Seperti biasa, Clara dijemput oleh Gracio di halte dekat rumahnya. Nanti siang adalah jadwal pertemuan Clara bersama Xander di markasnya. Clara merasa ada yang aneh dengan sikap Gracio yang sangat dingin, memang pria itu selalu dingin, hanya saja sekarang jauh lebih dingin lagi daripada biasanya. "Om, kenapa?" tanya Clara memberanikan diri. Dia tidak lagi mengungkit soal perasaannya terhadap Gracio karena ia ingin mendengar sendiri bagaimana pria itu memutuskan pilihannya. Gracio sama sekali tidak menggubris pertanyaan gadis di sampingnya, ia masih kesal dengan pemandangan semalam yang ia lihat sendiri bagaimana Clara bermesraan dengan seorang pria yang ternyata adalah dosennya di kampus. 'Dia kenapa?' Batin Clara merasa heran. Ia menatap wajah Gracio yang sama sekali tidak meliriknya. Hingga sampai di kampus pun, tetap tidak ada yang berbicara diantara keduanya. "Kalo aku ada salah ngomong dong Om, jangan diemin aku kayak gini. Apa karena desakan aku soal kemarin? Kalo Om keberat
"Hati-hati di dalam, jika dia berbuat sesuatu segera hubungi aku," ucap Gracio mewanti-wanti sang kekasih. Yeah, dia dan Clara sudah resmi menjalin kasih sejak beberapa waktu yang lalu. Gracio sudah mantap dengan pilihannya, ia mengikuti nalurinya yang mendorongnya untuk menjadikan Clara sebagai miliknya. "Iya, Om. Aku akan menjaga diri baik-baik," jawab Clara tersenyum manis. "Ck! Om lagi, kapan panggilan itu berubah dengan yang lebih manis sedikit saja," protes Gracio memasang wajah kesalnya. "No, nggak ada nama lain kecuali panggilan Om, karena aku menyukai panggilan itu," Clara bergelayut manja di lengan Gracio sebelum akhirnya keluar dari dalam mobil dan masuk ke Markas Xander dengan sangat hati-hati. Kali ini perasaan Clara sedikit cemas, tak seperti hari-hari sebelumnya ia datang ke markas Xander. Takut, itulah yang dia rasakan. Setibanya di dalam sana, Clara melihat Xander yang sedang berkacak pinggang di depan segerombolan pria berbaju hitam. Pria tua yang sedang berdis
Belum sempat Robert memasuki mobilnya, ternyata ada sebuah mobil yang berhenti di depan gerbang rumahnya. Dia sangat hafal milik siapa mobil tersebut, maka dari itu ia bergegas menghampiri sang empunya mobil itu. "Turun kau Xander sialan!" Teriak Robert sambil menggedor pintu mobil berwarna hitam milik Xander. Dengan amarah yang membuncah, Xander pun keluar dari dalam mobil dan menatap tajam pada Robert. Kedua rekan tersebut bersikap layaknya rival yang sedang menuju ke ring pertarungan.Robert menarik kerah baju Xander lalu mendaratkan bogeman mentah di wajah atasannya tersebut. Persetan dengan kedudukannya yang jauh di bawah Xander, sebab yang paling utama sekarang adalah keselamatan sang putri tercinta. Robert takut jikalau Xander sudah berbuat hal jahat kepada Clara. "Kurang ajar kau Xander! Berani sekali menggoda putriku," teriak Robert sambil melayangkan tinjunya yang mengenai pelipis Xander. Tidak mau kalah, Xander membalas pukulan Robert dengan membabi buta. Dia yang semul
Gracio menatap wajah cantik Clara yang terlelap dalam tidurnya di kursi mobil. Terbersit rasa bersalah karena mungkin saja ia menempatkan gadis cantik itu pada masalah tak berujung. Awalnya Gracio mengurungkan niatnya untuk mengirim video Clara bersama Xander kepada Robert. Namun, setelah ia mendapatkan pesan dari Violetta, ia mendapatkan dorongan keras supaya melakukan hal tersebut. Sehingga terjadi perkelahian antara Xander dan Robert akibat perbuatan Gracio yang ingin membalaskan dendamnya satu persatu. "Maaf." Ucapnya seraya membelai wajah cantik Clara. "Aku mencintaimu, tapi aku juga tidak bisa melepaskan istri dan anakku." Suara Gracio terdengar sangat lemah, ia tidak bisa membayangkan betapa hancurnya perasaan Clara jika tahu dirinya sangat egois."Om." Clara terbangun dari tidurnya, dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah tampan Gracio. "Kenapa wajah Om terlihat sedih?" tanyanya menelisik wajah Gracio yang tampak layu. "HP kamu dari tadi berdering, lihatlah," uja
