"Khem! Kenapa keluar dari kamar, nggak tahan lapar ya?" suara Camellia mengagetkan Clara yang sedang melahap makanannya. "Haish, aku juga butuh asupan kali, Ma," jawab Clara sudah tak lagi marah kepada Mamanya, karena ia melihat langsung betapa pedulinya Camellia terhadap dirinya di depan Robert sampai mereka harus bertengkar. "Makanlah yang banyak, jangan hiraukan masalah orang dewasa. Kamu cukup diam dan jalani kehidupan seperti biasanya," papar Camellia memberikan penjelasan kepada sang putri tercinta. Clara tidak ingin membahas apa pun untuk saat ini, ia hanya butuh makan supaya besok pagi tidak bertatap muka dengan Papanya di meja makan, karena Clara akan merasakan sakit di hatinya jika mengingat bagaimana Robert membentaknya di hadapan Xander hanya karena ia berhubungan dengan Gracio. "Besok, aku ada jam mata kuliah pagi, Ma. Aku nggak akan sempat makan, jadi aku makannya di kampus saja. Bilangin sama Papa kalo dia nanya tentang aku besok," kata Clara tetap fokus pada makana
Perhatian Violetta tertuju pada layar ponsel milik suaminya yang menyala. Rasa penasaran seolah mendorongnya untuk melihat siapa sang pengirim pesan itu. Tertera nama 'My Cla' di layar benda pipih tersebut. "My Cla?" Violetta merasa tidak asing dengan nama itu, sampai ia mengingat kejadian beberapa saat yang lalu ketika suaminya tanpa sadar menyebutkan nama 'Cla.'Tangannya terulur hendak meraih ponsel sang suami untuk melihat isi pesan itu karena tertimbun dengan pesan baru yang sepertinya sebuah stiker, tetapi Violetta juga tidak bisa melihatnya. Sedikit lagi ponsel itu akan berada dalam genggaman tangannya, hingga tiba-tiba .... "Aku lupa mau menghubungi Brace," Gracio mengambil ponsel miliknya tepat waktu. Jika tidak, maka Violetta akan mengetahui perselingkuhannya dengan Clara yang baru dimulai. "Mas, kamu ngagetin tau nggak," protes Violetta memasang wajah terkejutnya. "Aku pikir kamu sudah mandi, Mas," imbuhnya sembari duduk di sisi ranjang dengan tatapan fokus ke Gracio. "S
Clara bersikap seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa dan ia bersikap bodoh tak mengetahui kebohongan Gracio terhadapnya. Dia ingin melihat apakah Gracio akan berterus terang atau memilih tetap berbohong kepadanya. Mereka ketemuan di taman dekat kampus, sesuai dengan permintaan Gracio sebelumnya. Senyuman manis Clara berikan kepada Gracio yang saat ini juga tersenyum kepadanya. "Kenapa Om nggak membalas pesanku mulai kemarin? Semua panggilan dariku juga diabaikan, apa Om udah nggak sayang lagi sama aku? Padahal aku nungguin Om loh mulai kemarin. Jahat banget sih Om," cicit Clara memberondong Gracio dengan berbagai macam pertanyaan. Gracio terkekeh kecil begitu mendengar ocehan Clara yang terdengar lucu baginya. "Aku lagi sibuk, Sayang. Maaf ya udah buat kamu menunggu lama," jawab Gracio memberikan alasan supaya sang kekasih tidak marah. "Sibuk ngapain sih Om. Apa Om tahu kalo aku dimarahin sama Papa gara-gara ketahuan mencuri dokumen penting milik Om Xander?" tersirat luka di
Gracio pulang ke rumah tepat jam 7 malam. Di mana sang istri dan putranya sedang melaksanakan makan malam bersama. Ia datang tanpa merasa bersalah dan langsung bergabung di meja makan. "Aku pulang." Serunya sembari mendaratkan bokong di kursi khusus untuk kepala keluarga di sana. Namun, tak ada sambutan dari istri dan anaknya di sana. "Kalian kenapa?" tanya Gracio keheranan."Papa jahat. Katanya mau jalan bareng Kevin dan Nama, tapi tadi siang nggak pulang-pulang. Padahal kita nungguin Papa sampek malam," gerutu Kevin mengerucutkan bibirnya. Kedua mata pun nampak berkaca-kaca dari saking kecewanya. Gracio terhenyak, ia benar-benar lupa kalau ada janji kepada istri dan anaknya. Ia sangat merasa bersalah hingga tak sanggup menatap wajah sepasang ibu dan anak di hadapannya. "Sayang, maafin Papa ya, Nak. Papa nggak sengaja buat lupain janji sama kalian, tadi pekerjaan Papa banyak banget di markas," kilah Gracio memberikan alasan. Ia menangkup kedua pipi sang putra lalu memberikan kecup
