Yoga menghadapkan kamera ponsel kepada wajahnya sendiri, lalu berkata, "Halo, Pak Apri. Lama nggak ketemu."Apri sontak murka melihat Yoga. Dia memekik, "Ternyata kamu! Kamu yang melukai putraku!""Benar sekali." Yoga mengiakan.Apri naik pitam. Yoga sudah melukai putranya, tetapi masih berani bersikap begitu terang-terangan. Lancang sekali!"Yoga, kamu melukai putraku tanpa alasan. Kamu harus membayar dengan nyawamu!" seru Apri."Tanpa alasan? Pak Apri, jangan sembarangan bicara dong. Dia yang menantangku. Aku bukan cuma ingin melukainya, tapi juga ingin membunuhnya!" sahut Yoga.Apri mengernyit sambil bertanya, "Gimana dia menantangmu?""Biar dia yang bicara sendiri kepadamu," timpal Yoga."Iskandar, apa yang kamu lakukan? Bukannya aku menyuruhmu jangan bertindak sembarangan?" tanya Apri."Aku ... aku cuma ingin mengambil Liontin Duo Naga," jawab Iskandar."Kenapa kamu mau liontin itu? Jangan-jangan untuk wanita itu?" Apri makin murka."Ayah, aku nggak bisa terima ini. Dia nggak pant
"Aku punya banyak keturunan, nggak masalah kalau kehilangan satu. Tapi, Raja Naga cuma punya seorang putra. Kalau dia kehilangan putranya, dia nggak mungkin memaafkanmu untuk selamanya. Lima ... empat ... tiga ...." Apri mulai berhitung mundur. Sementara itu, Arya sibuk memohon.Iskandar mengancam Yoga, "Ayo, cepat buat keputusan. Ayahku orang yang tepat janji. Dia selalu melakukan semua yang dikatakannya."Lima detik telah berlalu, tetapi Yoga belum menyatakan keputusan. Apri berucap, "Sepertinya kamu sudah membuat pilihan. Pengawal, bunuh Arya!"Arya berteriak dengan putus asa dan meminta pertolongan dari Yoga. Pada akhirnya, Yoga berkata, "Bawa Arya kemari."Arya menghela napas lega. Dia hampir pipis di celana saking takutnya. Apri mendengus dan berujar, "Ternyata kamu punya kesadaran diri juga."Tentunya, Yoga tidak berniat untuk melepaskan Iskandar. Dia sudah membuat rencana. Yoga segera menelepon Raja Naga untuk memberitahunya semuanya.Raja Naga sontak murka. "Dasar anak durhaka
Raja Naga hanya mengenakan pakaian tipis, bahkan ada rotan di belakang punggungnya. Jelas, dia minta dihukum. Raja Naga berkata, "Master, tolong hukum aku. Aku yang salah karena kurang mendisiplinkan putraku."Yoga mengangguk dan membalas, "Ini bukan kesalahanmu.""Master, nyawa putraku ada di tanganmu. Kamu nggak perlu sungkan-sungkan padanya," ujar Raja Naga lagi."Aku tahu harus gimana. Berdirilah," sahut Yoga."Baik." Raja Naga bangkit dan berdiri di samping layaknya anak kecil yang membuat kesalahan.Iskandar tentu tertegun melihatnya. Raja Naga adalah eksistensi yang lebih terkenal daripada Dewa Digdaya, tetapi berguru kepada Yoga tanpa paksaan apa pun. Sebenarnya sehebat apa Yoga ini?Beberapa saat kemudian, kedua tetua Sekte Torkas tiba dengan membawa Arya. Posisi Apri sangat penting sehingga dia tidak mungkin datang.Arya tampak bersimbah darah, tetapi semua hanya luka luar. Begitu melihat Raja Naga, Arya sontak berteriak, "Ayah, tolong aku ....""Dasar anak durhaka! Diam! Kal
"Hahaha! Memang anjing yang patuh!" Iskandar tertawa terbahak-bahak. Kemudian, dia berkata, "Arya, mulai hari ini ganti saja margamu. Kamu sah menjadi anggota Sekte Torkas."Arya merasa sangat berterima kasih. Dia menyahut, "Terima kasih atas restumu, Pak."Saat ini, terdengar helaan napas dari tengah-tengah kobaran api. Terlihat 2 sosok perlahan-lahan berjalan keluar. Mereka tidak lain adalah Yoga dan Raja Naga.Meskipun tubuh mereka menjadi hitam karena asap, tidak ada luka apa pun. Kejadian ini membuat Iskandar dan lainnya tak kuasa merinding.Bagaimana bisa kedua orang itu bertahan hidup di tengah ledakan? Parahnya, mereka bahkan tidak terluka! Tidak mungkin tubuh mereka lebih kuat dari baja, 'kan?Kekuatan Yoga telah mencapai tingkat bentala sekarang, sedangkan fisiknya telah mencapai tingkat jumantara. Ledakan seperti ini tidak akan bisa melukainya. Dia bahkan menggunakan fisiknya untuk melindungi Raja Naga. Jika tidak, Raja Naga mungkin akan terluka sedikit.Raja Naga memelototi
