Suatu sore, Aryo datang ke rumah Ibu Indah. Ia sengaja datang sebelum Indah pulang bekerja. Ibu Indah terkejut melihat kedatangan mantan menantunya itu. "Nak Aryo, ada perlu apa datang kemari? Apa sudah telepon Indah?""Saya mau ketemu Arinna dan Bagas, Bu. Saya ini papa mereka, Bu. Apa saya harus ijin dulu untuk menemui mereka? Walaupun sudah bercerai, saya tetap punya hak untuk menjalin hubungan dengan mereka.""Ibu mengerti, Nak. Tapi kamu tetap harus minta ijin pada Indah kalau mau bertemu dengan mereka.""Aturan dari mana itu, Bu? Ibu jangan coba menghalangi saja untuk menemui mereka. Atau saya akan mengambil mereka dari Indah secara paksa untuk selamanya!"Ibu Indah mundur beberapa langkah karena terkejut mendengar ancaman Aryo itu. Ia sangat takut kalau Aryo kalap dan nekat melakukan itu. Apalagi Ibu Indah tahu bahwa Aryo sakit hati karena Indah telah mempermalukan dirinya beberapa waktu yang lalu. "Arinna, Charles, ini Papa, Nak," panggil Aryo. Arinna dan Charles berlari da
Pagi itu Indah bersiap menuju restoran. Seperti biasa, Sandy akan datang menjemput Indah dan Arinna. Lalu Sandy dan Indah akan mengantar Arinna ke sekolah. Arinna yang sudah memakai baju seragamnya duduk dan memakan sarapannya dengan malas. Tak seperti biasanya Arinna bersikap seperti itu. Biasanya ia selalu ceria dan bersemangat untuk berangkat ke sekolah. Sejak tadi malam, Arinna dan Charles lebih banyak diam. Indah berusaha menanyakan apa yang membuat sikap mereka berubah, tetapi Arinna dan Charles tetap bungkam. Ketika Indah membereskan piring dan mencucinya di wastafel, suara klakson mobil Sandy terdengar. "Rinna, kamu keluar dulu, ya. Sampaikan sama Om Sandy kalau Mama akan menyusul," kata Indah. Arinna diam dan langsung keluar dari rumah, Charles juga menyusulnya dari belakang. Namun ternyata ia keluar untuk mengungkapkan rasa kesalnya pada Sandy. "Pagi, Rinna cantik," sapa Sandy. Arinna melipat kedua tangan di depan dadanya dan merengut. "Om jangan datang ke sini lagi!
"Kita harus menemui Aryo. Dia harus menjelaskan semuanya ini pada kita." Sandy mengambil tas selempang dan kunci mobilnya."Bagaimana kalau dia mengelak, Mas? Aku gak ingin menemui dia lagi. Seandainya mungkin, seumur hidup aku gak mau berhubungan dengan dia," ujar Indah."Tenang saja aku punya cara untuk mengatasi persoalan ini dan membuat Aryo tunduk pada kita."Sandy dan Indah menuju mobil dan meninggalkan restoran itu. Di perjalanan Sandy menghubungi seseorang yang tidak dikenal oleh Indah. Indah tidak terlalu memperhatikan atau menanyakan siapa yang Sandy hubungi. Ia berpikir Sandy hanya menghubungi karyawan atau membicarakan masalah pekerjaan dengan seseorang.Di tengah perjalanan, Indah terkejut karena mobil tersebut mengarah ke suatu tempat yang ia kenali. Dan tepat seperti dugaannya, mobil tersebut masuk ke halaman kantor tempat Aryo bekerja."Mas, mau apa kita ke sini? Aku tidak mau membuat keributan di tempat ini," kata Indah.Di kantor itu beberapa orang masih mengenali In
Sesuai perjanjian, Aryo datang ke rumah Ibu Indah untuk menyelesaikan masalah itu. Arinna dan Charles terlihat bingung karena Aryo dan Sandy datang secara bersamaan.Mereka duduk di ruang tamu rumah itu dan kembali saling berhadapan. Semua tatapan mata tertuju pada Aryo. Ibu Indah juga menyimpan rasa sakit hati terhadap mantan menantunya tersebut.Indah memeluk kedua anaknya dan menenangkan mereka agar tidak bingung dengan situasi tersebut."Sayang, Papa Aryo mau mengatakan sesuatu pada kalian," kata Indah.Arinna dan Charles menatap Aryo dengan polosnya. Aryo menarik nafas dalam-dalam sebelum angkat bicara. Ia tetap terlihat tidak rela mengatakan hal yang sebenarnya pada kedua buah hatinya. Dalam hati Aryo masih ada ego, ingin memiliki Indah dan anak-anaknya kembali. Namun kali ini jelas ia sudah kalah telak, dan harus menyatakan kebenaran."Arinna, Charles, ada yang mau Papa sampaikan. Papa minta maaf kalau telah membuat kalian bingung dan sedih." Aryo melirik Sandy yang menatap taj
