Share

Bab 0007

"Kembali kau, Belle! Dasar anak tidak berguna! Berani sekali kau melangkah keluar, lihat saja apa yang akan kulakukan kepada sertifikat rumah Ibumu, dan aku juga akan membongkar kuburan Ibumu! Aku, akan melempar mayat Ibumu, dan membuangnya ke tempat anjing yang terkena rabies!" Ucap Tuan Bram dengan suara yang begitu lantang dan mimik wajahnya yang terlihat kesal seraya menatap Belle yang berjalan menjauh tanpa menoleh padanya.

Tentu lah Tuan Bram tidak bisa bergerak mendekati Belle untuk memukulnya, itu semua karena anak buah Jelios yang menahan tubuh Tuan Bram agar tidak bisa melakukan pergerakan apapun yang akan melukai Belle dan juga Jhon.

Belle menggigit bibir bawahnya, sejak tadi tangannya mengepal kuat. Matanya memerah menahan tangis yang tidak akan Sudi dia lakukan, air matanya terlalu berharga kalau hanya menangisi Ayahnya yang tidak berperasaan dan tidak berguna.

Jhon melihat bagaimana ekspresi Belle yang terlihat kacau, tapi dia masih terus bertahan untuk tidak menangis. Jhon tahu, kehidupan seperti itu pastilah sangat melelahkan. Namun, pilihan kakak majikannya itu benar-benar di luar akal sehat, bahkan tidak segan-segan memutuskan hubungan dan memaki Jelios dengan makian yang sangat menyakitkan hingga sampai detik ini Tuan Jelios masih tidak bisa menerima dan kesal kepada kakak angkatnya.

"Anda membutuhkan sesuatu, Nona? Misalnya, tisu?" Tanya Jhon.

Belle menggelengkan kepalanya, tentu saja dia memang ingin menangis! Tapi, dia sudah janji tidak akan menggunakan air matanya untuk menangisi Ayahnya.

"Aku tidak membutuhkan apapun," Jawabnya.

Di sisi lain.

"Sayang, kau marah ya?" Tanya Yuri sembari bergelayut manja kepada Jelios yang tengah mengendurkan dasinya karena lelah dengan pekerjaan yang begitu banyak. Di jam istirahat yang niatnya akan dia gunakan untuk makan, dan sebentar istirahat justru tak bisa dilakukan karena datangnya Yuri, sang tunangan.

Jelios menghela nafasnya, menatap wajah Yuri yang terus menatapnya dengan mimik wajah yang terlihat begitu manja.

"Yuri, berhentilah merengek disaat aku sedang merasa lelah."

Ucapan Jelios benar-benar membuat Yuri melepaskan lengan Jelios dan duduk dengan tegap meski wajahnya terlihat kesal.

"Kita sudah satu pekan tidak bertemu, memang kau tidak merindukanku?" Tanya Yuri.

Jelios mengusap tengkuknya, meraih pundak Yuri dan membawanya kedalam pelukannya.

"Aku merindukanmu, tentunya! Tetapi, kau juga tahu sendiri kalau pekerjaanku sangat banyak kan?" Ucap Jelios mencoba untuk membujuk Yuri.

Yuri menghela nafasnya, dia memeluk Jelios dan berkata,"Ayahku sudah bilang kalau kau pasti banyak pekerjaan. Tetapi, satu Minggu bukan waktu yang sebentar sampai aku benar-benar sangat merindukanmu!"

Jelios mengangguk paham, dia mengusap kepala Yuri dengan lembut dan tidak berniat untuk mengatakan apapun.

Yuri, dia adalah anak dari pejabat kota. Ibunya seorang pengusaha berlian jadi, Yuri adalah sesuatu yang Jelios butuhkan untuk menunjang karirnya dalam berbisnis. Sekarang, bisnis yang dia dirikan memang sudah cukup berpengaruh, tapi Jelios tidak puas begtu saja hingga menginginkan lebih dari pada itu. Dia memanfaatkan hati Yuri yang begitu mencintai dirinya. Bagi Jelios, jika menjadi menantu pejabat kota dan seorang pembinis berlian, dia akan memiliki koneksi lebih luas, dan membuktikan diri kepada seseorang yang pernah merendahkannya.

"Sayang?" Panggil Yuri seraya mengendurkan pelukannya dan mengambil posisi untuk duduk di pangkuan Jelios.

"Malam nanti aku harus ikut Ibu untuk pameran berlian, kau kan tidak bisa datang menemuiku. Jadi, ayo kita lakukan itu, aku benar-benar sangat merindukanmu!" ucap Yuri.

Yuri tak menunggu jawaban dari Jelios, dia langsung saja mencium bibir Jelios dengan penuh nafsu.

