Indah sedang merias wajahnya dan memakai gaun terbaik yang ia miliki. Sejak dulu Indah kurang bisa bendandan, apalagi sejak menikah dan memiliki anak kecil. Indah sangat jarang berdandan, kecuali jika ada acara khusus. Walaupun sudah berkutat di depan cermin selama setengah jam sambil menonton tutorial berdandan di ponselnya, namun riasan wajah Indah hanya biasa saja, sangat jauh dari yang ia harapkan.
Gaun yang Indah pakai juga sangat sederhana, hanya gaun terusan selutut berwarna biru yang tidak terlalu banyak memiliki variasi. Entah berapa kali sudah Indah memakai gaun itu untuk berbagai acara. Bagi dirinya yang sudah memiliki dua anak, yang terpenting adalah pakaian yang bisa membuatnya nyaman dan mudah bergerak.Indah juga belum berpikir untuk membeli gaun baru, karena ia harus menghemat pengeluaran dan memakai uang untuk sesuatu yang penting. Bagi Indah, acara pesta, undangan, dan sebagainya tidak selalu terjadi. Oleh karena itu, ia tidak terlalu memikirkan pakaian bagus dan riasan.Indah berharap suaminya bisa mengerti, kalau ia jarang berdandan dan memakai pakaian yang bagus, semua juga ia lakukan demi keluarga ini. Indah ingin memberikan yang terbaik dan mengutamakan suami serta anak-anaknya.Sore itu akan ada acara ulang tahun perusahaan tempat suaminya bekerja. Acara tersebut akan dilaksanakan hari Sabtu ini, pukul 18:00. Namun baru pukul 16:00, Aryo sudah mandi dan berpakaian rapi. "Ayo, Mas. Aku sudah siap," kata Indah sambil menutup pintu kamarnya."Memangnya kamu mau kemana?" tanya Aryo ketus. "Tentu ikut acara kantormu, Mas. Bukankah karyawan boleh mengajak pasangan?" Indah balik bertanya. Aryo memandang istrinya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Wajah, gaun, dan sepatu pantofel pendek yang kuno membuat Indah sangat buruk. Dalam penilaian Aryo, sang istri hanya seperti sedang akan pergi berbelanja di pasar atau warung di dekat rumah. Ekspresi wajah Aryo berubah, ia mencibir dan berkata, "Memangnya siapa yang mau mengajak kamu? Kamu ga sadar penampilanmu itu seperti apa? Kumal, bau keringat dan bawang, bisa malu aku kalau mengajak kamu!"Indah tercengang dan hampir tidak mempercayai apa yang baru saja didengarnya, "Apa?! Kamu malu pergi bersamaku? Apa pakaianku kurang cocok, Mas? Aku ganti baju dulu, ya," "Ah, tidak perlu! Kamu buang-buang waktuku saja! Mau berdandan seperti apapun penampilanmu itu tetap jelek. Aku malu pergi bersamamu. Apa kata teman-teman kerjaku jika melihat kamu dan mengetahui bahwa kamu ini istriku? Teman-teman wanita di kantorku itu semuanya cantik, modis, wangi, semua terawat dan pandai merawat diri. Sedangkan kamu, wajah dan penampilanmu itu seperti pembantu! Sudahlah, kamu di rumah saja, urus anak-anak dan bersihkan rumah ini! Aku lihat pekerjaanmu tidak ada yang beres. Rumah ini selalu berantakan, anak-anak sering sakit, padahal kamu di rumah saja. Memang benar kata ibuku, kamu tidak becus bekerja!" cerocos Aryo. Indah tercekat, air matanya mengalir mendengar perkataan suaminya yang sangat menyakiti hatinya itu. Dengan getir Indah berkata, "Kamu keterlaluan, Mas! Kamu tidak pernah menghargai aku yang bekerja keras mengurus anak-anak dan rumah ini. Bahkan aku masih berusaha membantu ekonomi keluarga kita dengan berjualan kue dan masakan. Sekarang dengan seenaknya kamu mengatakan kalau penampilanku seperti pembantu. Kamu membandingkan aku dengan teman-teman kerjamu? Tega kamu, Mas!" "Ah, sudahlah! Jangan manja seperti itu! Jangan pernah datang ke kantorku, atau mencoba ikut ke acara seperti ini! Aku bisa malu, orang sepertimu tidak akan bisa bergaul dengan orang berpendidikan. Aku pergi dulu,"Aryo membuka pintu dan keluar dari rumah lalu menutupnya dengan kasar. Indah