Share

Pemikat Hati Sang CEO
Pemikat Hati Sang CEO
Penulis: Nathalia Rania

1. Cafe Amore

Percikan air hujan membasahi jalan setapak menuju sebuah cafe bergaya klasik. Aroma kopi menguar dari dalam cafe, menajdi pemikat bagi pecinta kopi untuk singgah dan mengecap kenikmatan dari kopi racikan sang barista. Ketika kalian menyesap pahitnya kopi yang dihidangkan barista yang bernama Keysa, kalian akan terpedaya dan sulit untuk melupakan rasa yang Keysa berikan. Secangkir kopi yang Keysa hidangkan akan membuat kalian terbawa ke dalam jerat swarnadwipa milik Keysa.

Cafe Amore, tempat di mana gadis bernama Keysa Renjana Bentala bekerja sebagai barista dan pemilik cafe. Cafe Amore peninggalan ayah Keysa, yang dulunya seorang barista ternama di ibu kota. Keysa memiki paras yang rupawan, paras ayu Keysa menjadi aset penting bagi Keysa untuk mencapai impiannya. Keysa seorang wanita yang mencintai uang dan pria. Keysa lemah akan pria tampan. Hasratnya akan bergejolak ketika dia bertemu pria yang sesuai dengan kriterianya.

"Ramon!" panggil Keysa yang kini menggunakan dress berwarna merah marun yang memamerkan kaki jenjangnya, terlihat kontras dengan kulit putih milik Keysa.

Ramon menghampiri bos-nya yang saat ini sedang memegang gelas kaca berisi wine.

"Ada apa, Key?" tanya Ramon yang buru-buru menghampiri bos sekaligus sahabatnya sejak kecil. Jangan berharap Ramon memiliki perasaan lebih kepada Keysa, Ramon tidak akan mampu akan hal itu. Sebagai catatan, Keysa bukan tipe Ramon. Ramon tidak suka tipe wanita yang mata duitan macam Keysa.

"Tolong belikan aku obat sakit kepala!" pinta Keysa sembari memberikan selembar uang kertas berwarna biru,

"Key, apa tidak ada uang kecil?"

"Apa aku terlihat kismin di mata kamu? Kamu ambil kembaliannya, dan jangan banyak bertanya."

"Ckckck, bagaimana tidak sakit kepala? Kekasih online kamu bertebaran dimana-mana," cibir Ramon yang tak lain sahabat Keysa.

"Jaga mulut kamu! Kamu juga menikmati uangku!"

"Key, kapan kamu akan berhenti dari kegiatan kamu ini?" tunjuk Ramon yang melihat Keysa menyempatkan diri membalas pesan-pesan ATM berjalan yang dia miliki.

"Sampai aku puas," jawab Keysa sekenanya,

"Tsk, apa mereka tau kamu masih virgin?" tanya Ramon menyulut amarah Keysa,

"HEI !!! Jaga mulut kamu!" protes Keysa yang saat ini menatap garang ke arah Ramon,"jangan buat aku menghilangkan bonus kamu bulan ini," ancam Keysa, ancaman Keysa membuat Ramon lari terbirit-birit dan menghilang dari hadapan Keysa.

Bukan hal yang baru bagi Ramon untuk menyulut kemarahan Keysa.

Keysa tidak pernah melakukan kontak fisik dengan para gadun yang dia miliki. Bisa dibilang, Keysa memuaskan kesenangan mereka hanya lewat chat dan video call saja. Semua itu Keysa lakukan demi uang. Keysa memiliki prinsip di dalam hidupnya, tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan pundi-pundi kekayaan. Keysa tidak ingin menjadi seperti ayahnya, pria bodoh yang kehilangan segalanya demi seorang wanita.

Keysa menghempaskan tubuhnya ke sebuah sofa yang berada tidak jauh dari tubuhnya. Keysa tersenyum puas, ketika salah satu gadun kesayangan-nya memberikan suntikan dana untuk kebutuhan hidup Keysa.

"Good, kamu bisa aku andalkan Sayang," kata Keysa melalui aplikasi chat berwarna hijau di gawai kesayangannya.

Keysa segera beranjak dan pergi ke ruangannya. Rasa sakit kepala yang dia derita, tiba-tiba menghilang ketika saldo di rekeningnya bertambah.

Keysa segera mengganti pakaiannya dengan kemeja putih yang memamerkan lekuk indah tubuhnya yang dia padupadankan dengan rok hitam di atas lutut. Keysa sengaja berpenampilan sexy untuk menggoda pelanggannya. Keysa memoles wajahnya dengan natural, rambut panjangnya dibiarkan terurai. Penampilan Keysa membuat dirinya tampak sempurna di mata pria hidung belang yang memuja kecantikan sang dewi.

**

Ramon menatap Keysa yang kini tampak sehat. Ingin rasanya dia mengumpat kepada sahabatnya itu.

