Setelah makan, Indah dan Sandy langsung menuju apartemen untuk beristirahat. Ada seorang asisten rumah tangga yang dipercaya untuk membersihkan dan menjaga apartemen itu. Jika Sandy atau orang tuanya sedang ada keperluan di Singapura, mereka cukup menelepon sehari sebelumnya. Asisten rumah tangga itu tidak menginap di apartemen itu. Ia hanya datang untuk membersihkan dan akan kembali ke rumahnya. Ketika Sandy dan Indah datang, orang itu menyambut dan menyerahkan kunci apartemen pada Sandy.Ruangan di dalam apartemen sangat bersih dan mempunyai perabot yang minimalis dan modern. Indah sangat menyukai desain apartemen itu, karena membuatnya merasa sangat nyaman. "Mas, aku mandi dulu, ya." Indah membuka tas kopernya untuk mengambil pakaian."Iya, jangan kunci pintunya!" Sandy mengedipkan mata menggoda Indah.Indah terkejut dan tersipu, namun ia sangat memaklumi tingkah suaminya tersebut. Ia masuk ke kamar mandi yang cukup luas, bersih, dan mewah. Indah meletakkan pakaian di gantungan p
Indah dan Sandy sangat menikmati waktu bulan madu mereka. Mereka tiba di Pulau Bali dan menginap di sebuah hotel mewah. Hotel itu mempunyai akses langsung ke pantai yang sangat cantik. Indah tak berhenti mengagumi keindahan alam Pulau Dewata. Malam itu mereka menghabiskan malam di balkon hotel sambil memandangi bintang dan rembulan yang membuat suasana semakin romantis."Kamu baru pertama ke Bali, Sayang?" tanya Sandy."Iya. Dulu saat SMA ada agenda karya wisata ke Bali, tapi aku gak bisa ikut karena ibu gak punya cukup uang," jawab Indah."Wah, kalau begitu aku akan mengajakmu berjalan-jalan sepuasnya di sini. Aku sudah tiga kali datang ke Bali. Terakhir dua tahun lalu, ketika adik sepupuku menikah." Sandy menceritakan semua dengan santai, seolah itu adalah hal yang biasa baginya."Kelihatannya hidupmu sedari kecil sangat nyaman, Mas. Kamu bisa pergi ke luar negeri, hidup mewah, dan membeli apapun yang kamu mau. Kami yang terlahir dari keluarga sederhana, harus sangat berhemat dan m
"Dua hari yang lalu mantan mertuamu datang kemari," kata Ibu Indah."Mau apa Ibu Mas Aryo datang ke sini, Bu?" tanya Indah."Awalnya Ibu pikir dia kangen sama Arinna dan Charles, jadi Ibu ijinkan saja dia masuk dan bertemu anak-anak. Tapi ternyata.." Ibu Indah berhenti beberapa saat."Ternyata apa, Bu?" Indah penasaran dan menatap ibunya dengan serius."Dia datang untuk mengungkit masalahmu dengan Aryo. Dia menyalahkan kamu atas perceraian kalian. Katanya kamu istri yang tidak patuh, boros, dan tidak bisa memuaskan suami.""Apa?! Tega sekali dia bicara seperti itu," tukas Indah kesal."Ibu Aryo juga mengatakan kamu pernah meminjam perhiasan miliknya untuk modal usaha katering mu dan belum mengembalikannya sampai saat ini."Indah menggelengkan kepala dan merasa heran. "Itu gak pernah terjadi, Bu. Justru Indah yang harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kami, karena Mas Aryo membagi gajinya untuk wanita lain. Mas Aryo juga selalu memberi uang untuk ibunya setiap bulan.""Yang lebi
"Oke, ayo kita makan siang!" ajak Sandy sambil menutup laptopnya.Indah tersenyum dan mengambil tasnya, lalu mengikuti langkah Sandy keluar dari ruangannya.Mereka menuju lift dan langsung menuju ke tempat parkir. Sandy mengemudi mobilnya ke sebuah kafe yang terletak di dekat kantornya. Indah tidak terlalu berselera memesan makanan dan menyantap makan siangnya. Ia masih memikirkan ucapan Ibu Aryo tentang dirinya. Indah ingin segera mendengar penjelasan darinya."Sayang, ingat pesan Ibu. Jangan terpancing emosi saat bertemu dengan mantan mertuamu," kata Sandy."Iya, Mas. Aku akan berusaha menahan diri. Aku hanya ingin mendengar alasannya berbicara begitu dan memintanya menjelaskan pada semua orang bahwa ucapannya gak benar," jawab Indah.Sandy memegang tangan Indah, seakan meneguhkan bahwa dirinya akan selalu ada di sisi Indah.Setelah makan siang, Indah dan Aryo langsung menuju rumah Ibu Aryo. Sudah cukup lama Indah tidak menginjakkan kaki di rumah sederhana itu. Saat menikah dengan A
