"Selamat siang, Bos." Frans membawa masuk beberapa berkas, salah satunya adalah berkas tentang surat perjanjian yang telah lama ia tanda tangan. "Sial!" teriak Barnard saat menatap berkas yang ada di hadapannya saat ini, Barnard berpikir ia tidak akan lagi mendapatkan ganguan jika ia sudah memiliki harta namun Barnard salah besar, jika bukan harta yang melimpah yang mampu membeli harga diri seseorang maka harta itu tak ada arti apa-apa."Siapkan mobil!" perintah Barnard saat menatap Frans yang tidak beranjak dari hadapannya. "Baik." Frans keluar terlebih dahulu dari kantor Barnard lalu Barnard menyusul di belakang Frans yang berjalan cepat. Kenapa harus ada perjanjian tertentu dan tertanda tangan dalam satu jasa walaupun itu tentang satu kekekrasan, padahal ssat ini Barnard ingin lepas dan bebas dari kehidupannya yang menghancurkan dan mencuri namun keadaan sepertinya mendukung perbuatan bejad yang Barnard lakukan. Barnard bukan ingin menemui orang yang mengirimkan dirinya berka
Pagi menjelang, Barnard masih terlelap di rumahnya. Seolah ia lupa dengan pertemuan yang telah ia janjikan. Jika hari ini Barnard tidak menemui laki-laki yang telah membuat ancaman untuk membuat Barnard terjatuh lagi kemungkinan besar Barnard akan mendapatkan masalah dalam hidupnya. Tak lama setelah tubuh Barnard menggeliat dia dikejutkan dengan hadirnya seseorang sambil bertolak pinggang di sampingnya saat ini. "Hey ... jangan lupa pada janji, kau pikir orang yang akan kau temui akan diam saja? lihatlah di lantai bawah, dia telah datang bersama .... " Belum selesai Frans berbicara, Barnard sudah turun dari atas ranjang dan membuka tirai jendela lalu melihat ke lantai bawah. Seseorang membawa dua pengawal sambil menempelkan ponsel di telinganya membuat Barnard tergesa mengenakan pakaiannya lalu turun ke lantai bawah. "Selamat datang di ...." Barnard hendak menjabat tangan Xiauli namun pria itu segera menepis tangan Barnard. "Kau ... kita masih terikat kontrak kerjasama bukan?"
Duar .... Barnard terperanjat saat ia baru saja hendak memejamkan mata karena rasa lelah, bukan tubuh tapi hatinya yang lelah mengingat siapa dan dari mana asalnya. Asap mengepul setelah ledakan di lantai bawah, tak lama setelahnya Barnard terhuyung. Lantai dua rumahnya ambruk Barnard juga terjatuh bersama reruntuhan bangunan. "Kupikir dia sudah mati." Jack menyapu kedua tangannya setelah melepaskan sarung tangan lalu memberikan pada anak buahnya. Sementara dalam reruntuhan gedung, Barnard berusaha bangkit. Keseluruhan tubuhnya yang tertimpa puing-puing bangunan membuat Barnard sedikit sulit bergerak terlebih Barnard menghirup debu reruntuhan. Jack yang merasa puas pun meninggalkan rumah Barnard tanpa jejak namun ia telah menjatuhkan sesuatu di halaman rumah Barnard tanpa ia sadari, mobil Jack menjauh dalam gerimis yang menyapa, meninggalkan jejak misterius pada orang yang sedang berdiri jauh memperhatikan mobil Jack yang berlalu. "Bos... kau mendengarkan aku?!" Bos." Frans ter
Dua hari telah berlalu, Barnard melihat dan menjenguk Shua di rumah sakit karena mendengar kabar kecelakaan yang berada tidak jauh dari bar, awalnya Barnard berpikir kalau pelakunya adalah Jack tapi saat ia melihat keadaan Shua pikirannya berbalik pada Xiauli, Barnard begitu yakin kalau Xiauli yang telah membuat Shua seperti sekarang ini. Tubuh shua masih terbaring tidak berdaya sementara Xiauli kini telah berada di kantor Shua dan memindahkan semua data-data penting perusahaan. Daripada memikirkan adiknya Xiauli lebih memikirkan harta orang tuanya yang tidak boleh jatuh ke tangan adiknya sepeserpun. Sebenarnya Barnard tidak ingin ambil pusing dengan urusan Xiauli dan adiknya tapi Xiauli yang menginginkan Barnard hadir dalam perseteruan antara kakak dan adik yang begitu seru. Barnard kini memiliki ide cemerlang, melalui temannya ia akan mencari tahu siapa orang di balik kecelakaan Shua dan memeras Xiauli, jika pun Xiauli enggan memberikan uang untuknya setidaknya ia bisa lepas dari
