Violetta menatap dirinya di pantulan cermin, matanya bengkak akibat terlalu lama menangis. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa pria yang sudah ia kenal selama 10 tahun tega membentaknya cuma perihal ia bertanya mengenai hubungan suaminya dengan seorang gadis bernama Clara. 7 tahun mereka menikah, baru tadi pagi mereka bertengkar gara-gara hal sepele. Apa salahnya jika Violetta bertanya tentang kebenaran itu, lagipula ia bertanya secara baik-baik, tetapi Gracio menanggapinya dengan serius. "Jika seperti ini, aku semakin curiga kalo kamu benar-benar selingkuh, Mas. Kamu berubah, kamu bukan lagi Gracio yang aku kenal." Ucap Violetta sambil menekan dadanya yang terasa sesak. Tak terasa bulir bening mengalir membasahi wajah cantik perempuan berusia 25 tahun. Dengan cepat tangannya menyeka air mata itu dan berusaha menguatkan diri demi menjaga perasaan sang putra. "Aku akan mencari tahu semuanya, Mas. Jika benar kamu selingkuh, aku nggak akan pernah memaafkan mu." Kata Violetta penuh a
Jika kemarin Clara yang menunggu Sean di parkiran, sekarang kebalikannya. Sean menunggu Clara keluar dari kelas saat jam pulang, ia duduk tak tenang di dalam mobil. Masih segar diingatan saat kemarin Sean makan bersama dengan keluarga Gracio, yang dia yakini adalah kekasih wanita pujaannya. Tak berselang lama orang yang ditunggu ternyata muncul juga, Ansel bergegas turun dari dalam mobil dan menghampiri Clara. "Ikut saya!" Sean menarik pergelangan tangan Clara dan memasukkannya ke dalam mobil. "Lepas! Pak Sean apa-apaan sih!" Clara memberontak agar tangannya dilepaskan oleh sang Dosen. Namun, usahanya gagal, ia sudah masuk ke dalam mobil Sean tanpa bisa menolak. "Pak Sean mau membawa saya ke mana?" tanya Clara mendesis tajam. Lagi-lagi ia dibuat jengkel dengan sikap Sean yang semena-mena. "Kita harus bicara," tukas Sean tanpa menatap ke arah Clara. Dia tetap fokus pada jalanan dan entah akan membawa Clara ke mana. Clara menahan diri agar tidak marah kepada dosennya tersebut. Lam
"Papa!" Seru Clara saat melihat Robert terkurung di sel tahanan. "Kenapa Papa ada di sini, ayo pulang, Pa," suara Clara bercampur dengan tangisan, ia sangat tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Sayang, maafin Papa ya," kata Robert seraya menghapus air mata anaknya dari celah jeruji besi yang mengurungnya. "Nggak, Papa nggak salah. Aku yang minta maaf sama Papa karena--""Shuuut! Jangan menangis lagi dan jangan saling menyalahkan. Mulai sekarang kita baikan, oke," kata Robert tersenyum hangat, untuk menghibur putrinya yang sedang sedih. Clara mengangguk cepat, tapi tangisannya semakin kencang. Ia tidak tahu bagaimana kehidupannya selanjutnya jika Papanya di penjara. "Pa!" Panggil Camellia dengan suara tercekat, ia baru sampai di sana setelah berurusan dengan salah satu polisi di sana saat akan masuk ke dalam. "Ma, maaf jika Papa ada salah. Apa pun yang Papa lakukan semuanya demi kalian," ucap Robert ikut menetaskan air mata karena tidak kuasa melihat kedua wanita tercintanya
Sean menunggu Laura di depan gerbang TK Pelita, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Violetta yang sedang menjemput putranya. "Mamanya Kevin 'kan?" ucap Sean kepada Violetta, mendekati wanita cantik itu dengan tujuan ingin mengutarakan kebenaran mengenai pengkhianatan Gracio."Iya, kamu Om nya Laura?" Violetta masih mengingat jelas wajah Sean saat makan siang bersama kemarin. "Mbak sibuk nggak setelah pulang dari sini?" tanya Sean berhati-hati, ia harus segera berbicara empat mata dengan wanita cantik itu karena ia kasihan dengannya yang dikhianati oleh suaminya sendiri. "Nggak, ada apa?" Violetta nampak penasaran saat melihat gelagat aneh dari pria di hadapannya. "Bisa kita bicara sebentar, saya ada perlu penting sama Mbak," kata Sean sangat tak sabaran. Violetta melihat jam yang melingkar di tangannya sebelum menyetujui permintaan Sean. "Kita ada waktu 30 menit untuk berbicara, ayo ke sebelah sana," Violetta mengajak Sean ke arah taman di samping sekolah TK tersebut. "Ada apa?"