Tubuh Indah masih lemas, ia berusaha menghela nafas berulang kali. Beberapa orang menyandarkan tubuh Indah dan memberinya minuman. Ekspresi kemarahan Sandy membuatnya sangat terkejut."Maaf, Mas. Restoran itu terbakar dan aku gak bisa berbuat apa-apa." Tangis Indah mulai pecah.Sandy memegang kedua bahu Indah dan menatapnya lekat. "Sayang, restoran itu gak terlalu penting bagiku. Ada asuransi kebakaran yang akan menanggung seluruh kerugian kita. Yang aku cemaskan justru kamu. Kenapa kamu masih di dalam saat api mulai membesar?""A-aku hanya ingin mengambil beberapa dokumen dan barang penting. Sayangnya asap membuat aku sesak nafas dan pingsan." jawab Indah."Bagaimana kalau kamu terluka atau terjadi sesuatu yang buruk? Apa kamu pikirkan itu sebelum bertindak? Mengapa kamu sangat bodoh?" teriakan Sandy berhasil menarik perhatian beberapa orang di sekitarnya. Wajah Indah semakin pucat, ia merasa bak sudah jatuh tertimpa tangga. Baru saja hampir celaka, kini Sandy malah memarahi diriny
"Mama kenapa?" tanya Arinna dan Charles sambil menerobos masuk ke dalam kamar.Ibu Indah juga setengah berlari mendekat dengan wajah panik. Sandy sudah menceritakan semua yang terjadi dan menjemput ibu dan anak-anak Indah.Indah tersenyum dan mengulurkan tangannya memeluk Arinna dan Charles."Mama baik-baik saja, Nak." Indah membelai dan mencium kening kedua buah hatinya. Saat sedang terjebak dalam ruangan restoran yang terbakar, sempat timbul dalam benaknya rasa takut tidak bisa berjumpa kembali dengan orang-orang yang ia cintai. "Apa yang sakit, Nak?" Ibu Indah mengusap wajah putrinya."Ibu jangan cemas, Indah gak apa-apa, Bu. Mas Sandy datang tepat waktu dan menyelamatkan Indah dari kecelakaan yang lebih fatal. Sekarang Indah hanya luka ringan.""Terimakasih banyak, Nak Sandy. Ibu gak bisa membayangkan kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk sama Indah." Ibu Indah menatap Sandy dengan haru."Iya, Bu. Sudah menjadi tugas saya untuk melindungi Indah," jawab Sandy."Sebaiknya kamu ju
Indah menghela nafas panjang melihat punggung Aryo yang menjauh. "Sepertinya Aryo masih menyimpan perasaan padamu, buktinya dia jadi sangat panik saat mendengar kabar tentang kamu," kata Sandy."Ah, gak mungkin, Mas! Kami sudah berpisah dan Mas Aryo juga sudah menikah lagi. Semua tindakan dan perkataannya sudah gak penting bagiku," jawab Indah.Sandy mengalihkan pandangannya ke dinding dan bergumam, "Semoga saja, aku akan cemburu padanya kalau bersikap seperti itu di depanku."Indah mengulurkan tangan meraih lengan Sandy dan menariknya. Sandy berbalik dan menatap Indah, lalu duduk di sisi tempat tidurnya."Mas, hatiku sekarang sepenuhnya milikmu." Sandy terkejut, matanya berbinar mendengar ucapan Indah. Ia tersenyum dan menangkup wajah Indah dengan telapak tangannya. Indah selama ini bersikap tertutup, apalagi setelah terluka karena perbuatan Aryo. Ia sangat jarang mengungkapkan perasaannya secara langsung pada Sandy seperti itu."Apa benar begitu? Kamu serius, Sayang?" tanya Sandy.
Undangan pernikahan Indah mulai dibagikan. Ketika seorang office boy akan meletakkan undangan itu di meja Clara, Aryo sempat melihatnya. Ia merasa penasaran dan mengikuti office boy itu sampai ke meja Clara.Clara yang sedang mengerjakan laporan di mejanya terkejut melihat Aryo."Ada apa?"Clara merasa sedikit aneh karena Aryo tiba-tiba menemui dirinya. Aryo dan Clara dulu cukup akrab, karena Clara adalah sahabat Indah. Namun hubungan mereka memang menjauh setelah Aryo mengkhianati Indah. Sebagai sesama wanita, tentu Clara bisa merasakan sakit hati dan kesedihan yang dirasakan oleh Indah.Dia awalnya terpaksa bersikap pasif, tapi akhirnya mendukung dan membantu Indah. Setelah Aryo bercerai dari Indah dan menikahi Tania, Clara semakin kesal dan memutuskan untuk tidak berkomunikasi dengan Aryo. Sekalipun mereka berada dalam satu kantor, Clara tidak menyapa Aryo atau Tania jika tidak benar-benar perlu."Mm.. Aku ingin melihat undangan itu." Aryo menunjuk undangan yang baru saja diletakka