Yoga terkekeh-kekeh dan berkata, "Kalau begitu, terima kasih atas hadiah luar biasa Pak Iskandar. Kematianmu nggak bakal sia-sia karena kamu menutupi kekuranganku dalam ilmu sihir."Iskandar tidak kuat lagi menghadapi ini. Dia berteriak histeris, "Beraninya kalian! Jangan macam-macam ya! Menyerap esensi darahku sama dengan melanggar hukum alam! Ka ... kalian nggak boleh melakukannya!""Kebetulan sekali, aku senang melanggar hukum alam!" Yoga terkekeh-kekeh. Kemudian, dia segera memerintahkan, "Raja Naga, saatnya beraksi.""Baik." Raja Naga sontak memukul dada Iskandar, lalu mengerahkan kekuatan menyerap yang luar biasa. Sekujur tubuh Iskandar menegang, aliran kabut darah keluar dari tubuhnya.Itu adalah esensi darah Iskandar. Raja Naga pun memasukkan semua esensi darah itu ke tubuh Yoga. Esensi darah berubah menjadi lahar yang membakar tubuh Yoga. Yoga bisa merasakan seluruh organ tubuhnya terbakar, membuatnya kesakitan hingga sesak napas.Namun, Yoga segera menyerap dan menyatukan sem
Dengan kata lain, esensi darah itu adalah harapan dan masa depan Sekte Torkas. Jadi, kematian Iskandar sama dengan mengakhiri masa depan Sekte Torkas.Apri segera memberi tahu Dewa Digdaya apa yang terjadi. Setelah mendengarnya, Dewa Digdaya murka. Dia membentak, "Dasar bodoh! Bukannya sudah kubilang jangan bertindak gegabah? Gara-gara kebodohan kalian, Yoga jadi makin kuat sekarang. Kalau sampai rencanaku gagal, Sekte Torkas harus menanggung akibatnya!"Apri menghardik, "Jangan bertele-tele! Jalankan rencana kita sekarang. Sekalipun sekteku musnah, dendam putraku tetap harus dibalaskan!""Nggak boleh!" tolak Dewa Digdaya dengan lugas. "Sekarang belum waktunya. Kalau membuat Yoga makin berwaspada, kita hanya akan kalah telak!""Aku nggak peduli! Kamu nggak tahu betapa tragisnya kematian putraku!" pekik Apri dengan berang.Dewa Digdaya memperingatkan dengan serius, "Apri, sebaiknya dengarkan nasihatku. Kalau kamu bertindak semena-mena dan merusak rencanaku, aku bisa saja langsung memusn
Jahanam Langit? Ternyata leluhur Jahanam Langit, salah satu penjaga Penjara Jahanam! Eksistensinya jelas setara dengan leluhur Jahanam Bumi!Tanpa diduga, pria tua seperti leluhur Jahanam Langit bersedia mendengar perintah Winola. Apri memang tidak tahu Winola mencari Yoga untuk membalaskan dendam Iskandar atau untuk merebut esensi darah. Yang jelas, dia ingin Yoga mati!Apri berkata, "Baik, Senior. Aku akan segera mengirim semua informasinya kepadamu." Dia sangat yakin Yoga akan mati dibunuh leluhur Jahanam Langit.Yoga kembali ke perkotaan. Tiba-tiba, Wenny meneleponnya dan bertanya, "Yoga, gimana?""Aku sudah mendapat liontin itu kembali," sahut Yoga."Syukurlah!" Wenny merasa sangat lega."Kenapa?" tanya Yoga."Tanpa liontin itu, ayah dan para pamanku kumat lagi. Mereka menggila dan ingin membunuh orang. Situasi sangat gawat," sahut Wenny.Yoga mengernyit. Sebenarnya dia ingin memutuskan hubungan dengan Wenny dan tidak ingin ikut campur urusannya lagi, tetapi masalah ini berkaitan
Yoga merasa agak terharu melihat sikap Wenny yang seperti ini. Dia menimpali, "Tenang saja. Mereka nggak bakal bisa melukaiku. Menjauh sedikit supaya kamu nggak terluka."Wenny berkata lagi, "Kamu nggak tahu apa yang telah mereka alami. Sudah banyak orang yang mati karena mereka ...."Sebelum Wenny selesai berbicara, ayah dan paman-pamannya mengerahkan seluruh energi internal mereka. Energi dahsyat sontak menyerbu ke arah Yoga dan Wenny.Dalam sekejap, Wenny merasa pusing dan sesak napas, bahkan mulai berhalusinasi. Wenny merasa dirinya berada di tengah-tengah lautan mayat dan lautan darah. Otak Wenny seperti akan meledak.Yoga membantu Wenny menahan sebagian besar tekanan itu. Tanpa bantuan Yoga, Wenny mungkin sudah mati karena tekanan itu.Yoga cukup terkejut. Kekuatan orang-orang ini jauh lebih hebat dari yang dibayangkannya. Faktanya, dia merasa agak tertekan.Entah apa yang dialami orang-orang ini. Bagaimana bisa energi mereka begitu tajam dan suram? Padahal, energi jahat Raja Nag