“Terima kasih untuk kamu , wahai pemuda yang tangguh dan agung, atas rencanamu, semoga terkabul.” Selesai berkata kakek itu menghilang lagi meninggalkan Hendrik yang tersipu sendiri.
Sambil tersenyum Hendrik berjalan balik ke bangunan istana dan melihat bangunan apa saja yang telah dibangun oleh Margareta dan ditutup dengan sihir. Karena setelah peralihan kekuasaan, Hendrik ingin membersihkan tempat tempat yang tidak benar dan dia akan menghapus perbudakan di istana ini.
Mereka para budak diberikan kebebasan untuk memilih ingin kerja atau tetap menjadi pelayan di istana ini atau mereka bisa lepas dari keluarga Hendrik dengan catatan tidak mencerita apapun kejadian disini ke kalangan luar.
Saat ini Hendrik cuma dapat memantau bangunan yang ditutup oleh sihir Margareta adalah bangunan tempat Margareta menghukumnya
Selama empat hari, Hendrik duduk santai di depan pintu utama istana , melihat para pelayanan dan para budak serta pengawal terutama yang merupakan jelmaan makhluk immortal. Dengan santai Hendrik mengikuti aktivitas mereka, untuk makan sekarang Hendrik selalu bersama mereka tapi Hendrik tidak mau duduk di kursi Hendrik kecil , dia duduk di sebelahnya, ketika dilarang. “Jika kalian tidak mengijinkan saya duduk disini, ya sudah saya makan di kamar saya saja.” kata Hendrik acuh dan bermaksud keluar dari ruang makan. “Sudah duduklah, sudah Harvey jarang cerewet, biarkan Hendrik duduk disana.” Kata Margareta. “Kamu mau makan apa? Pesan saja sama pelayan.” Kata Margareta. “Ya, saya ingin udang rebus yang telah dikupas kul
POV MARGARETA Ada apa dengan Hendrik? Setelah diangkat menjadi ketua PERKUMPULAN JARINGAN HITAM BAWAH TANAH makin kurang ajar saja. Setiap tindakan buat ulah, sepertinya sengaja mau membuat kami marah. Seperti hari ini…. “Jika saya tidak boleh duduk disini, saya kembali saja ke kamar saya.” Ancam Hendrik yang membuat marah kastara dan Harvey, mereka sudah ingin menghukum Hendrik, untung saya hentikan dan saya menuruti kemauannya. Begitulah tindakan Hendrik selama delapan hari ini, dan selama itu dia hanya duduk santai di pintu utama istana seperti sedang menunggu sesuatu, dan tiba tiba saya teringat bocah kecil yang juga suka duduk di kursi itu menunggu kedatangan ayah ibunya pulang dari bepergian setelah men
Apa yang terjadi kemudian sungguh mengejutkan. Dengan tersenyum Hendrik membalikkan badan dan bertanya sekali lagi pada Margareta. “Nyonya Margareta, sekali lagi saya bertanya kenapa kamu mengundang Nyonya Mei ling dan Wilson bersaudara? Tanya Hendrik dengan angkuhnya dan pada saat itu juga dia melepaskan kekuatan Jendralnya dan memperlihatkan diri dia yang sebenarnya. Margareta masih belum sadar, tapi sepuluh ketua perkumpulan jaringan Hitam Bawah Tanah menyadarinya akan kekuatan Hendrik dan mereka menerima kekuatan itu tanpa melawan sama sekali dan mereka menundukkan kepala memberi Hormat lalu melihat perkembangan selanjutnya. “Budak kurang ajar kamu, apa yang kamu lakukan? , cepat kemari.” Kata Margareta sambil berteriak.
