Indah menghela nafas panjang melihat punggung Aryo yang menjauh. "Sepertinya Aryo masih menyimpan perasaan padamu, buktinya dia jadi sangat panik saat mendengar kabar tentang kamu," kata Sandy."Ah, gak mungkin, Mas! Kami sudah berpisah dan Mas Aryo juga sudah menikah lagi. Semua tindakan dan perkataannya sudah gak penting bagiku," jawab Indah.Sandy mengalihkan pandangannya ke dinding dan bergumam, "Semoga saja, aku akan cemburu padanya kalau bersikap seperti itu di depanku."Indah mengulurkan tangan meraih lengan Sandy dan menariknya. Sandy berbalik dan menatap Indah, lalu duduk di sisi tempat tidurnya."Mas, hatiku sekarang sepenuhnya milikmu." Sandy terkejut, matanya berbinar mendengar ucapan Indah. Ia tersenyum dan menangkup wajah Indah dengan telapak tangannya. Indah selama ini bersikap tertutup, apalagi setelah terluka karena perbuatan Aryo. Ia sangat jarang mengungkapkan perasaannya secara langsung pada Sandy seperti itu."Apa benar begitu? Kamu serius, Sayang?" tanya Sandy.
Undangan pernikahan Indah mulai dibagikan. Ketika seorang office boy akan meletakkan undangan itu di meja Clara, Aryo sempat melihatnya. Ia merasa penasaran dan mengikuti office boy itu sampai ke meja Clara.Clara yang sedang mengerjakan laporan di mejanya terkejut melihat Aryo."Ada apa?"Clara merasa sedikit aneh karena Aryo tiba-tiba menemui dirinya. Aryo dan Clara dulu cukup akrab, karena Clara adalah sahabat Indah. Namun hubungan mereka memang menjauh setelah Aryo mengkhianati Indah. Sebagai sesama wanita, tentu Clara bisa merasakan sakit hati dan kesedihan yang dirasakan oleh Indah.Dia awalnya terpaksa bersikap pasif, tapi akhirnya mendukung dan membantu Indah. Setelah Aryo bercerai dari Indah dan menikahi Tania, Clara semakin kesal dan memutuskan untuk tidak berkomunikasi dengan Aryo. Sekalipun mereka berada dalam satu kantor, Clara tidak menyapa Aryo atau Tania jika tidak benar-benar perlu."Mm.. Aku ingin melihat undangan itu." Aryo menunjuk undangan yang baru saja diletakka
Seorang pria berjas hitam kembali naik ke pelaminan menemui Sandy. Setelah pria itu membisikkan sesuatu pada Sandy, raut wajahnya mulai berubah menjadi lebih tenang."Mereka sudah berhasil mengusir Aryo," bisik Sandy pada Indah."Syukurlah, Mas," jawab Indah sambil menarik nafas lega. Ia sama sekali tidak menduga kalau Aryo akan datang dan membuat kekacauan di acara terpenting dalam hidup Indah dan Sandy itu. Sandy dan Indah kembali menikmati kebahagiaan dalam acara resepsi pernikahan itu. Walaupun harus berdiri dan berfoto dalam waktu yang cukup lama, mereka sangat ceria dan tidak terlihat kelelahan.Indah sangat bersyukur karena seluruh rangkaian acara hari itu berjalan dengan baik. Malam itu mereka masih menginap di hotel tersebut. Namun kini Sandy sudah memesan sebuah kamar khusus untuk pengantin baru. Ibu Indah dengan rela kembaliv mengurus kedua cucunya malam itu.Indah merasa sangat terkejut dan tersanjung melihat kamar pengantin telah dihias dengan sangat cantik. Ada hiasan k
Indah sedang memasukkan pakaian dan barang-barangnya ke dalam koper. Arinna dan Charles sama sekali tidak menolak atau protes dengan rencana kepergian Indah dan Sandy. Mereka justru dengan senang hati membantu Indah berkemas."Ma, jangan lupa beli oleh-oleh untuk kami, ya," kata Arinna."Pasti, Sayang. Kalian gak boleh nakal selama Mama pergi. Harus taat sama nenek, ya!" pesan Indah.Sandy masuk ke dalam kamar dan langsung bergabung dengan mereka."Sudah siap, Sayang? Kita akan berangkat jam empat sore.""Iya, Mas. Aku sudah menyiapkan semua pakaian dan keperluan kita." Indah tetap fokus menata barang-barang itu di dalam koper."Gak perlu membawa terlalu banyak pakaian. Kita bisa membelinya di sana.""Jangan boros, Mas! Aku juga gak membawa terlalu banyak pakaian, hanya secukupnya."Sandy menatap Arinna dan Charles, ia membelai rambut mereka."Papa pasti beli banyak oleh-oleh dan hadiah untuk kalian. Nanti kalau Arinna libur sekolah, kita akan pergi jalan-jalan bersama."Arinna dan Ch
