"Raja Pengembara, Pendekar Buta, aku yakin itu adalah kau setelah dipikirkan baik-baik. Dan kau mengakuinya.""Lalu?""Aku mengagumi dirimu yang berani menjatuhkan kaisar Ming. Kau benar-benar sungguh hebat. Aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini."Pertarungan terhenti karena satu dua patah kata dari pria bertopeng itu. Ia memiliki rencana untuk mengubah sistem kultus, dan karena apa yang dulu pernah dilakukan oleh Raja Pengembara, ia jadi mengaguminya tanpa sadar. Bagi Raja Pengembara, kedatangannya pada tahun-tahun itu adalah aib. Ia tidak berniat menjadi pahlawan yang telah menjatuhkan kaisar yang jahat atau bahkan menjadi penjahat itu sendiri. Sejak awal ia memang tidak berniat begitu, akan tetapi rumor tentangnya di masa lalu ternyata menyebar cukup jauh."Oh, jadi kau adalah orang yang mengagumi diriku. Ya, aku sangat senang." Pria bertopeng itu menunduk hormat, mengembalikan bilah pedang itu ke sarungnya. Ia tak berniat bertarung setelah tahu siapa lawannya. Jelas ia t
Susah payah melarikan diri demi nyawa, Hao Yun dipertemukan dengan kedua sosok perempuan yang tidak dikenalinya. Awalnya Hao Yun merasa tidak ingin berada di tempat ini namun tubuhnya tidak bilang begitu sehingga ia pun menerima tawaran yang diberikan oleh mereka. Lin dan Xie adalah dua perempuan yang terbilang cukup hebat. Mereka berdua mengaku, bahwa tempat ini sebenarnya adalah sekte. Salah satu sekte yang dipercayai oleh Kaisar Wang. Tak disangka Hao Yun malah berjumpa dengan orang seperti itu. "Aku terkejut. Bertemu dengan orang di pinggir lautan saja sudah membuatku kaget. Apalagi mengetahui bahwa kalian adalah salah satu sekte yang kuat itu," ucap Hao Yun berwajah datar."Kau terkejut? Sayangnya itu bukanlah apa-apa." Hao Yun melirik kebingungan, menatap mereka berdua seolah ingin bertanya banyak hal. Namun ia tahu bahwa segala pertanyaan mungkin memang bisa ditanyakan tapi belum tentu akan dijawab."Mendengar kalian adalah salah satu sekte itu, aku berharap dapat menjelaska
Lengan kiri sudah lenyap, pandangan pada sebelah mata juga jadi buram. Kecacatan ini mengingatkannya akan kehancuran di masa mendatang. Wu Shi awalnya tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini, tapi satu hal yang pasti bahwa keputusannya untuk merelakan lengan kiri adalah yang terbaik. "Menurutmu, apa yang aku lakukan saat berhadapan dengannya?" Sengaja ia bertanya pada Hao Yun."Sudah pasti mati. Itulah yang aku pikirkan.""Benar. Aku langsung dikalahkan dalam sekejap mata, dan dia membiarkan aku hidup untuk sementara waktu. Entah apa yang dia cari dariku, tapi itu menakutkan. Saat lengah, aku kabur darinya.""Bagaimana mungkin orang seperti itu sempat lengah?" ujar Hao Yun bertanya, sebab merasa tak percaya. "Tidak. Lebih tepatnya bukan lengah, dia sempat terluka karena seseorang sebelum bertemu denganku." "Lengan kirimu?""Ah, ini ...aku kehilangannya agar kepalaku masih menyatu dengan tubuh." Wu Shi menjawab sedikit ragu."Wah, itu sangat disayangkan.""Tapi tidak masalah.
