Terlintas pemikiran kotor dalam kepala Xuanwu. Pada masanya, sosok si Raja Iblis dipuja-puja oleh kaum hawa. Parasnya sangat tampan. Bentuk wajah tirusnya memiliki hidung lancip. Rambut Xuanwu memanjang indah mencapai pinggang dan dihiasi aksesoris mahal. Dia seorang lelaki bermuka manis. Bahkan bisa dibilang, parasnya itu sudah menjurus ke arah cantik. Ilmu hitam bisa mempengaruhi sisi buruk orang yang mendalaminya dari segi mental, laksana candu. Tidak mengherankan jika dahulu kala, banyak wanita yang jatuh dalam pelukan Xuanwu. Itulah kenapa, ia disebut juga sebagai: ‘Iblis Gairah’. Karena, mampu membuat perempuan manapun memasrahkan keperawanannya pada dia. Belum lagi, mematahkan hati mereka yang tidak ia kehendaki. “Aku tidak bisa mengadali Gao Tian bahwa sebagai syarat agar dia bisa mengerahkan ilmu spiritualku, ia mesti meniduri seorang wanita. Dia anak baik-baik. Bisa-bisa, si dungu ini curiga terhadapku. Tetapi mungkin aku bisa mengajarinya untuk tebar pesona, merayu …”
Xuanwu melakukan kontak dengan Gao Tian. Telah mengucurkan keringat karena sedari tadi mesti memanggul dua bakul tumpukan batu dari satu tempat ke tempat yang lain, perkataan Xuanwu tentu membuat dirinya dongkol.“Kau setuju karena yang menjatuhkan hukuman bagiku adalah wanita idamanmu?”Sambil membalas apa yang diucapkan Xuanwu melalui kontak batin mereka, Gao Tian menatap keki pada kakak angkatannya yang berlagak bak seorang mandor.“Tidak, bukan begitu. Aku serius. Pagi-pagi kamu sudah membersihkan perguruan dilanjut latihan fisik. Sekarang kau membantu pembangunan pengembangan institut. Nanti sore kamu akan kembali bersih-bersih dan latihan fisik lagi. Bagus,” papar Xuanwu diakhiri memuji.“Bagus kenapa? Supaya aku lelah dan akan merengek pada Master Tsui untuk minta dipijat dan kau senang karena bisa disentuh-sentuh oleh beliau?” keluh Gao Tian. Dia beranjak untuk membawa tumpukan batu selanjutnya.“Ide yang bagus. Pada saat perempuan sakti nan seksi itu memijatmu, tolong izinkan
“Ha …?!”Benar apa yang dikatakan kakak kelas Gao Tian. Bakul yang dibawa oleh si adik angkatan jebol. Dengan polosnya, Gao Tian melongo memandangi bebatuan yang berserakan di tanah.“Sudah ku bilang, jangan kau membawa terlalu banyak batu, Gao Tian … lihat, bakulmu sekarang rusak dasar anak bebal!”Senior Gao Tian langsung bereaksi. Diiringi mimik gusar, ia melangkah mendekat pada Gao Tian yang kikuk karena melakukan kesalahan.“Ma-maaf, Kak Hwan Ching. Biar aku mengambil bakul baru dan memasangnya lagi,” sambut Gao Tian.“Kamu memang tidak berguna, Gao Tian! Kamu tidak layak untuk berada di sekte Tujuh Bintang Kejora. Untung saja Grand Master berbelas kasihan padamu. Keberadaanmu di sini seperti noda bagi sekte ini, tahu tidak …?!”Xuanwu yang masih duduk di kursi kebesarannya memandang tajam ke arah pemuda yang berbicara pada Gao Tian tersebut.Dia tidak tahu apa yang dirasakan Gao Tian. Tapi bahkan ia sendiri saja menilai kata-kata siswa tingkat akhir itu sangatlah berlebihan.Tua
Gaya bertarung Gao Tian sama dengan Tan Guan Ming. Sekira musuh belum mengerahkan teknik yang membahayakan, Gao Tian hanya mengelak dan menangkis. Tetapi begitu musuh lengah atau meninggalkan celah setitik saja … Dhuest, dhuest, dhuest! Melihat pertahanan Hwan Ching terbuka, Gao Tian melepaskan kombinasi pukulan. Badan Hwan Ching terkena dua serangan cepat Gao Tian, begitu juga pipi kirinya. Dia memlilih mundur. “Hanya segitu tenagamu, Gao Tian? Pantas saja kau tidak memiliki ilmu spiritual. Memukul saja lemah begitu!” ejek Hwan Ching. Padahal, dirinya was-was. Ia tidak mengetahui Gao Tian mewarisi cara bertarung guru besar mereka. “Aku tidak ingin bertarung denganmu, Kak. Sekali lagi aku minta maaf. Bagaimana kalau kita akhiri saja pertarungan kita sehingga aku bisa kembali bekerja,” ucap Gao Tian merendah. “Banyak cakap kau!” Keki karena Gao Tian berhasil mendaratkan serangan terhadap dia, Hwan Ching tidak mau mengalah. Dia segera me