Jelios terdiam sebentar. Sungguh dia lelah sekali karena sejak kemarin dia terus melakukannya dengan Belle, sekarang dia lelah juga karena bekerja. Tetapi, kalau dia menolak akan membuat masalah baru bukan? Jelios mencoba saja sebisanya, dia membalas ciuman Yuri, hingga pada akhirnya Yuri lah yang begitu agresif.

Jelios membiarkan saja Yuri dengan segala tingkahnya, toh kalau Yuri sudah masuk tidak akan ada yang berani datang. Penjaga di depan pintu ruangan Jelios juga sudah paham dan hafal benar.

Jelios memejamkan matanya, dia benar-benar membiarkan Yuri bergerak di atasnya mencari kepuasan yang dia inginkan. Tentu saja rasanya nikmat, akan tetapi Jelios sudah tidak memiliki banyak tenaga sebanyak itu.

"Ahhh Emhhhh......" Yuri mendesah karena tak tahan dengan rasa nikmat yang begitu terasa pada bagian intinya.

Jelios membuka matanya, entah mengapa suara desahan Yuri membuat Jelios teringat dengan Belle. Cara Belle mendesah karena kelepasan, bergerak, mencium bibirnya, dan aroma inti Belle yang memabukkan.

Jelios tersentak sendiri, dia menatap kembali Yuri untuk memastikan. Ah, iya memang benar bukan Belle. Walaupun memang rasanya nikmat, tapi Jelios justru tidak bisa lupa bagaimana rasa Belle yang jauh lebih nikmat dibanding wanita lain yang pernah tidur dengannya.

Ah, sial! Maki Jelios di dalam hati.

Dia benar-benar tidak bisa konsentrasi saat Yuri terus bergerak naik turun, maju mundur dan kadang memutar dengan perlahan dan sedikit tekanan. Yuri terus mendesah, melenguh sembari meremas kedua dadanya sendiri.

"Ahhhhhh" Yuri memeluk tengkuk Jelios erat saat dia merasakan puncak kenikmatan.

Jelios memaksakan senyumnya, sepertinya dia tidak bisa mendapatkan apa yang di rasakan Yuri. Jadi, dia memang harus berusaha sendiri untuk itu.

"Yuri, Ayahmu menghubungi!" Ucap Jelios membuat Yuri segera bangkit dari atas jelios untuk meraih ponselnya.

"Iya, Ayah?"

Setelah menjawab panggilan telepon itu, Yuri menatap Jelios dengan tatapan sedih.

"Sayang, apa tidak apa-apa kau menyelesaikan sendiri?" Tanya Yuri yang jelas memperlihatkan perasaan sedih dan tidak enak.

Jelios mengangguk, lalu memaksakan senyumnya.

"Tidak apa-apa, kau bisa pergi sekarang." Jawab Jelios.

Yuri menghela nafas lega, bergegas dia membenahi pakaiannya, lalu membenahi riasan wajahnya dan bergegas meninggalkan Jelios setelah mengecup bibir Jelios sebentar.

Jelios menghela nafasnya setelah Yuri pergi. Dia bangkit dari duduknya menuju ke toilet untuk merampungkan apa yang belum selesai. Setelah beberapa saat, Jelios keluar dari toilet dan penampilannya sudah rapih kembali.

Dia benar-benar harus bersabar. Saat ini, pekerjaannya sedang sangat banyak yang dia tidak bisa mengabaikan hal itu. Masalah hasratnya yang tidak menemukan kepuasan secara tuntas, dia akan selesaikan nanti dirumah bersama dengan Belle tentunya.

Setelah semua pekerjaannya hari itu selesai, Jelios bangkit dari duduknya menuju pintu. Ini sudah pukul 7 malam, jadi sudah tidak perlu membuang waktu lagi untuk pulang. Namanya juga tempat bekerja, tidak mungkin tidak ada kerjaan kan?

Sesampainya di rumah.

"Hai, Paman?" Sapa Belle dengan mimik wajahnya yang terlihat sangat ceria.

Jelios terdiam sebentar, bukankah ekspresi seperti itu terlalu manis? batinnya.

"Ngomong-ngomong, aku sudah buatkan paman makan malam, loh!" Ucap Belle yang terlihat bangga.

Padahal, Belle benar sangat berharap makanan yang ia buatkan itu bisa membuat perut Jelios kenyang dan langsung mengantuk dan tidak lagi melakukan hal mesum nantinya.

Jelios menghela nafasnya lalu berkata, "Bagus! Selain makan malam untuk perut, bagian yang lain juga butuh makan!"

Jelios tentu saja tidak tertarik dengan makanan buatan Belle, karena ada bagian tubuh Bellerien yang sangat dia inginkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status