Barnard seolah tidak percaya, saat ini dia berada di kota Zeile setelah dua hari perjalanan. Ada rasa menyesal di hati Barnard saat menerima tawaran dari Xiauli, bagaimana bisa ia akan membunuh satu keluarga hari ini, terlebih Barnard harus melupakan janjinya pada Frans untuk kembali lebih awal. "Permisi." Barnard berada di ambang pintu. Benar saja, dirinya di sambut oleh seorang wanita tomboy, Barnard sejujurnya kagum namun ia harus bisa membuat misi ini selesai demi perhiasan dengan harga yang fantastis. "Kau mencariku atau mereka?" tanya wanita yang ada di foto yang ditunjukkan oleh Xiauli. "Kalian semua." Barnard mengeluarkan pistol lalu menembak ke arah Jhesi. Diiringi dengan suara tembakan Barnard Jhesi pun menundukkan kepalanya hingga Jhesi mampu menghindari tembakan Barnard. Tidak puas di situ, Barnard justru mendekati Jhesi lalu menembak dari arah dekat namun Jhesi yang lincah segera melompat ke balik sofa untuk bersembunyi. Barnard berpikir, jika Jhesi di balik sofa ma
Barnard melemparkan beberapa beberapa patung berharga do depan Xiauli, "Bagaimana? Kau masih meragukanku?" "Wah, kupikir kau akan mati di tangan wanita itu." Xiauli meraih patung kuno yang Barnard lemparkan di depannya lalu melihat-lihat. Semua perhiasan patung terlihat begitu mewah dengen desain kuno, harga yang ditawarkan oleh musium begitu fantastis namun tujuan Xiauli yang sebenarnya bukan itu, ia ingin membuat Barnard terjebak dalam satu masalah namun Barnard tidak menyadarinya. "Jadi aku sudah bebas dari kontrak yang kau buat bubukan?" Barnard menatap Xiauli lalu beranjak dari tempatnya. Memberanikan diri lagi datang ke rumah Xiauli setelah beberapa lama Barnard tidak datang ke rumah itu, mata Barnard menatap kamar yang sebelumnya berpintu baja namun kini sudah berganti dengan pintu biasa. "Apa yang kau lihat?" tanya Xiauli saat ia menyadari Barnard menatap pintu kamar. "Tidak ada." Barnard meninggalkan Xiauli begitu saja. "Tunggu!" Langkah Barnard terhenti saat mendengar
Di ruangan gelap kini Barnard berada, ia telah sadar dari pingsannya, beberapa jam yang lalu George membawanya pada Carlos dan berharap Carlos segera membuat Barnard tunduk pada salah satu bosnya namun pikiran George tidak sama dengan apa yang Carlos pikirkan. Mata Barnard menatap sekeliling, ada cahaya remang-remang di sudut ruangan, ruangan yang ia tempati saat ini begitu dingin dan tidak memakai penutup tubuh sama sekali selain pakaiannya. Barnard menggerakkan kakinya namun ia tidak bisa melakukannya sama sekali. Tak lama terlihat cahaya begitu terang, nyatanya seseorang membuka pintu namun Barnard justru memejamkan matanya kembalikembali sampai lampu ruangan telah dinyalakan. "Masih saja tertidur padahal sudah 24 jam lebih, kupikir kau akan segera sadar setelah ini." Suara yang cukup ia kenal membuat Barnard bertanya-tanya kenapa sampai ia bisa ada di ruangan gelap seperti ini. Berlahan Barnard menyipitkan matanya, ia melihat Carlos menggantikan perban yang membalut kakinya ya
Sebulan telah berlalu, setelah penyiksaan yang membuat Starla kini berada di ruang operasi Jack justru mencari cara untuk membuat Barnard jatuh ke dalam kemiskinan kembali. Sampai saat ini Jack tidak ingin hartanya jatuh ke tangan Barnard walaupun itu sudah hak Barnard sepenuhnya. "Bangsat! keluar kau!" Jack saat ini bertolak pinggang di depan perusahaan KENKO. Berharap Barnard yang keluar namun justru seseorang yang tidak ia harapkan keluar dari dalam perusahaan itu. "Panggil Barnard, aku akan membuatnya meregang nyawa detik ini itu juga," kata Jack lalu mengambil pistol di dalam saku jasnya. "Bos sedang ada di luar kota untuk pemu ...." Nyaris saja Frans mengatakan kalau Barnard sedang berada di luar kota untuk pemilihan kondisi kesehatannya yang smakin menurun. "Pemu? Apa dia pemuja wanita? Haha ini lebih bagus, aku akan lebih mudah membuatnya jatuh." Jack terkekeh lalu melangkah meninggalkan perusahaan yang dulu begitu ia pertahankan. Penanaman modal atas janji palsu yang ia