Setelah makan, Indah dan Sandy langsung menuju apartemen untuk beristirahat. Ada seorang asisten rumah tangga yang dipercaya untuk membersihkan dan menjaga apartemen itu. Jika Sandy atau orang tuanya sedang ada keperluan di Singapura, mereka cukup menelepon sehari sebelumnya. Asisten rumah tangga itu tidak menginap di apartemen itu. Ia hanya datang untuk membersihkan dan akan kembali ke rumahnya. Ketika Sandy dan Indah datang, orang itu menyambut dan menyerahkan kunci apartemen pada Sandy.Ruangan di dalam apartemen sangat bersih dan mempunyai perabot yang minimalis dan modern. Indah sangat menyukai desain apartemen itu, karena membuatnya merasa sangat nyaman. "Mas, aku mandi dulu, ya." Indah membuka tas kopernya untuk mengambil pakaian."Iya, jangan kunci pintunya!" Sandy mengedipkan mata menggoda Indah.Indah terkejut dan tersipu, namun ia sangat memaklumi tingkah suaminya tersebut. Ia masuk ke kamar mandi yang cukup luas, bersih, dan mewah. Indah meletakkan pakaian di gantungan p
Indah dan Sandy sangat menikmati waktu bulan madu mereka. Mereka tiba di Pulau Bali dan menginap di sebuah hotel mewah. Hotel itu mempunyai akses langsung ke pantai yang sangat cantik. Indah tak berhenti mengagumi keindahan alam Pulau Dewata. Malam itu mereka menghabiskan malam di balkon hotel sambil memandangi bintang dan rembulan yang membuat suasana semakin romantis."Kamu baru pertama ke Bali, Sayang?" tanya Sandy."Iya. Dulu saat SMA ada agenda karya wisata ke Bali, tapi aku gak bisa ikut karena ibu gak punya cukup uang," jawab Indah."Wah, kalau begitu aku akan mengajakmu berjalan-jalan sepuasnya di sini. Aku sudah tiga kali datang ke Bali. Terakhir dua tahun lalu, ketika adik sepupuku menikah." Sandy menceritakan semua dengan santai, seolah itu adalah hal yang biasa baginya."Kelihatannya hidupmu sedari kecil sangat nyaman, Mas. Kamu bisa pergi ke luar negeri, hidup mewah, dan membeli apapun yang kamu mau. Kami yang terlahir dari keluarga sederhana, harus sangat berhemat dan m
"Dua hari yang lalu mantan mertuamu datang kemari," kata Ibu Indah."Mau apa Ibu Mas Aryo datang ke sini, Bu?" tanya Indah."Awalnya Ibu pikir dia kangen sama Arinna dan Charles, jadi Ibu ijinkan saja dia masuk dan bertemu anak-anak. Tapi ternyata.." Ibu Indah berhenti beberapa saat."Ternyata apa, Bu?" Indah penasaran dan menatap ibunya dengan serius."Dia datang untuk mengungkit masalahmu dengan Aryo. Dia menyalahkan kamu atas perceraian kalian. Katanya kamu istri yang tidak patuh, boros, dan tidak bisa memuaskan suami.""Apa?! Tega sekali dia bicara seperti itu," tukas Indah kesal."Ibu Aryo juga mengatakan kamu pernah meminjam perhiasan miliknya untuk modal usaha katering mu dan belum mengembalikannya sampai saat ini."Indah menggelengkan kepala dan merasa heran. "Itu gak pernah terjadi, Bu. Justru Indah yang harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kami, karena Mas Aryo membagi gajinya untuk wanita lain. Mas Aryo juga selalu memberi uang untuk ibunya setiap bulan.""Yang lebi
"Oke, ayo kita makan siang!" ajak Sandy sambil menutup laptopnya.Indah tersenyum dan mengambil tasnya, lalu mengikuti langkah Sandy keluar dari ruangannya.Mereka menuju lift dan langsung menuju ke tempat parkir. Sandy mengemudi mobilnya ke sebuah kafe yang terletak di dekat kantornya. Indah tidak terlalu berselera memesan makanan dan menyantap makan siangnya. Ia masih memikirkan ucapan Ibu Aryo tentang dirinya. Indah ingin segera mendengar penjelasan darinya."Sayang, ingat pesan Ibu. Jangan terpancing emosi saat bertemu dengan mantan mertuamu," kata Sandy."Iya, Mas. Aku akan berusaha menahan diri. Aku hanya ingin mendengar alasannya berbicara begitu dan memintanya menjelaskan pada semua orang bahwa ucapannya gak benar," jawab Indah.Sandy memegang tangan Indah, seakan meneguhkan bahwa dirinya akan selalu ada di sisi Indah.Setelah makan siang, Indah dan Aryo langsung menuju rumah Ibu Aryo. Sudah cukup lama Indah tidak menginjakkan kaki di rumah sederhana itu. Saat menikah dengan A