Hao Yun menguping pembicaraan mereka, dan mendengar semua pembahasan yang sudah dibicarakan. Lantas ia menunjukkan batang hidungnya saat mencapai akhir dari perbincangan mereka dengan mengatakan bahwa ia memiliki informasi penting. Ialah Hao Jin, Hao Yun sendiri yang mengatakannya bahwa nama itu adalah bagian dari Tulang Naga. Nama anggota yang diketahuinya yang juga adalah Ayahnya sendiri. "Kau benar-benar yakin akan memburunya ya?" tanya Wu Shi sekilas tak percaya dengan tekad Hao Yun. "Memangnya kenapa? Dialah yang berkhianat buat apa aku harus merasa tidak nyaman?" sahutnya ketus. "Entah kau memiliki perasaan tegar atau sebenarnya hanya tidak peduli. Yang mana dirimu?" gumam Wu Shi. Hao Yun menghela napas panjang, dan memilih tidak berkata apa-apa lagi. Dirinya hanya berpikir bahwa jalan ini yang terbaik, meski rasa tak nyaman ada dalam dirinya ketika melawan Ayah sendiri namun langkahnya maju tanpa keraguan sedikitpun."Terserah kau saja lah. Ngomong-ngomong apakah kau tahu
Sesosok lelaki dengan wajah tampan. Sinar bulan sempat menyoroti sosok itu dengan jelas. Karena penasaran, Hao Yun langsung bertanya. "Itu sia—" Namun kalimat tanyanya belum selesai diucapkan, sudah dibungkam langsung oleh Lin. "Jangan bersuara keras. Aku tidak mau berhubungan dengan mahluk gunung itu lagi. Jadi diam saja, dan secara perlahan kita keluar dari sini," ucap Lin. Niat ingin menghindari kontak dari kawan lama, justru ditemukan secepat kilat seolah pria itu memiliki banyak mata di pegunungan. Begitu sadar ada seseorang di dekatnya, ia langsung melemparkan sebilah pisau kecil tanpa ragu. "Waaaa!! Apa barusan?" Karena gelap tak dapat melihat, Hao Yun terkejut dan reflek berteriak."Cih, dasar pendekar tidak berguna," ucap Lin dengan nada ketus dan sinis. Ia mengerutkan kening dan menatap jengkel Hao Yun.Karenanya, keberadaan mereka langsung ketahuan dalam sekejap. Sosok pria yang disebut mahluk gunung, mantan ketua sekte, Yin Ao-Ran tidak ragu melayangkan banyak senjata
Hao Yun bersama Lin berada di wilayah pegunungan, tempat di mana mantan ketua sekte di sana adalah Yin Ao-Ran, lelaki itu dikenal pendiam dan berdarah dingin. Konyolnya Yin adalah seorang pelupa dan kerap kali lebih mengedepankan insting dan emosi daripada lainnya. Intinya berpikir pendek.Di sana Hao Yun dan Lin sempat dibuat kesulitan olehnya yang menyerang tapi pada akhirnya kesalahpahaman terselesaikan. Hanya saja Hao Yun sendiri kembali memulai pertengkaran di antaranya, sebab Yin tidak mengijinkannya pergi tuk menemui temannya. Alasan Yin tidak mengijinkannya adalah karena saat ini situasi sedang tidak menguntungkan dengan adanya banyak penduduk bergerombol di bawah sana. Sementara itu, Wu Shi bersama Xie berada di sebuah hutan bambu. Lapangan luas yang terkenal di distrik pusat, Hutan Bambu. Tidak hanya nama sebutannya saja, di sini juga merupakan hutan bambu yang sebenarnya. Sejauh mata memandang, Wu Shi hanya melihat betapa lebarnya tumbuhan bambu di sini. Sangat panjang d
Li Bai sadar setelah melihat pedang yang dibawa Wu Shi, inilah orang yang sedang dilindungi beliau, seolah pesan itu tersampaikan pada semua ketua sekte yang ada di distrik pusat. "Aku sudah melepaskan tali itu tapi dalam kondisimu saat ini, aku harap kau tidak bertindak macam-macam. Tetaplah di sini sampai semuanya mereda kembali," tutur Li Bai meminta. "Tunggu sebentar! Aku tidak bisa terus berdiam diri di sini!" teriak Wu Shi. "Dengan kondisimu, itu tidak mungkin. Kau baru beristirahat selama beberapa hari, itu tidak cukup," kata Li Bai sembari menyerahkan kembali pedangnya. "Maaf ya, aku salah mengira kau adalah pencuri atau sejenisnya. Dan aku baru sadar kalau kau ternyata adalah murid beliau," imbuh Li Bai. "Murid? Guruku ada banyak. Ah, bukan! Aku ingin pergi sekarang!" pekik Wu Shi, ia hampir saja ikut terbawa arus dengan topik lain, beruntung begitu ingat, ia pun segera mengungkitnya lagi. "Kau tidak boleh." Kalimat singkat berupa perintah dan penolakan, sesaat membuat
Apa yang dikhawatirkan oleh Wu Shi telah terjadi. Tepat sebelum kejadian, ia berulang kali memikirkannya bagaimana jika Tulang Naga mengetahui keberadaannya dan memutuskan untuk langsung menyerang? Harus banyak antisipasi yang banyak guna memikirkan kejadian yang tak terduga. Kemudian, inilah yang terjadi. Sekelompok Tulang Naga tanpa kepala (pemimpin) mendatangi kediaman Li Bai. Kesampingkan tentang bagaimana cara mereka mengetahui keberadaan Wu Shi, sementara beberapa anggota yang sudah berada di dalam telah menyerang para pengikut Li Bai. "Keluarkan aku!" teriak Wu Shi meminta pada lelaki bernama Li Bai. "Kenapa?" sahutnya dengan melirik tajam. "Kenapa katamu? Bukankah sudah jelas, percuma saja menyembunyikan aku di tempat seperti ini.""Itu namanya cari mati. Sudahlah, kau diam saja di sana sampai semuanya selesai. Terlebih lagi jika kau keluar maka itu artinya mereka yang menang," kata Li Bai. "Apa maksudmu?" tanya Wu Shi tidak mengerti."Tulang Naga pasti tidak hanya mengep