Siang telah berlalu, kini malam mulai menyambut dalam peristirahatan. Tubuh Barnard terkapar di bibir pantai, wajahnya pucat sementara satu kakinya penuh luka gigitan predator. "Arghh ...." "Seseorang. Tolong!" Barnard merintih lalu mencoba menyeret kakinya menjauh dari air yang begitu asin. Semakin sesekali air asin itu menyirami kakinya maka semakin terasa perih yang begitu merusak setiap sel dalam tubuhnya. Namun Barnard tidak bisa menyeret kakinya menjauh dari bibir pantai untuk lebih jauh lagi, hingga napasnya kembali tersenggal lalu ia kembali pingsan. Terlalu lama berada di dalam air dan kehabisan darah karena gigitan predator membuat Barnard kehilangan banyak darah hingga membuat ia begitu lemah. Seseorang dari kejauhan menatap Barnard begitu dalam, melepas lelah sepulang dari memuaskan orang-orang yang haus akan nafsu membuatnya merasa menyesal dan ingin menyendiri dari hiruk pikuk perkotaan. "Apa Anda baik-baik saja?" tanya wanita cantik itu sambil menguncang tubuh Barn
Hari ini di rumah temannya Flow, laki-laki yang ia tolong terbaring tak berdaya. Barnard tidak ingin di bawa ke rumah sakit lagi, ia lebih memilih menyembuhkan lukanya dengan membayar dokter mahal untuk mengunjunginya setiap waktu. Saat ini Barnard benar-benar tidak bisa beraktivitas, ia bahkan sulit untuk berjalan ke kamar mandi. Flow mendekati Barnard lalu duduk di tepi ranjang, lama wanita itu memandang wajah Barnard yang masih terlelap, "tampan." Wajah Flow kian dekat dengan wajah Barnard hingga napas Flow dapat Barnard rasakan sampai membuatnya terbangun. Maaf, lanjutkan tidurmu. Aku akan pergi." Flow hendak beranjak dari duduknya namun satu tangan Barnard mencegah kepergian Flow. "Kau ... kenapa kau menolongku?" tanya Barnard pada wanita yang hanya memakai tanktop tipis di depannya. "Aku ingin, apa aku harus mengulang kata-kata yang aku ucapkan kemarin, Tuan?!" terlihat Flow memandang kesal ke arah Barnard. "Tidak ... aku masih tidak percaya kalau kau mencintaiku setelah p
Hujan membasahi kota, saat beberapa bulan telah berlalu. Kesehatan Barnard telah kembali membaik setelah Carlos mengobati diri Barnard dengan beberapa ramuan trobosan yang Carlos buat. Namun seseorang menatap Barnard dengan tatapan nyalang di ujung jalan saat Barnard hendak masuk ke dalam perusahaannya, hari ini Barnard mulai kembali aktif di perusahaannya namun sangat di sayangkan pertambangan batu bara miliknya harus di hentikan karena fitnah seseorang yang telah merugikan dirinya namun Barnard akan tetap mencari tahu siapa di balik usaha yang terus menerus membuat dirinya jatuh. Tatapan Barnard tertuju pada meja yang ada beberapa laptop dan komputer yang tidak terpakai karena karyawannya tidak dapat hadir ke perusahaan dengan segala alasan yang mereka berikan. Semenjak Barnard sakit, perusahaan miliknya telah banyak memberikan perubahan yang tidak baik, beberapa waktu lalu perusahaan itu naik pesat, penjualan pil penenang yang mereka geluti itu laku keras walaupun keuntungannya
Flow memberanikan diri datang ke perusahaan Barnard lalu mengambil beberapa berkas yang ada di dalam tasnya kemudian menyerahkan pada Barnard. "Aku akan bekerja di sini, apa kau mengizinkannya?" tanya Flow pada Barnard yang masih fokus dengan laptopnya. "Hanya beberapa waktu saja."Padahal saat ini otak Barnard begitu pusing, sebenarnya ia begitu malas melayani dan berdebat dengan Flow. Sekilas ia melirik wanita yang berpenampilan seksi di depannya. Flow yang selalu memakai pakaian terbuka membuat Barnard merasa sedikit terangsang. "Kau ingin bekerja atau ke bar?" Kembali Barnard menatap laptopnya setelah mengatakan hal itu, ia berpikir sudah lama kalau Flow bisa di jadikan alat untuk menghancurkan Jack. Jack yang selalu lemah jika berada di dekat wanita dapat ia jadikan sebagai sasaran yang tepat oleh Barnard. "Bekerja di perusahaan ini, ada syaratnya yang harus di penuhi." Barnard berkata demikian lalu menutup laptopnya. "Apapun itu, aku ingin dekat denganmu." Sebenarnya ucap