini dia, si janda yang gak tahu diri itu? Cantik juga! Tapi sayang, gak nyadar diri!" ujar dua wanita yang baru masuk dan sengaja mengunci pintu agar tidak ada lagi yang masuk ke sana. "Maaf, kalian siapa yah?" Aira mengeryit bingung, karena tidak mengenali siapa kedua sosok yang mengenakan hoodie, dan kepala yang sengaja di tutup tudung hoodie agar tidak mudah dikenali. "Gak perlu tahu siapa kita, intinya jauhi RK, kalau gak mau is dead!" ancam salah seorang dari mereka. "Tahan Dia!" titah wanita yang berdandan ala anak punk, dengan lipstik hitam menghiasi bibir tipis nya. Aira memicingkan mata, berusaha menelisik wajah kedua wanita itu. Hal yang dirinya sesali, dia tidak membawa handphone, karena di tinggalkan di tas selempang nya yang Ia letakkan di kursi tempat duduk mereka saat beranjak ke toilet. Wanita yang mengenakan masker hitam
RK segera meraih Aira kedalam pelukanya. Ia mengangkat tubuh Aira dan disandarkan ke tubuhnya. Serangan panik tiba-tiba saja menghampirinya, Ia menjadi ketakutan, melihat darah Aira yang terbuang begitu banyak dilantai kamar mandi. "Aku baik-baik saja, jangan panik! Tolong antar aku ke rumah sakit," ucap Aira dengan suara yang semakin lama semakin tenggelam di lehernya dan tidak mampu keluar. "Jangan bicara lagi, Aira tolong bertahanlah!" "Mas, aku ngantuk," ucap Aira yang kemudian menutup mata dan tak sadarkan diri. Semakin panik, RK segera menelepon anak buahnya yang ternyata sudah berada di depan pintu toilet. Mereka segera masuk dan menerima perintah dari sang Boss. "Segera siapkan mobil aku akan membawanya ke rumah sakit. Kalian yang lain, kejar dua wanita yang mengenakan hoodie hitam. Dan serahkan mereka padaku, segera!" Titah RK dengan suara bergetar karena panik dan takut sesuatu yang buruk terjadi pada Aira. *** Setelah tiba di depan Emergency room, RK segera menggen
"Keluarga Bu'Aira!" panggilan dari seorang perawat membuat Donny menjedah kata-katanya. "Iyahh, ada apa Sus?" tanya Donny penasaran. "Bapak Suaminya?" "Iy ...," "Saya suaminya Sus! Ada apa?" sela RK yang membuat Donny terperangah tak percaya mendengar pengakuan dari pria pembenci wanita ini. Beberapa saat, Donny hanya ternganga, tak dapat berkata-kata, hanya memandang RK dengan banyak hal berseliweran dalam kepalanya. Setelah perawat itu berlalu, Donny pun masih terdiam. "Don ... Donny!" "Ahh, iya ada apa?" "Aku mau menghadap dokter, untuk mendengarkan keterangan tentang sakitnya Aira, kau tunggu disini! Bri dan Ibu mau kesini, biar mereka gak bingung nyari-nyari!" RK kemudian melangkah pergi tanpa menunggu persetujuan dan jawaban dari orang kepercayaannya itu. Setelah punggung RK menghilang dibalik pintu, wajah Donny segera berganti muram dan terlihat seperti orang bingung. Donny menghela nafas dalam-dalam dan menghembuskanya kasar. "Teman, kini aku tidak tahu, apa yang
"Aira ... Aira, heyy, tidak ada Laura disini, tenanglah!" Ujar RK sembari menggenggam erat tangan Aira. Aira segera membuka matanya, dan mendapati sosok tampan itu sedang memegang dan mengusap lembut punggung tangannya. Aira berusaha menyisir setiap sudut ruangan itu, mencari tahu kebenaran kata-kata majikannya ini. Dan ternyata memang benar, wanita bernama Laura itu tidak tampak batang hidungnya, yang artinya Dia memang tidak berada disana. "Heyy ... Tenanglah, kamu hanya mimpi," ucap RK lembut. "Tapi, rasanya nyata banget, aku sampai gemetaran ini, jantungku juga masih berdetak tak karuan, coba rasain dehh!" dalam kepanikan, Aira segera meraih tangan RK dan meletakkannya di dadanya, untuk lebih meyakinkan RK. Seketika wajah hingga ke telinga RK memerah padam, RK tersenyum jengah, kala mendapati wajah cantik itu menatapnya intens, menanti tanggapannya. "Iyaa Ai, kamu gak bohong kok, tapi aku juga tidak berbohong, kamu hanya mimpi. Tidak akan kubiarkan, siapapun menyentuhmu lag
"itu bukan urusan kami, tepati saja janjimu!" ketus wanita punk itu. "Ohh yaa? Mengapa kau berbicara, seakan-akan kau tidak pernah melakukan kesalahan?" Petugas polisi itu mencebik. "Aku yang salah, lepaskan dia!" balas wanita punk itu. "Tidak bisa! Kau tidak kenal Pak RK, dia tidak akan melepaskan kalian!" "Lalu mengapa kau berjanji akan melindungi kami?!" "Ini caraku melindungi kalian! Dengan tetap berada disini kalian akan aman." Wanita punk itu hanya terdiam, banyak hal yang ingin dia utarakan, namun dirinya tidak memiliki hak untuk mengatur petugas kepolisian ini. "Ada cara agar kalian bisa bebas dari sini, yakni Pak'RK mencabut laporannya. Namun, kalian akan bekerja untuknya, mengungkap pelaku sebenarnya dan kalau kalian beruntung, dia akan melepaskan kalian. Tapi, kalau tidak. Kami tidak tahu! Jadi keputusan ada pada kalian, apa kalian mau membantunya, atau ingin diproses secara hukum dan jalani hukuman tahanan." "Setelah masa tahanan, tidak ada perlindungan untuk kal