terpaku di tempatnya, ia tidak menyangka, ternyata seperti itu penilaian Aryo padanya kini. Sikap Aryo memang banyak berubah akhir-akhir ini. Aryo sering pulang malam, bersikap dingin pada Indah dan anak-anak nya. Saat akhir pekan, Aryo juga sering pergi sendiri dengan alasan lembur atau ada janji dengan temannya. Aryo memang tidak pernah memberitahu atau mengajak Indah untuk ikut serta dalam acara kantornya ini. Indah mengetahui adanya acara itu justru dari Clara, teman Indah yang bekerja di kantor yang sama dengan Aryo.Indah masuk ke kamar dan duduk di depan meja riasnya. Ia menyentuh wajahnya dengan tangan kanannya. Wajahnya memang saat ini kurang terawat, kusam, dan beberapa jerawat muncul di sana. Indah membersihkan wajahnya dari riasan dan mengganti pakaiannya. Bukan Indah tidak suka merawat diri, dulu sebelum menikah, Indah rutin ke salon untuk melakukan perawatan wajah dan rambut. Namun kini Indah harus membagi dengan baik gaji suaminya. Indah lebih memprioritaskan kebutuhan anak-anaknya. Di tahun ke sepuluh pernikahan Aryo dan Indah, mereka telah dikaruniai dua orang anak. Arinna yang sudah duduk di kelas satu Sekolah Dasar, dan Charles yang masih berumur tiga tahun. Anak-anak Indah itu masih membutuhkan banyak perhatian dari mamanya. Oleh karena itu hampir seluruh waktu Indah dalam sehari habis untuk mengurus anak-anaknya dan rumah ini. Tok.. Tok.. Tok..Pintu kamar Indah diketuk dengan lembut dari luar. Indah segera menghapus air matanya, lalu membuka pintu itu. "Mama," kata Arinna yang sudah berdiri di depan pintu. "Ada apa, Sayang?" Indah berlutut dan tersenyum pada Arinna. "Mama, aku lapar," jawab Arinna sambil memegang perutnya. "Oh, Arinna lapar? Ayo kita ambil makanan! Mama tadi membuat kue donat kesukaan Arinna. Adik Charles mana, Sayang?" Indah menggandeng tangan Arinna menuju dapur. "Charles sedang menonton televisi, Ma," tunjuk Arinna pada adiknya yang sedang asyik menonton film kartun. Indah mengambil dua donat dan meletakkannya di piring. Donat ini sisa dagangan Indah hari ini. Indah menjual kue dan masakan melalui media sosialnya. Indah membawa piring itu dan mengajak Arinna duduk di ruang keluarga bersama Charles. "Charles, sini Nak! Lihat Mama bawa donat!" kata Indah. Charles segera mengalihkan pandangannya dan tersenyum ceria melihat donat keju kesukaannya. Arinna dan Charles langsung menyantap kue donat itu. Mereka terlihat sangat menyukai kue itu. Arinna mengacungkan ibu jarinya dan mengatakan sangat menyukai kue itu. "Suka ya, Sayang?" tanya Indah sambil mengusap kepala Arinna dan Charles. "Iya, Ma. Enak sekali kuenya. Mama hebat," jawab Arinna. "Mama senang kalau kamu suka, Nak," kata Indah sambil tersenyum. "Charles juga suka, Ma," jawab Charles tak mau kalah."Iya, Sayang. Besok Mama buatkan lagi, ya," ucap Indah. Indah menarik Arinna dan Charles ke pelukannya. Hanya anak-anak inilah yang membuat Indah selalu bersemangat dan tidak merasa lelah setelah melakukan aktivitas sepanjang hari. Bahkan saat ini, rasa sakit hati dan sedih di hati Indah karena perkataan Aryo tadi tidak lagi terasa.Indah menghela nafas panjang, ia menatap Arinna dan Charles yang baru saja tidur. Indah mencium anak-anaknya dan menyelimuti mereka, lalu ia keluar dari kamar mereka.Indah duduk di tempat tidurnya dengan gundah. Perkataan Aryo tadi kembali terngiang di benaknya. Perkataan yang sangat tajam dan membuat hati Indah terasa sangat nyeri. Indah membayangkan saat ini suaminya sedang bersenang-senang dengan rekan-rekannya. Mungkin beberapa teman Aryo dengan bangga memamerkan istri-istri mereka pada yang lain. Tapi sebaliknya, Aryo justru malu mengajak istrinya sendiri. Rasanya sudah sangat lama Indah tidak pergi keluar rumah bersama Aryo. Aryo lebih sering pergi kemanapun sendiri, terutama jika bertemu dengan teman-temannya. Aryo juga sangat jarang mengundang temannya bertandang ke rumah. Mungkin benar, Aryo merasa sangat malu mempunyai istri seperti Indah. Namun tidak hanya itu saja, Aryo juga enggan dekat dengan kedua buah hati mereka. Indah tidak dapat mengingat kapan terakhir kali ia da