Hari ini, Clara berangkat ke kampus pagi-pagi sekali. Selain ingin bertemu dengan Pak Sean, ia juga sedang mengindari sang Papa yang sudah mengoyak habis hatinya. Setibanya di kampus, Clara menunggu kedatangan Sean di parkiran kampus karena biasanya mereka sering berpapasan di sana. Saat melihat mobil sang dosen telah sampai di parkiran, gegas Clara berjalan ke arahnya. Tanpa permisi, Clara masuk ke dalam mobil Sean hingga membuat pria tampan itu terkejut. "Clara!" Serunya menatap gadis cantik yang duduk di sampingnya. "Saya cuma mau bilang, jangan pernah ikut campur dengan urusan saya. Apa pun yang saya lakukan Anda nggak berhak mengetahuinya, apa lagi sampai melapor sama kedua orang tua saya," kecam Clara menatap nyalang pada pria yang berstatus sebagai dosennya. "Maksud kamu apa, Cla?" tanya Sean tak mengerti, baru kali ini ia melihat amarah pada diri Clara. "Jangan pura-pura nggak tahu ya Pak. Gara-gara Bapak, saya terkena masalah. Papa saya marah, bahkan yang semula dia ngga
Violetta menatap dirinya di pantulan cermin, matanya bengkak akibat terlalu lama menangis. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa pria yang sudah ia kenal selama 10 tahun tega membentaknya cuma perihal ia bertanya mengenai hubungan suaminya dengan seorang gadis bernama Clara. 7 tahun mereka menikah, baru tadi pagi mereka bertengkar gara-gara hal sepele. Apa salahnya jika Violetta bertanya tentang kebenaran itu, lagipula ia bertanya secara baik-baik, tetapi Gracio menanggapinya dengan serius. "Jika seperti ini, aku semakin curiga kalo kamu benar-benar selingkuh, Mas. Kamu berubah, kamu bukan lagi Gracio yang aku kenal." Ucap Violetta sambil menekan dadanya yang terasa sesak. Tak terasa bulir bening mengalir membasahi wajah cantik perempuan berusia 25 tahun. Dengan cepat tangannya menyeka air mata itu dan berusaha menguatkan diri demi menjaga perasaan sang putra. "Aku akan mencari tahu semuanya, Mas. Jika benar kamu selingkuh, aku nggak akan pernah memaafkan mu." Kata Violetta penuh a
Jika kemarin Clara yang menunggu Sean di parkiran, sekarang kebalikannya. Sean menunggu Clara keluar dari kelas saat jam pulang, ia duduk tak tenang di dalam mobil. Masih segar diingatan saat kemarin Sean makan bersama dengan keluarga Gracio, yang dia yakini adalah kekasih wanita pujaannya. Tak berselang lama orang yang ditunggu ternyata muncul juga, Ansel bergegas turun dari dalam mobil dan menghampiri Clara. "Ikut saya!" Sean menarik pergelangan tangan Clara dan memasukkannya ke dalam mobil. "Lepas! Pak Sean apa-apaan sih!" Clara memberontak agar tangannya dilepaskan oleh sang Dosen. Namun, usahanya gagal, ia sudah masuk ke dalam mobil Sean tanpa bisa menolak. "Pak Sean mau membawa saya ke mana?" tanya Clara mendesis tajam. Lagi-lagi ia dibuat jengkel dengan sikap Sean yang semena-mena. "Kita harus bicara," tukas Sean tanpa menatap ke arah Clara. Dia tetap fokus pada jalanan dan entah akan membawa Clara ke mana. Clara menahan diri agar tidak marah kepada dosennya tersebut. Lam
"Papa!" Seru Clara saat melihat Robert terkurung di sel tahanan. "Kenapa Papa ada di sini, ayo pulang, Pa," suara Clara bercampur dengan tangisan, ia sangat tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Sayang, maafin Papa ya," kata Robert seraya menghapus air mata anaknya dari celah jeruji besi yang mengurungnya. "Nggak, Papa nggak salah. Aku yang minta maaf sama Papa karena--""Shuuut! Jangan menangis lagi dan jangan saling menyalahkan. Mulai sekarang kita baikan, oke," kata Robert tersenyum hangat, untuk menghibur putrinya yang sedang sedih. Clara mengangguk cepat, tapi tangisannya semakin kencang. Ia tidak tahu bagaimana kehidupannya selanjutnya jika Papanya di penjara. "Pa!" Panggil Camellia dengan suara tercekat, ia baru sampai di sana setelah berurusan dengan salah satu polisi di sana saat akan masuk ke dalam. "Ma, maaf jika Papa ada salah. Apa pun yang Papa lakukan semuanya demi kalian," ucap Robert ikut menetaskan air mata karena tidak kuasa melihat kedua wanita tercintanya