Di tempat dirinya berada, Xuanwu yang duduk pada kursi kebesarannya menggerakkan sebelah tangan dengan telapak terbuka. Wajahnya membentuk ekspresi terkejut yang jenaka tanda riang.“Pintar juga kamu, Gao Tian. Betul, betul! Minta pada dewi kestaria ini untuk digojlok setiap hari. Sehingga, kamu menjadi lebih kuat lagi. Tidak lupa, kamu juga harus mencari masalah. Supaya aku bisa mengagumi kecantikan surgawinya setiap saat!” Xuanwu berceloteh.Permintaan Gao Tian itu mengundang Fenglei yang berdiri di belakang kiri dia memandang ke arahnya. Hwan Ching terheran-heran. Adik kelasnya itu terkena sangsi. Tapi, malah dengan suka hati melakukannya.Ga Bo tidak langsung bereaksi. Ia menatap Gao Tian seperti biasa. Penuh kasih sayang, namun tetap tegas. Ia tengah berpikir.“Anak manis ini malah meminta untuk menjalani sangsinya lebih lama. Apakah …, dia mendapati. Dengan bekerja keras dan olah fisik yang tinggi, kemampuan spiritualnya ban
Pekerja dengan jambang tebal pada sebagian wajahnya juga mengenakan topi bambu berkata pada Gao Tian.“Terima kasih atas pujiannya, Paman. Semua itu karena didikan para guru kami di sini,” ucap Gao Tian.Mungkin karena dirinya baru saja bisa mengerahkan ilmu spiritual tanpa bimbingan guru-gurunya, dia tidak menyadari.Agak mengeherankan apabila pekerja sipil seperti laki-laki itu membicarakan kekuatan spiritual. Karena, hanya mereka yang juga memiliki ilmu spirituallah yang mampu melihat pancaran energi spiritual orang lain.Berarti seharusnya dari kata-kata dia, ahli bangunan tersebut dapat melihat seperti apa pancaran kekuatan milik Gao Tian.“Apakah kamu mengetahui, mengapa ia disebut dengan: ‘kekuatan spiritual’?” si ahli bangunan bertanya.Saat itu, baik para pekerja maupaun Gao Tian sedang beristirahat. Sudah dari pagi mereka mulai bekerja. Ga Bo telah menyampaikan pada Gao Tian bahwa muridnya itu menggantikan peran murid yang biasanya menjadi pengawas pekerjaan secara bergantia
Suara obrolan juga cekikan itu berasal dari arah sungai. Karena, para murid perempuan sekte Tujuh Bintang kejora sedang mandi di sana.“Hebat sekali kamu bisa mengkresikan teknik tendangan itu, Ting Ting!”“Hati-hati, jangan kamu terlalu membuka kakimu lebar-lebar. Nanti selaput daramu jebol!”“Hihihihi …!”“Aku sangat segan pada Kakak Pertama. Tegasnya sudah seperti para guru …”“Mungkin dia perlu kita ajak mandi bareng supaya tidak terlalu serius …”“Hahaha …!”Setiap pagi, Gao Tian yang sebetulnya berstatus sebagai karyawan di Balai Riung Bintang Kejora bangun lebih cepat dari kawan-kawannya yang lain untuk membersihkan asrama. Selesai berlatih, ia akan menyimpan semua peralatan yang para murid gunakan usai mereka mengasah kemampuan mereka.Setiap selesai menggelar latihan, para siswa dan siswi memiliki waktu sekira 2 jam sebelum menghadiri sesi pembelajaran. Mereka memanfaatkannya dengan melancong. Pergi ke pasar, atau mandi di Sungai Kirmizi yang berada tidak jauh dari markas sek
“Jika demikian, kau juga jangan memanggilku dengan: ‘Kakak Pertama’. Mulai sekarang, panggil saja aku Chun Ho.”Pemuda tampan yang bersama Xiao Mei tersenyum. Seringai tipisnya membuat wajahnya terlihat semakin menyenangkan.Sejak tadi, paras manis Xiao Mei selalu dihiasi senyum. Seolah-olah, berada di Institut Bukit Elok membuat dirinya merasa bahagia.“Baiklah kalau begitu, Chun Ho,” sambut Xiao Mei.“Apakah aku perlu mengantarmu pulang, Xiao Mei?”.“Tidak usah. Sudah ada pengawal dan dayangku.”“Mungkin lain kali …, aku bisa menggantikan peran mereka untuk mengantarmu pulang. Bahkan kalau kamu mau, aku dapat menjemputmu,” Chun Ho berkata dengan mimik serius.Perkataan Chun Ho membuat Xiao Mei tertawa ringan dengan singkat. “Jangan, Chun Ho. Aku kemari guna berlatih bela diri. Bukan ingin merepotkanmu.”Chun Ho melepas Xiao Mei di gerbang Institut Bukit Elok. Gadis cantik itu hengkang ditemani dua laki-laki yang membawa senjata tajam dan dua perempuan yang merupakan dayang-dayangnya