Share

Dijual Lagi?

“Saya Javier Black, Nona Visha.”

“Sa—saya tidak ke—kenal Anda.” Visha mulai bergerak mundur, mencari celah untuk kabur, tapi tangan Javier yang kekar sudah menangkap pergelangan tangannya.

“Nona, jangan takut. Saya datang untuk menolong Anda.” Javier mencoba meyakinkan, tapi wajahnya yang terlihat sangar itu jelas tidak mendukung ucapannya.

“Saya adalah penjaga Anda, Nona.”

Netra Visha membulat kaget mendengar perkenalan pria yang baru saja menyelamatkan dirinya dan janin dalam kandungannya itu.

Visha mencoba memastikan lagi apa yang didengarnya, tapi suaranya masih saja tergagap, “Pe—penjaga?!”

Pria bernama Javier itu mengangguk. “Sebaiknya kita segera pergi dari sini, Nona Visha. Bos besar menunggu Anda.”

Tanpa menunggu persetujuan dari Visha, Javier pun segera membawakan tas besar yang sejak tadi diselempangkan di bahu Visha.

Tak hanya itu, pria itu pun membopong tubuh Visha, membuat gadis itu melonjak kaget. Ia pun memekik lantang, “Turunkan saya!”

“Maaf Nona. Saya ditugaskan untuk membawa Anda,” ujar Javier sambil tetap berlari.

“Tidak! Anda mau bawa saya ke mana?! Tolong!” seru Visha sambil mencoba melepaskan diri dari gendongan Javier.

Javier pun sedikit kewalahan membawa tubuh Visha yang terasa sedikit lebih berat dari perkiraannya. Ia memperingatkan Visha, “Nona, jangan sampai Nona terjatuh.”

Mendengar kalimat Javier yang diucapkan dengan nada datar itu membuat Visha merasa sedang diancam. Ia ingat kalau ia sedang hamil.

Akhirnya Visha menyerah. ‘Aku akan mencoba kabur nanti,’ batinnya.

Tak lama kemudian, mereka sudah tiba di tempat Javier memarkir kendaraannya. Javier pun akhirnya menurunkan Visha supaya ia bisa masuk ke dalam mobil besar berwarna hitam doff yang bertuliskan ‘Rubicon’.

‘Jelas ini bukan mobil murah,’ batin Visha sambil mengamati interior di dalam mobil itu, yang membuat tubuhnya bergidik ngeri.

Ada banyak senjata menempel di setiap sudut mobil itu.

Javier yang menangkap getaran tubuh Visha dari kaca pengamat yang berada di tengah mobil itu, mencoba menenangkannya dengan berkata, “Jangan pikirkan senjata-senjata itu, Nona. Berisitirahatlah. Saya akan membawamu ke tempat yang aman.”

Visha pun tak bisa berkata-kata lagi dan hanya bisa mengangguk. Ia ketakutan dan bingung. Tubuhnya masih gemetar, seolah habis disiram air es.

Ia pun sekarang menyesali keputusannya untuk mengikuti Javier, padahal mereka baru kali ini bertemu.

‘Apa benar aku bisa mempercayai orang ini? Aku rasa aku dibodohi, kan? Pasti aku sudah ditipu! Kenapa juga aku percaya soal ‘penjaga’ tadi. Memangnya aku siapa, sampai punya penjaga?! Matilah aku!’ raung Visha semakin panik.

Tapi mungkin, rasa lelah yang diteriakkan tubuh Visha lebih kuat ketimbang kepanikannya. Karena beberapa saat kemudian, gadis itu terlelap.

Visha tidak tahu, sejak tadi, Javier mencuri pandang lewat kaca tengah itu dan terus mengucapkan syukur dalam hatinya, kalau ia tidak terlambat menjemput Visha.

Jarum pendek pada jam yang melingkar di tangan Javier sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Dan di saat yang sama itu juga, Javier sudah merapatkan mobilnya di depan lobi sebuah hotel mewah bernama RICHTON.

Menjadi orang yang mudah terbangun membuat Visha tersadar, begitu mobil sudah berhenti bergerak, walau mesinnya tidak dimatikan oleh Javier.

Netra Visha mengamati sekeliling lewat jendela mobil yang tak bisa dibuka itu, mencari tahu ke mana Javier membawanya. Ia bisa melihat tulisan besar ‘RICHTON’ yang ditebaknya sebagai nama tempat di mana ia berada saat ini.

Tiba-tiba otaknya bekerja keras mengingat-ingat kapan ia pernah mendengar nama ‘RICHTON’ ini. Dan ketika Visha berhasil mengingatnya, jantung gadis itu terasa seperti berhenti sesaat.