"Apa Anda sendirian tuan, Jack?" tanya Barnard sesaat setelah menghampiri Jack yang baru saja keluar dari dalam kamar. Jack baru saja menikmati kehangatan bersama beberapa orang wanita sekaligus, itu membuatnya lelah. Jack mengabaikan Barnard yang berada di depannya lalu berjalan meninggalkan Barnard begitu saja. "Tuan Jack!"Jack menghentikan langkahnya saat suara Barnard terdengar meninggi, sementara Barnard memberikan kode pada asistennya untuk mengantarkan segelas air ke pada Jack, air itu tak lain adalah bir. "Silakan diminum, itu permohonan maaf dari saya, bagaimana kalau malam ini saya yang mentraktir Anda untuk minum sepuasnya?!" Barnard mengangkat alisnya saat melihat Jack menerima minuman yang disuguhkan oleh Frans padanya. "Ide bagus, aku harus memberimu pelajaran." Jack tersenyum sinis lalu berjalan terhuyung menuju salah satu pintu yang tertera nomor setelah mengatakan itu di dalam hatinya. Barnard mengusap rambutnya lalu mengikuti langkah Jack yang berjalan sempoyon
Dua hari berlalu, Jack terbaring di rumahnya. Jack sama sekali tidak di bawa ke rumah sakit karena pesan Jack pada anak buahnya jika ia terkena peluru atau dalam masalah ia tidak akan bisa berobat ke rumah sakit karena tidak akan aman, walau pun anak buahnya menjaga dengan ketat karena Jack begitu banyak musuh di setiap pelosok kota. Hari ini Jack sudah sedikit membaik, namun tidak dengan perasaannya saat ini. Jack memikirkan putrinya yang saat ini entah di mana. "Kemarilah!" perintah Jack saat melihat Elvaro berada di ambang pintu. Menantu yang sebelumnya ia banggakan itu terlihat begitu takut, dengan langkah ragu Elvaro mendekati Jack yang masih terbaring di ranjang. Saat melihat Elvaro mendekat, Jack segera bangkit lalu mencekik leher Elvaro dengan gerakan cepat. Walau dalam keadaan sakit tapi Jack begitu kuat, ia mampu membuat Elvaro tidak dapat berkutik karena cekikan yang begitu mematikan. "Ergh .... lepaskan aku, Daddy." Suara Elvaro terdengar lirih. "Katakan di mana kau
Barnard seolah tidak percaya, saat ini dia berada di kota Zeile setelah dua hari perjalanan. Ada rasa menyesal di hati Barnard saat menerima tawaran dari Xiauli, bagaimana bisa ia akan membunuh satu keluarga hari ini, terlebih Barnard harus melupakan janjinya pada Frans untuk kembali lebih awal. "Permisi." Barnard berada di ambang pintu. Benar saja, dirinya di sambut oleh seorang wanita tomboy, Barnard sejujurnya kagum namun ia harus bisa membuat misi ini selesai demi perhiasan dengan harga yang fantastis. "Kau mencariku atau mereka?" tanya wanita yang ada di foto yang ditunjukkan oleh Xiauli. "Kalian semua." Barnard mengeluarkan pistol lalu menembak ke arah Jhesi. Diiringi dengan suara tembakan Barnard Jhesi pun menundukkan kepalanya hingga Jhesi mampu menghindari tembakan Barnard. Tidak puas di situ, Barnard justru mendekati Jhesi lalu menembak dari arah dekat namun Jhesi yang lincah segera melompat ke balik sofa untuk bersembunyi. Barnard berpikir, jika Jhesi di balik sofa ma
Barnard melemparkan beberapa beberapa patung berharga do depan Xiauli, "Bagaimana? Kau masih meragukanku?" "Wah, kupikir kau akan mati di tangan wanita itu." Xiauli meraih patung kuno yang Barnard lemparkan di depannya lalu melihat-lihat. Semua perhiasan patung terlihat begitu mewah dengen desain kuno, harga yang ditawarkan oleh musium begitu fantastis namun tujuan Xiauli yang sebenarnya bukan itu, ia ingin membuat Barnard terjebak dalam satu masalah namun Barnard tidak menyadarinya. "Jadi aku sudah bebas dari kontrak yang kau buat bubukan?" Barnard menatap Xiauli lalu beranjak dari tempatnya. Memberanikan diri lagi datang ke rumah Xiauli setelah beberapa lama Barnard tidak datang ke rumah itu, mata Barnard menatap kamar yang sebelumnya berpintu baja namun kini sudah berganti dengan pintu biasa. "Apa yang kau lihat?" tanya Xiauli saat ia menyadari Barnard menatap pintu kamar. "Tidak ada." Barnard meninggalkan Xiauli begitu saja. "Tunggu!" Langkah Barnard terhenti saat mendengar