Dimanakah Hendrik?” Harvey melihat jelas yang dipukul adalah Hendrik, kenapa justru kena ayah dan kakeknya yang ada di belakang Hendrik, kemana Hendrik perginya. Harvey melihat sekeliling, Hendrik tetap berada di tempatnya berdiri, tapi mengapa ayah dan Kakeknya yang mengaduh. Kenapa bisa begitu? Margareta juga bingung, ban pinggang itu kelihatan memukul Hendrik tapi begitu menyentuh tubuh Hendrik, ban pinggang itu terpental dan memukul ayah dan kakek Harvey. “Hendrik, apa yang kamu lakukan? Ingat kamu adalah budak sihir saya, apa mau kamu saya hukum? Bentak Margareta dengan marah. “Saya mewakili perkumpulan jaringan hitam bawah tanah, ingin menanyai kamu, nyonya Marga
Sesampainya di hotel Hendrieta. Hendrik meminta kamar yang terbaik untuk kakeknya dan Kevin dan Matius di suruh mengawal dan mengurus semua kebutuhan kakeknya dan jika butuh sesuatu di suruh minta sama Mei Ling atau Wilson bersaudara. Dan untuk baju kakeknya , Hendrik mengajak Kevin dan Matius untuk membeli di mall di bawah hotel. Mereka bersama sama membeli baju di mall, tapi ketika mau masuk ke toko yang bermerek, mereka dihadang oleh pramuniaga. “Maaf, kalian mau kemana?” kata pramuniaga menghadang mereka. Ya, kakek memakai kursi roda mall dan Hendrik masih memakai pakaian budak , begitu juga dengan Kevin dan Matius memakai pakaian pelayan bukan pakaian mewah dan bermerek. Tentu saja tidak ada yang mengira bahwa Hendr
Manager toko tidak berani macam macam dia menyuruh beberapa karyawannya melayani Tuan Besar Baskoro untuk memberi beberapa pakaian , sedangkan Hendrik hanya duduk sendiri di sofa menunggu mereka semua sampai selesai. Sepertinya masalah tidak selesai cuma satu, kembali ada orang usil yang mengganggu Hendrik. “Hai, pengemis, untuk apa kamu duduk disana? Tidak pantas kamu duduk di sofa itu, lebih bersih sofa itu daripada pakaian kamu.” Kata pria yang sombong itu sambil bertolak pinggang mengharapkan Hendrik berdiri. Sebenarnya Hendrik malas melayani manusia manusia sombong itu, untuk menghindari masalah Hendrik bangun dari kursinya dan berjalan ke samping bersandaran di dinding, tapi sayang mereka tidak menyadari berhadapan dengan siapa. Setelah melihat Hendrik ba
Siapa ya yang akan jadi pemimpin? Setelah pengumuman itu , berlomba lomba lah perusahaan keluarga kalangan atas mengajukan proposal dan mereka diberi waktu selama satu bulan dari pengumumannya. Hendrik selama beberapa hari tinggal di Hotel, setelah tujuh hari Hendrik menemani kakeknya sambil mengobatinya dan setelah terlihat kakeknya kembali ke keadaan semula, malah lebih sehat. Hendrik berencana pulang hari ini, dan…. Sesampainya di rumah mertuanya , terdengar suara ribut. “Eliza, mana suami kamu, suruh dia cepat pulang, untuk membantu ibu.” Kata Amanda dengan suara melengking. “Ada apa sih, bu? Pagi pagi sudah ribut, bukankah saya sudah kasih ibu uang bulanan, gaji saya.” Kata Elisa dengan sabarnya.
“Baiklah saya ikuti kemauan kamu, tapi mulai sekarang pakailah pakaian yang lebih baik, kamu kan sekarang sudah bekerja.” Kata Amanda. Tidak disangka, sekarang Amanda juga lebih baik sama Hendrik, Amanda juga bingung, sejak Markus dan Eliisabet tidak ada di rumah dan Hendrik memanggil pelayan untuk urusan rumah tangga, Amanda mengharapkan lebih dari mantunya ini. Bukan saja Amanda, Benhard Snep juga sangat mengharapkan Hendrik menjadi lebih kaya dan bisa menunjang mereka, seperti waktu itu di pasar seni. “Hendrik, besok temani saya lagi ke pasar seni ya, saya mau lihat guci yang di pajang di tengah pameran, katanya itu guci peninggalan zaman kuno, saya mau lihat guci itu bisakah kita beli?” Kata Benhard Snep, ketika Hendrik baru pulang bersama dengan Amanda. “Ayah, j