Gracio datang ke markas dengan membawa dua dokumen penting hasil kerja keras Clara. Ia ingin segera menyelesaikan balas dendamnya supaya bisa lebih tenang dan fokus pada kisah asmaranya bersama dengan Clara. Gracio sampai lupa dengan status Violetta yang masih sah menjadi istrinya. "Bos," sapa Brace kepada Gracio. Ia menyambut kedatangan sang atasan yang diikuti oleh Vero dan Lewis. Karena sebelumnya Gracio sudah mengabarkan bahwa akan membahas hal penting dengan mereka mengenai kasus Xander dan Robert. "Tutup semua pintu dan jendela, kita akan rapat penting sekarang," titah Gracio sambil melangkah ke arah ruang pribadi miliknya yang sering digunakan saat ada rapat penting bersama orang-orang kepercayaannya. Wajah Gracio terlihat sangat dingin sehingga menambah kesan mencekam di sana. Kini, ia berkumpul dengan ketiga temannya untuk mendiskusikan tentang penyerangannya terhadap Xander dan Robert. "Dari data yang kita dapatkan mengenai kasus Xander dan Robert, sepertinya kasus merek
Clara menangis di dalam kamar, sudah seharian dia mengurung diri karena kecewa dengan Papanya. Ia melakukan semua itu demi kebaikan mereka bersama. Namun, Robert justru menuduh Gracio sebagai pria jahat yang hanya memanfaatkan dirinya. Padahal Clara tahu betul orang seperti apa Gracio itu. Clara memilih tetap percaya terhadap Gracio karena sebelumnya pria itu sudah mengatakan banyak hal kepadanya bahwa Xander adalah orang yang licik. Dia bisa mencuci otak Robert sampai memutus pertemanan dengan Gracio. Tentu saja Clara sangat percaya, apalagi setelah melihat beberapa bukti tentang kejahatan Xander serta foto pertemanan Papanya dan Gracio, ia semakin yakin kalau Papanya sudah terkontaminasi oleh Xander. Kedua matanya bengkak, akibat terlalu lama menangis. Suara ketukan pintu serta permohonan sang Mama yang sejak kemarin mengajaknya makan sama sekali tidak dihiraukan oleh Clara. Ia masih sangat marah karena semua orang memojokkannya atas apa yang terjadi. Bahkan Robert menentang kera
"Khem! Kenapa keluar dari kamar, nggak tahan lapar ya?" suara Camellia mengagetkan Clara yang sedang melahap makanannya. "Haish, aku juga butuh asupan kali, Ma," jawab Clara sudah tak lagi marah kepada Mamanya, karena ia melihat langsung betapa pedulinya Camellia terhadap dirinya di depan Robert sampai mereka harus bertengkar. "Makanlah yang banyak, jangan hiraukan masalah orang dewasa. Kamu cukup diam dan jalani kehidupan seperti biasanya," papar Camellia memberikan penjelasan kepada sang putri tercinta. Clara tidak ingin membahas apa pun untuk saat ini, ia hanya butuh makan supaya besok pagi tidak bertatap muka dengan Papanya di meja makan, karena Clara akan merasakan sakit di hatinya jika mengingat bagaimana Robert membentaknya di hadapan Xander hanya karena ia berhubungan dengan Gracio. "Besok, aku ada jam mata kuliah pagi, Ma. Aku nggak akan sempat makan, jadi aku makannya di kampus saja. Bilangin sama Papa kalo dia nanya tentang aku besok," kata Clara tetap fokus pada makana
Perhatian Violetta tertuju pada layar ponsel milik suaminya yang menyala. Rasa penasaran seolah mendorongnya untuk melihat siapa sang pengirim pesan itu. Tertera nama 'My Cla' di layar benda pipih tersebut. "My Cla?" Violetta merasa tidak asing dengan nama itu, sampai ia mengingat kejadian beberapa saat yang lalu ketika suaminya tanpa sadar menyebutkan nama 'Cla.'Tangannya terulur hendak meraih ponsel sang suami untuk melihat isi pesan itu karena tertimbun dengan pesan baru yang sepertinya sebuah stiker, tetapi Violetta juga tidak bisa melihatnya. Sedikit lagi ponsel itu akan berada dalam genggaman tangannya, hingga tiba-tiba .... "Aku lupa mau menghubungi Brace," Gracio mengambil ponsel miliknya tepat waktu. Jika tidak, maka Violetta akan mengetahui perselingkuhannya dengan Clara yang baru dimulai. "Mas, kamu ngagetin tau nggak," protes Violetta memasang wajah terkejutnya. "Aku pikir kamu sudah mandi, Mas," imbuhnya sembari duduk di sisi ranjang dengan tatapan fokus ke Gracio. "S