"Sayang, aku pulang dulu, ya," Aryo mengecup kening Tania. "Ah, kenapa buru-buru, Mas? Aku masih kangen nih," kata Tania sambil kembali memeluk tubuh Aryo. Tania membelai tubuh Aryo dengan jemarinya yang lentik dan menggoda Aryo. Jemari Tania dengan lincah menjamah seluruh tubuh Aryo, dimulai dengan dadanya yang bidang, perut, hingga punggungnya. Aryo hampir tidak bisa menahan hasratnya karena sentuhan wanita cantik dan genit itu. "Dasar nakal! Ini sudah malam, Sayang. Nanti istriku curiga, lagipula besok kita juga bertemu lagi di kantor. Apa kamu tidak bosan bertemu denganku setiap hari?" ucap Aryo sambil mencubit lembut hidung Tania. Tania mengerucutkan bibirnya, seolah tidak rela untuk berpisah dengan Aryo. Aryo semakin gemas melihat tingkah manja gadis cantik itu. Aryo menghujani wajah, leher, dan bibir Tania dengan ciuman bertubi-tubi. Gadis itu tertawa dan semakin merangkul Aryo dengan erat. Ia bahkan bergelayut di pundak Aryo, tak ingin melepaskan pria tampan itu. Aryo me
Indah tercengang, ternyata kecurigaannya benar terbukti. "Mengapa kamu menyembunyikan semua ini dari aku, Ra? Kamu itu teman lamaku, kenapa kamu malah memihak suamiku?" tanya Indah meradang. "Maaf, Ndah. Aku bukan membela suamimu atau mau menutupi kesalahannya. Aku pernah mengingatkan Aryo, bahwa perbuatannya itu salah dan akan menyakiti hatimu. Tapi Aryo justru marah padaku. Dia mengancam kalau aku memberitahukan semuanya ini, ia akan membuat aku kehilangan pekerjaan. Kamu tahu kan? Jabatan Aryo di kantor lebih tinggi daripada aku. Dia sudah lama bekerja dan dekat dengan pimpinan. Aku takut ancamannya itu menjadi kenyataan. Aku sangat membutuhkan pekerjaan ini, Ndah," beber Clara. Indah menutup wajahnya, air matanya kini luruh tak tertahan. Sekalipun selama ini ia sudah menaruh rasa curiga pada Aryo, tetapi mendengar kenyataan itu, hati Indah tetap hancur dan sakit. "Maafkan aku, Ndah. Kamu yang sabar, ya," kata Clara sambil mengulurkan tisu pada Indah. Indah mengambil tisu itu
Aryo terkejut melihat istrinya berdiri di hadapannya.Tania menyusul Aryo dan bertanya, "Sayang, ada apa?""Oh, jadi kamu pelakor tidak tahu malu itu?" tanya Indah dengan geram."Apa-apaan kamu, Ndah? Kenapa datang kemari?" tanya Aryo seolah tanpa rasa bersalah.Indah menggelengkan kepalanya dan berkata, "Apa?! Kamu tidak merasa bersalah sedikitpun, Mas? Terbuat dari apa hatimu itu?"Aryo menatap Clara yang berdiri di belakang Indah dan berkata dengan kesal, "Oh, jadi kamu mengadukan semua ini pada Indah? Beraninya kamu, tunggu saja akibatnya!""Aku tidak takut lagi dengan ancamanmu, Aryo! Kamu dan Tania sudah tahu telah berbuat salah, tapi malah terus melanjutkan perbuatan itu. Silakan kalau kamu mau pecat aku, aku tidak peduli!" teriak Clara."Awas kamu!" Aryo menunjuk wajah Clara."Eh, kamu yang salah, Mas. Jangan malah mencari kambing hitam dan menyalahkan orang lain! Teganya kamu berbuat seperti ini, Mas! Apa kamu sudah tidak mengingat lagi janji pernikahan kita? Apa kamu tidak i
Indah masuk ke dalam kamarnya dan mengambil koper dari atas lemari. Setelah itu ia mengeluarkan baju-baju miliknya, juga milik Arinna dan Charles. Indah juga mengambil mainan anak-anaknya, tak banyak memang, tapi mungkin nanti mereka akan menanyakannya. Alat make up Indah tidak banyak, ia mengambilnya dan memasukkan ke dalam tas selempangnya. Indah berusaha untuk tetap kuat dan tidak menangis. Aryo tidak mencegah Indah pergi dari rumah itu. Dari dalam kamar, Indah bahkan sempat mendengar tawa ibu mertuanya dan Tania. Indah menggelengkan kepalanya, sejenak ia menghapus air mata yang mengalir di pipinya, lalu kembali memasukkan barang-barang miliknya ke dalam koper. Indah melihat ke sekeliling kamarnya, tempat ia dan suaminya tidur selama sepuluh tahun ini. Tak bisa dipungkiri, banyak kenangan manis yang terjadi di rumah ini. Dulu Aryo adalah pria yang baik, lembut, dan penyayang. Entah sejak kapan ia berubah, perasaan cinta itu terkikis oleh waktu. Sebelum meninggalkan kamar itu, I
"Mas, kenapa gak jujur padaku kalau hutangmu sebanyak itu?" protes Tania. "Sayang, hutang dan cicilan itu memang untuk kebutuhanku. Aku rasa memang belum sepantasnya aku menceritakan semuanya padamu, kecuali kalau kita sudah menikah," jawab Aryo. "Tapi aku pikir kamu cukup kaya dan mapan, Mas. Karena itu aku mau menerima kamu," ucap Tania dengan jujur."Tapi kamu punya tabungan, kan?" tanya Ibu Aryo. Aryo menundukkan kepala dan berpikir sejenak. Dia hanya mempunyai rekening tabungan untuk menampung gajinya. Namun saldonya tidak pernah bertambah, setiap bulan gajinya menguap habis. Apalagi setelah Aryo menjalin hubungan dengan Tania. Setiap bulan Tania selalu meminta uang untuk belanja, perawatan wajah dan rambut di salon, dan sebagainya. Aryo tahu persis, setiap bulan uang yang tersisa di rekeningnya hanya mendekati saldo minimum. Seperti saat ini, tanggal gajian masih setengah bulan lagi, tapi saldo di kartu ATM Aryo hanya bersisa satu juta rupiah. Itu pun masih harus digunakan u
Setelah bercerai dari Aryo, Indah mulai menata hidupnya kembali. Ia tinggal di rumah ibunya bersama Arinna dan Charles. Bapak Indah sudah meninggal dunia tiga tahun yang lalu. Indah harus berusaha mencukupi kebutuhannya dan anak-anaknya. Ia tidak berharap kalau Aryo akan memberinya uang. Ia harus kuat dan bertahan demi kedua buah hati yang sangat ia cintai.Indah kembali fokus berjualan kue dan makanannya secara online. Ia memasarkan produknya melalui media sosial dan rajin melakukan promosi. Ibu membantu dan mendukung Indah dalam usahanya. Ibu berjualan kue dan masakan Indah di depan rumah. Sementara Indah berbelanja, memasak, dan mengantar makanan yang telah dipesan oleh pelanggannya. Kue dan masakan yang dijual oleh Indah memang enak dan tidak terlalu mahal, karena itu pelanggan lamanya tetap memesan padanya, sekalipun Indah sudah pindah ke rumah ibunya. Suatu hari, saat Indah sedang duduk di depan rumah sambil mencatat pesanan kue, seorang teman lama Indah datang ke rumah. "H
Indah menghela nafas panjang, lalu masuk ke dalam dapur restoran itu. Indah menyapa koki dan beberapa karyawan yang sedang sibuk menyiapkan pesanan konsumen. Semua karyawan itu menyambut Indah dengan ramah. Lalu Indah memakai celemek yang tersedia dan mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk memasak. Bu Ratna ingin Indah memasak soto ayam, ayam goreng, dan sambal. Semua bahan dan bumbu tersedia di dalam lemari pendingin dan lemari dapur itu. Indah mulai mengolah bahan-bahan mentah itu menjadi masakan yang nikmat. Indah harus bekerja dengan efisien dan menggunakan waktu yang ada untuk mengolah tiga menu masakan itu. Setelah hampir dua jam berkutat di dapur, akhirnya semua masakan Indah matang. Indah segera menyajikannya di piring saji dan mangkuk. Bu Ratna masih menunggu hasil masakan Indah di ruangannya. Indah mengetuk pintu ruangan Bu Ratna dan menghidangkan masakan itu.Indah sangat tegang menunggu Bu Ratna mencicipi masakannya. Indah tahu pasti bahwa Bu Ratna pasti orang yang mahi