Share

15. Rumah Impian.

"Kau yang menata semua sendiri?" Syarif sedikit takjub, ketika tiba di rumah mereka.

Setelah empat hari terakhir dia tinggal di Kalimantan untuk urusan pekerjaan.

Tidak bisa dipungkiri, istrinya ternyata punya selera yang bagus. Rumah itu tampak nyaman dan elegan.

"Aku hanya mendesain, para tukang yang mengangkat, menata, dan menyusunnya." Syafa tersenyum bangga.

Dia melihat suaminya itu menatap takjub hasil kerja kerasnya, selama tiga Minggu terakhir.

Rumah dua lantai itu, kini sudah tampak jauh lebih baik dan sangat rapi.

"Aku senang kau menikmatinya, besok lusa pemindahan kantorku juga sudah beres. Apa kita perlu mengadakan pesta untuk kepindahan kita?" Syarif tersenyum menatap istrinya.

"Tidak, aku tidak suka pesta," sanggah Syafa. "Kita adakan syukuran kecil dan mengundang keluarga saja. Itu akan jauh lebih baik," lanjutnya.

"Kau benar, lagi pula kita juga belum mengabari Papa dan Mama, kalau kita pindah ke Bali," kata Syarif mengangguk setuju.

Dia sendiri memang bukan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status