"Jadi, kamu sudah tidak membutuhkan obat ini?" tanya Ramon yang melihat Keysa menyesap sebatang nikotin untuk melepas dahaga,

"Ya, aku sudah lebih baik. Kamu terlalu lemot. Aku tidak butuh obat itu," jawab Keysa sadis dan membuat Ramon memutar bola matanya malas.

"Demi apa? Kamu sedang bercanda?"

"Lihat saldo kamu, aku sudah transfer biaya untuk membeli obat." putus Keysa sepihak. Ramon segera mengambil gawai yang dia letakkan di saku celananya, kemudian menatap Keysa tak percaya.

"Ini-, nominal yang tidak sedikit Key!"

"Kamu bisa pakai untuk biaya kesehatan bibi. Jangan tanya aku dapat dari mana, aku malas menjelaskan semua. " kata Keysa yang kini bergegas keluar dari ruangannya,

"Kamu nggak jual diri?"

"Belum di tahap itu. Jadi, jangan terlalu berlebihan,"

"Key!"

"Mon!"

"Kenapa kamu panggil nama aku seperti itu!" protes Ramon,

"Kenapa kamu protes? Bukankah, gabungan kita terdengar senada dan menarik?"

"Mon-Key! Apa kamu ingin aku panggil monkey?" tanya Ramon tanpa merasa bersalah.

"Tsk, kembalikan uangku!" pinta Keysa yang membuat Ramon menyembunyikan gawai kesayangan miliknya dari Keysa.

**

Pria tampan dengan dengan rambut hitam legam itu, mencuri perhatian Keysa. Wajahnya yang oriental dengan hidung bangirnya membuat jiwa Keysa untuk bergerak menghampiri pria yang sedang duduk seorang diri di dekat meja barista.

"Selamat malam, boleh aku duduk di sini?" tanya Keysa yang kini menunjuk kursi kosong yang berada di hadapan pria itu.

Pria itu tidak menjawab, melainkan menganggukkan kepalanya.

"Apa anda hanya memesan secangkir Espresso?" tanya Keysa lagi,

"Ada masalah dengan hal ini?" tanya pria itu dingin,

Keysa tersenyum dan menggelengkan kepalanya,"tidak. Aku fikir, anda akan lebih menyukai Black Coffe,"

"Atas dasar apa kamu mengatakan hal itu?"

"Hanya menebak saja,"

"Oh,"

"Anda sendiri?"

"Tidak, aku sedang menunggu sekretarisku. Dia sedang di dalam kamar mandi," jawab pria itu jujur.

Keysa membulatkan mulutnya, membentuk huruf 'O'. Tampaknya pria yang menarik perhatiannya ini termasuk dalam golongan pria penyuka wanita kantoran. Keysa tidak ingin menghabiskan waktunya lebih banyak lagi untuk pria yang tidak tertarik kepadanya. Benar. Itu akan membuang waktu Keysa yang berharga.

Keysa kembali menatap pria itu dan tersenyum,"baiklah kalau begitu, selamat menikmati kopi-nya. Jika perlu bantuan, anda bisa menemui saya," ungkap Keysa sembari menunjukkan id card yang menggantung di lehernya.

Keysa kembali ke mejanya, wajahnya tampak kesal. Mendapatkan penolakan dari seorang gadun, merupakan penghinaan terbesar bagi Keysa, namun semua kekesalannya menguap begitu saja ketika sebuah panggilan telfon di saku apron yang dia gunakan bergetar.

"Hai, Sayang,"

"Kamu sedang berkerja?"

"Ya, aku masih bekerja,"

"Kamu tidak melupakan janji temu kita hari ini, Sayang?"

"Tentu tidak, aku akan menemui kamu di club tempat yang kita janjikan," jawab Keysa dengan senyum lebarmya.

"Aku akan menjemput kamu nanti,"

"Tidak perlu, aku akan datang sendiri. Aku pastikan, aku menjadi wanita tercantik malam ini," tolak Keysa yang tidak ingin memancing di air yang keruh, mengingat beberapa gadun-nya bukan pria single.

"Hm, baiklah. Sejujurnya, aku ingin bertemu dengan kamu lebih awal. Tapi, jika kamu tidak menginginkan hal itu, aku bisa apa?" kata seorang pria yang tampak kecewa dengan keputusan Keysa,

"Sayang, aku ingin memberi kamu sedikit kejutan. Apa kamu tidak bisa menungguku, Deas?" rayu Keysa yang tidak ingin membuat sumber pundi-pundi kekayaannya merajuk.

"Baiklah, aku menunggumu," kata sosok yang bernama Deas, seorang pria beristri yang jatuh cinta pada sosok Keysa. Lebih tepatnya Deas merupakan salah satu kekasih rahasia Keysa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status