Aryo dan ibunya langsung datang ke rumah Ibu Indah sore itu. Jika sebelumnya datang dengan angkuh dan nada suara yang tinggi, kini Ibu Aryo datang dengan tertunduk lesu.Mantan mertua Indah meminta maaf pada Ibu Indah dan menjelaskan semuanya."Maafkan saya, Bu. Saya khilaf dan sudah mengatakan hal yang gak benar tentang Indah.""Tolong jangan ulangi lagi, Bu! Kita pernah menjadi keluarga, seharusnya sekarang kita juga tetap saling menghargai dan berhubungan baik. Bagaimanapun juga ada Arinna dan Charles yang harus kita jaga perasaannya," jawab Ibu Indah bijak."Iya, Bu. Sekali lagi maafkan saya, Indah, Sandy." Ibu Aryo menutup wajahnya sambil terisak."Kali ini saya maafkan Ibu. Tapi Ibu harus menjelaskan semuanya pada tetangga di sekitar sini," ujar Indah."Tapi.." Ibu Aryo merasa berat hati mendengar syarat itu."Lakukan saja, Bu!" bisik Aryo yang tak punya pilihan lain.Indah mengantar Aryo dan ibunya berkeliling di sekitar rumah itu. Ibu Aryo mengaku pada semua orang bahwa ia te
"Irene, jaga sikapmu pada istriku! Jangan kurang ajar!" Sandy mengingatkan Irene.Irene menarik kembali tangannya dan mengalihkan pandangannya dari Indah. Indah berbalik dan meneruskan langkahnya ke pintu. Sandy mengejar dan memegang lengan Indah."Sayang, kamu lapar? Aku temani kamu, ya.""Gak perlu, Mas. Kamu kan sedang sibuk," jawab Indah.Sandy tetap membukakan pintu dan keluar dari ruangan bersama Indah. Sandy menarik Indah ke sudut yang sepi dan berbisik padanya."Sayang, kamu marah? Maafkan sikap Irene yang kurang dewasa. Dia memang manja karena merupakan anak bungsu. Sejak dulu dia dekat padaku, mama juga sudah menganggapnya seperti anak sendiri. Mungkin dia bersikap begitu karena belum mengenalmu."Indah menatap Sandy dan berusaha menahan rasa kesalnya, ia berpikir mungkin dirinya yang terlalu sensitif."Aku mengerti, Mas. Aku hanya sedikit bosan di dalam dan gak melakukan apa-apa. Aku mau mencari udara segar sebentar di luar."Sandy memegang kedua lengan Indah di hadapannya
Indah segera mencari taksi online dan pulang ke rumah ibunya. Ia merasa kecewa dengan sikap Irene, tapi lebih kesal lagi dengan sikap Sandy kali ini. Sandy selama ini selalu peka dan cepat tanggap membela serta melindungi perasaan Indah. Namun kali ini Sandy hanya diam, seolah ulah dan sikap Irene adalah sesuatu yang wajar.'Adik angkat macam apa dia? Kenapa dia seenaknya menghina dan merendahkan aku?' gerutu Indah dalam batinnya.Indah masih duduk di bangku belakang mobil itu. Sebentar lagi ia akan tiba di rumah ibunya. Indah membiarkan ponselnya berdering dan enggan menjawab panggilan telepon Sandy."Sudah sampai, Bu." Sopir taksi melirik Indah yang masih duduk termenung."Oh, iya. Ini uangnya," kata Indah.Indah turun dari mobil itu dan berjalan ke rumahnya. Ia menghela nafas panjang sebelum masuk, agar ibu dan kedua anaknya tidak melihatnya sedang marah dan kecewa."Loh, kamu sudah pulang, Nak? Mana Nak Sandy?" tanya ibu."Dia masih sibuk, Bu. Aku lelah dan bosan, jadi pulang dulu
"Sayang, nanti kita ajak anak-anak main di mal, ya. Sekalian aku antar kamu belanja bulanan," kata Sandy sambil tetap fokus mengemudi. Sore itu mereka baru saja pulang dari kantor. Mobil mereka menembus jalanan yang padat dengan kendaraan yang berlalu lalang."Wah, anak-anak pasti senang sekali, Mas," jawab Indah."Iya, aku juga senang melihat mereka bermain dan tertawa gembira. Aku sangat menyayangi mereka.""Iya, Mas. Dulu mereka gak pernah ke mal atau jalan-jalan. Sekarang aku sangat bersyukur, karena kamu bisa membuat mereka bahagia dan menyayangi mereka dengan tulus," imbuh Indah."Mereka sudah menjadi anak-anakku. Kamu, Arinna, Charles, dan ibu adalah bagian terpenting dalam hidupku." Sandy melirik Indah sambil tersenyum."Mas, apa Irene masih marah? Aku gak mengerti, kenapa dia kesal dan sepertinya cemburu padaku," ujar Indah.Sandy menghela nafas berat sebelum menjawab, "Irene memang sejak dahulu manja dan keras kepala. Biarkan saja dia untuk sementara, Sayang. Kamu jangan te