‘Matilah! Ini hotel kan?! Aku pernah dengar Tuan Gregory menyebut hotel ini. Harga makanannya saja hingga satu juta per porsi. Aku akan diapakan di tempat ini? Apa aku akan dijual lagi?’ rintihnya dalam hati.

Visha mulai menangis, mengingat kejadian 10 tahun lalu. Di mana ia dijual kepada keluarga Adinata oleh ibunya. Ia bahkan tak tahu apakah mereka adalah orangtua kandungnya, karena tega menjualnya demi menutup hutang mereka.

Tapi kemudian, ia tersadar kalau mungkin inilah saat yang tepat untuk kabur.

‘Aku tak bisa terus bersedih!’ batin Visha.

Ia pun langsung menyeka wajahnya dan mencoba membuka pintu belakang mobil tersebut.

Cklak!

‘Ugh! Sial! Dikunci!’ keluh Visha yang kembali berurai air mata.

“Apa aku malah jadi masuk ke kandang singa setelah keluar dari mulut buaya?!” raungnya dengan suara tertahan.

Ia tak sadar kalau semua gerakannya membuat mobil terlihat bergoyang-goyang, membuat Javier sadar kalau dia sudah terbangun.

Klik!

Cklak!

Pintu itu terbuka dengan mudah dan wajah datar Javier muncul di hadapan Visha.

“Nona, Anda sudah bangun? Ayo, saya antar kepada Bos besar!” ajaknya.

Tapi Visha menggeleng kuat-kuat.

‘Apa aku akan dijual pada bos-bos yang menginginkan tubuh perempuan?! Tidak! Aku tidak mau!’ raungnya dalam hati. Ia sudah tak sanggup mengeluarkan suara untuk berkata-kata, apalagi berteriak.

Javier terdiam sesaat sebelum akhirnya ia menghela napas panjang dan menutup kembali pintu mobil itu. Pria itu bahkan mengunci Visha lagi di dalam mobil.

“Tamat! Riwayatku tamat!”

Ia memperhatikan Javier dari balik jendela dan melihat pria itu sedang berbincang dengan seorang pria yang perawakannya hampir sama dengannya. Tinggi besar dengan otot bulat di mana-mana.

Pakaian mereka pun sama. Hitam-hitam. Yang membedakan hanyalah wajah mereka. Menurut Visha, Javier yang paling tampan di antara mereka.

‘Astaga! Aku tak punya otak! Kenapa jadi malah memberi nilai pada wajah mereka!’ tegur Visha pada dirinya sendiri.

“Aku harus kabur!” gumamnya sambil melihat di sekitar tempat ia duduk. “Apa aku bisa menyetir ya?”

Visha meyakinkan dirinya untuk mengambil pilihan itu. “Aku akan menyetir mobil ini!” putusnya dengan mantap.

Ia pun segera mencoba untuk beranjak dari kabin belakang ke kabin pengemudi. Namun baru saja ia akan melangkahkan kakinya ke kabin depan, seseorang membuka pintu belakang dan memanggilnya dengan lembut.

“Navisha, anakku!”

Bukan hanya lembut nadanya yang membuat Visha terkejut dan langsung berbalik untuk melihat siapa itu.

Nama asing yang dia sebutkan dan juga label yang disematkan di akhir panggilannya, membuat Visha bertanya-tanya.

‘Navisha?! Anak?! Siapa?! Aku?!’

Karena nama yang disebutkan mirip seperti namanya, Visha sempat berharap kalau itu adalah Maman—bapaknya, yang sudah 10 tahun tak dilihatnya, setelah sang ibu menjualnya tanpa sepengetahuan Maman—suaminya.

Tapi ternyata bukan. Pria itu jauh dari kriteria bapaknya yang lusuh, keriput dan entah sekarang seperti apa wajahnya setelah 10 tahun berlalu. Mungkin malah sudah tiada.

‘Dia bukan bapak! Tapi kenapa dia bilang aku anaknya?!’ batin Visha yang akhirnya kembali ke tempat ia duduk semula.

“Turunlah, Nak! Turunlah!” pinta pria tua itu dengan wajah yang akhirnya bisa terlihat jelas oleh Visha.

Wajahnya sembab. Seperti habis menangis lama.

Melihat Visha tak kunjung beranjak dari posisinya, pria itu kembali menurunkan perintah, “Javier, bantu putriku turun dari sana!”

“Siap, Bos!” seru Javier sambil naik ke dalam mobil dan menggenggam tangan Visha meyakinkannya untuk turun dari mobil tersebut.

“Saya takut,” gumam Visha sambil menahan tangannya dari tarikan Javier. “Tuan, tolong selamatkan Saya.”

Javier mengerutkan dahinya sambil berkata, “Nona Visha, saya sedang menyelamatkan Nona. Turunlah dulu.”

“Ti—tidak! Sa—saya tidak mau dijual pada orang itu!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status