Clara duduk termenung di balkon kamarnya, ia terus kepikiran dengan perkataan Mamanya tadi siang. Ia sampai bertengkar dengan Camellia demi membela Gracio, sebab menurut Clara tidak mungkin Gracio tidak mencintainya dan hanya memanfaatkannya. "Nggak mungkin Om Gracio sejahat itu, bahkan dia sudah jujur lebih dulu kalau mempunyai istri dan anak, lantas untuk apa dia memanfaatkan ku yang nggak bisa apa-apa." Monolog Clara menolak percaya dengan perkataan Mamanya yang dia anggap membual hanya demi memisahkannya dengan Gracio. "Besok aku akan menemuinya dan bertanya langsung kepadanya untuk menghindari kesalahpahaman." Ucapnya lagi penuh tekad. Clara masih memegang teguh pendiriannya yang mencintai Gracio tanpa status. Ting! Satu pesan masuk ke dalam ponselnya, ternyata dari pria yang sejak tadi menjadi pusat pikirannya. "Selamat malam, Sayang. Apa kamu baik-baik saja? Aku sangat merindukanmu."Begitulah isi pesan yang dikirimkan Gracio kepada Clara. Malam ini pria itu sedang ada di
Sean terlonjak kaget saat melihat notifikasi pesan masuk yang ternyata dari Violetta. Ia menegakkan punggung serta membenarkan posisi duduknya di atas sofa sebelum membalas pesan dari wanita tersebut. "Saya akan mengirim beberapa bukti yang mengacu pada perselingkuhan suami Mbak dan seorang wanita muda yang tak lain adalah mahasiswi saya di kampus. Tapi, Mbak harus janji tidak akan melabrak wanita itu ataupun mengancamnya karena sudah menjadi selingkuhan suami Anda. Biarkan saya yang mengurus wanita itu asalkan Mbak mau berjanji kepada saya." Sean membalas pesan dari Violetta dan memberikan syarat terlebih dahulu sebelum memberikan bukti yang ia punya tentang perselingkuhan Gracio dan Clara, karena ia tidak mau wanita yang dicintainya menjadi sasaran empuk bagi Violetta, seperti yang telah terjadi di sinetron tentang istri sah yang melabrak selingkuhan suaminya, sehingga wanita itu malu dan tercoreng nama baiknya. "Yah, saya janji tidak akan melakukan hal itu. Cepat, berikan bukti
Plak! Gracio terkejut mendapatkan serangan tiba-tiba dari istrinya itu. "Ada apa, sayang, kenapa kamu menampar ku?" suara Gracio masih terdengar lembut di telinga Violetta, dan itu semakin membuatnya muak. "Sekarang sudah malam, kita bicara besok setelah Kevin berangkat ke sekolah," desis Violetta menahan amarah. Ia tidak mau bertengkar di depan putranya yang hanya akan merusak mental Kevin jika sampai melihat orang tuanya bertengkar hebat, apalagi tentang kasus perselingkuhan. Gracio tak bisa berbuat apa-apa, ia masuk ke dalam kamar dengan perasaan resah. Entah ada masalah apa hingga Violetta berani menamparnya untuk yang pertama kali. Sepertinya akan ada masalah, Gracio harus mempersiapkan diri pada esok pagi. Gracio masih bertanya-tanya ada apa dengan istrinya, kenapa sikapnya sangat dingin. Dia berubah tak seperti biasanya, apa jangan-jangan ... Dia sudah tahu akan hubungannya dengan Clara? Ah, tidak mungkin. Violetta selalu berada di rumah, jika keluar pun dia hanya menjempu
Pagi hari. Violetta mengantarkan Kevin ke depan rumah yang akan berangkat ke sekolah menggunakan taksi. Taksi yang sudah menjadi langganan sekaligus kenalan Gracio, jadi mereka tak perlu cemas kalau Kevin tidak akan sampai ke sekolahan. Karena supir taksi tersebut selalu menjamin keselamatan Kevin, karena ia benar-benar orang yang sangat baik. "Hati-hati di jalan, jangan buat keributan di sekolah ya. Belajar yang rajin, Kevin kan anak pintar," ucap Violetta memberikan nasehat kepada sang putra. "Kevin, jangan pernah takut sama siapa pun. Jangan sampai kamu ditindas oleh teman-teman yang lain, Kevin kan pemberani," kali ini Gracio yang memberikan nasehat kepada putranya. "Iya, Ma, Pa," jawab Kevin tersenyum senang. Suasana inilah yang selalu Kevin rindukan saat Mama dan Papanya pisah rumah. "Pak, titip Kevin ya," kata Violetta kepada supir taksi. Ia percayakan semuanya kepada kenalan suaminya itu. "Siap, Bu," supir taksi itu pun langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang