Share

Pembalasan untuk Suamiku dan Selingkuhannya
Pembalasan untuk Suamiku dan Selingkuhannya
Penulis: Vonny Elyana

Istri Kumal

Indah sedang merias wajahnya dan memakai gaun terbaik yang ia miliki. Sejak dulu Indah kurang bisa bendandan, apalagi sejak menikah dan memiliki anak kecil. Indah sangat jarang berdandan, kecuali jika ada acara khusus. Walaupun sudah berkutat di depan cermin selama setengah jam sambil menonton tutorial berdandan di ponselnya, namun riasan wajah Indah hanya biasa saja, sangat jauh dari yang ia harapkan.

Gaun yang Indah pakai juga sangat sederhana, hanya gaun terusan selutut berwarna biru yang tidak terlalu banyak memiliki variasi. Entah berapa kali sudah Indah memakai gaun itu untuk berbagai acara. Bagi dirinya yang sudah memiliki dua anak, yang terpenting adalah pakaian yang bisa membuatnya nyaman dan mudah bergerak.

Indah juga belum berpikir untuk membeli gaun baru, karena ia harus menghemat pengeluaran dan memakai uang untuk sesuatu yang penting. Bagi Indah, acara pesta, undangan, dan sebagainya tidak selalu terjadi. Oleh karena itu, ia tidak terlalu memikirkan pakaian bagus dan riasan.

Indah berharap suaminya bisa mengerti, kalau ia jarang berdandan dan memakai pakaian yang bagus, semua juga ia lakukan demi keluarga ini. Indah ingin memberikan yang terbaik dan mengutamakan suami serta anak-anaknya.

Sore itu akan ada acara ulang tahun perusahaan tempat suaminya bekerja. Acara tersebut akan dilaksanakan hari Sabtu ini, pukul 18:00. Namun baru pukul 16:00, Aryo sudah mandi dan berpakaian rapi. 

"Ayo, Mas. Aku sudah siap," kata Indah sambil menutup pintu kamarnya.

"Memangnya kamu mau kemana?" tanya Aryo ketus. 

"Tentu ikut acara kantormu, Mas. Bukankah karyawan boleh mengajak pasangan?" Indah balik bertanya. 

Aryo memandang istrinya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Wajah, gaun, dan sepatu pantofel pendek yang kuno membuat Indah sangat buruk. Dalam penilaian Aryo, sang istri hanya seperti sedang akan pergi berbelanja di pasar atau warung di dekat rumah. Ekspresi wajah Aryo berubah, ia mencibir dan berkata, "Memangnya siapa yang mau mengajak kamu? Kamu ga sadar penampilanmu itu seperti apa? Kumal, bau keringat dan bawang, bisa malu aku kalau mengajak kamu!"

Indah tercengang dan hampir tidak mempercayai apa yang baru saja didengarnya, "Apa?! Kamu malu pergi bersamaku? Apa pakaianku kurang cocok, Mas? Aku ganti baju dulu, ya," 

"Ah, tidak perlu! Kamu buang-buang waktuku saja! Mau berdandan seperti apapun penampilanmu itu tetap jelek. Aku malu pergi bersamamu. Apa kata teman-teman kerjaku jika melihat kamu dan mengetahui bahwa kamu ini istriku? Teman-teman wanita di kantorku itu semuanya cantik, modis, wangi, semua terawat dan pandai merawat diri. Sedangkan kamu, wajah dan penampilanmu itu seperti pembantu! Sudahlah, kamu di rumah saja, urus anak-anak dan bersihkan rumah ini! Aku lihat pekerjaanmu tidak ada yang beres. Rumah ini selalu berantakan, anak-anak sering sakit, padahal kamu di rumah saja. Memang benar kata ibuku, kamu tidak becus bekerja!" cerocos Aryo. 

Indah tercekat, air matanya mengalir mendengar perkataan suaminya yang sangat menyakiti hatinya itu. 

Dengan getir Indah berkata, "Kamu keterlaluan, Mas! Kamu tidak pernah menghargai aku yang bekerja keras mengurus anak-anak dan rumah ini. Bahkan aku masih berusaha membantu ekonomi keluarga kita dengan berjualan kue dan masakan. Sekarang dengan seenaknya kamu mengatakan kalau penampilanku seperti pembantu. Kamu membandingkan aku dengan teman-teman kerjamu? Tega kamu, Mas!" 

"Ah, sudahlah! Jangan manja seperti itu! Jangan pernah datang ke kantorku, atau mencoba ikut ke acara seperti ini! Aku bisa malu, orang sepertimu tidak akan bisa bergaul dengan orang berpendidikan. Aku pergi dulu,"

Aryo membuka pintu dan keluar dari rumah lalu menutupnya dengan kasar. 

Indah terpaku di tempatnya, ia tidak menyangka, ternyata seperti itu penilaian Aryo padanya kini. 

Sikap Aryo memang banyak berubah akhir-akhir ini. Aryo sering pulang malam, bersikap dingin pada Indah dan anak-anak nya. Saat akhir pekan, Aryo juga sering pergi sendiri dengan alasan lembur atau ada janji dengan temannya. 

Aryo memang tidak pernah memberitahu atau mengajak Indah untuk ikut serta dalam acara kantornya ini. Indah mengetahui adanya acara itu justru dari Clara, teman Indah yang bekerja di kantor yang sama dengan Aryo.

Indah masuk ke kamar dan duduk di depan meja riasnya. Ia menyentuh wajahnya dengan tangan kanannya. Wajahnya memang saat ini kurang terawat, kusam, dan beberapa jerawat muncul di sana. Indah membersihkan wajahnya dari riasan dan mengganti pakaiannya. 

Bukan Indah tidak suka merawat diri, dulu sebelum menikah, Indah rutin ke salon untuk melakukan perawatan wajah dan rambut. Namun kini Indah harus membagi dengan baik gaji suaminya. Indah lebih memprioritaskan kebutuhan anak-anaknya. 

Di tahun ke sepuluh pernikahan Aryo dan Indah, mereka telah dikaruniai dua orang anak. Arinna yang sudah duduk di kelas satu Sekolah Dasar, dan Charles yang masih berumur tiga tahun. 

Anak-anak Indah itu masih membutuhkan banyak perhatian dari mamanya. Oleh karena itu hampir seluruh waktu Indah dalam sehari habis untuk mengurus anak-anaknya dan rumah ini. 

Tok.. Tok.. Tok..

Pintu kamar Indah diketuk dengan lembut dari luar. Indah segera menghapus air matanya, lalu membuka pintu itu. 

"Mama," kata Arinna yang sudah berdiri di depan pintu. 

"Ada apa, Sayang?" Indah berlutut dan tersenyum pada Arinna. 

"Mama, aku lapar," jawab Arinna sambil memegang perutnya. 

"Oh, Arinna lapar? Ayo kita ambil makanan! Mama tadi membuat kue donat kesukaan Arinna. Adik Charles mana, Sayang?" 

Indah menggandeng tangan Arinna menuju dapur. 

"Charles sedang menonton televisi, Ma," tunjuk Arinna pada adiknya yang sedang asyik menonton film kartun. 

Indah mengambil dua donat dan meletakkannya di piring. Donat ini sisa dagangan Indah hari ini. Indah menjual kue dan masakan melalui media sosialnya. 

Indah membawa piring itu dan mengajak Arinna duduk di ruang keluarga bersama Charles. 

"Charles, sini Nak! Lihat Mama bawa donat!" kata Indah. 

Charles segera mengalihkan pandangannya dan tersenyum ceria melihat donat keju kesukaannya. 

Arinna dan Charles langsung menyantap kue donat itu. Mereka terlihat sangat menyukai kue itu. Arinna mengacungkan ibu jarinya dan mengatakan sangat menyukai kue itu. 

"Suka ya, Sayang?" tanya Indah sambil mengusap kepala Arinna dan Charles. 

"Iya, Ma. Enak sekali kuenya. Mama hebat," jawab Arinna. 

"Mama senang kalau kamu suka, Nak," kata Indah sambil tersenyum. 

"Charles juga suka, Ma," jawab Charles tak mau kalah.

"Iya, Sayang. Besok Mama buatkan lagi, ya," ucap Indah. 

Indah menarik Arinna dan Charles ke pelukannya. Hanya anak-anak inilah yang membuat Indah selalu bersemangat dan tidak merasa lelah setelah melakukan aktivitas sepanjang hari. Bahkan saat ini, rasa sakit hati dan sedih di hati Indah karena perkataan Aryo tadi tidak lagi terasa. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status