Suro Joyo terbelalak kaget. Bahkan sangat kaget. Dia melihat perilaku Kelayun laksana melihat hantu di siang hari. Dari gerak-gerik Kelayun, Suro Joyo tahu bahwa pendekar wanita itu sedang menggelar sebuah ajian!
”Ajian Cakar Singa Putih...?” gumam Suro Joyo. ”Tak disangka ajian itu benar-benar ada. Kukira ajian itu hanya ada di negeri dongeng. Ck, ck, ck..., pantas dia begitu percaya diri ketika menghadapi lawan-lawannya.”
Suro Joyo teringat cerita yang beredar dari mulut ke mulut tentang sebuah ajian yang pernah menggegerkan dunia persilatan. Ajian itu namanya Ajian Cakar Singa Putih. Pendekar yang bisa menguasai ajian itu bukan pendekar sembarangan. Suro Joyo terperanjat, sekaligus gembira ketika tahu bahwa Kelayun memiliki ajian hebat dan langka itu.
Dulu Suro Joyo mengira cerita yang beredar secara lisan itu hanyalah dongeng atau omong kosong. Namun baru saja Suro Joyo melihat kenyataan yang dia rasa seperti sedan
Kelayun tersenyum kepada Suro Joyo. Walaupun hubungan antara dirinya dengan Suro Joyo tidak begitu akrab, tapi dirinya tadi sempat mendesak Suro Joyo supaya berada di Penginapan Melati Jingga karena aka nada bahaya mengancam.Suro Joyo dikenal sebagai sosok yang selalu menolong siapa saja yang membutuhkan asalkan orang itu berada di jalan yang benar. Sesuai dengan tekad Suro Joyo untuk menumpas segala bentuk kejahatan di muka bumi, maka pendekar yang pakaiannya berwarna kuning itu tentu tidak keberatan dimintai tolong menghadapi gerombolan pembuat onar.Gerombolan pembuat onar perwujudan dari manusia-manusia penebar kejahatan. Kejahatan itu bisa berbentuk pencurian, perampokan, pembunuhan, sampai pemberontakan. Segala bentuk kejahatan di muka bumi mengundang Suro Joyo untuk campur tangan. Entah diminta atau tanpa ada yang meminta, Suro Joyo dipastikan akan turun tangan.‘Aku ingin berada di Penginapan Melati Jingga ini tujuan utamaku untu
Suro Joyo dan Ayumanis pelan-pelan berjalan mendekati Sumbung. Sunita, Wandagni, dan Katriningsih juga pelan-pelan berjalan di belakang Suro Joyo dan Ayumanis.Sumbung terlihat sedang berdiri tenang sambil mengamati Penginapan Melati Jingga. Anak buahnya berada di belakang Sumbung dalam keadaan siap perang. “Mereka kelihatannya sangat percaya diri,” bisik Suro Joyo pada Ayumanis. “Apa mereka orang-orang pilihan Sumbung ya?”“Bisa juga begitu, Suro,” jawab Ayumanis, juga berbisik. “Kali ini Sumbung tentu mempunyai perhitungan yang matang untuk bisa merebut Penginapan Melati Jingga dari tangan kita.”“Aku heran sama Sumbung.”“Heran tentang apa?”“Dia mau merebut Penginapan Melati Jingga. Kalau misalnya berhasil, apa dia bisa mengelola penginapan ini?”“Kalau mengelola penginapan, belum tentu bisa. Tapi kalau mengelola te
Wajah Gubegan memerah bara. Kepala terasa panas meranggas. Dia merasa sangat direndahkan martabatnya oleh Suro Joyo. Saat ini tidak ada niat sedikit pun untuk melarikandiri dari pertempuran. Gubegan punya keinginan yang kuat untuk merebut Penginapan Melati Jingga dari tangan Ayumanis. Gubegan justru punya semangat yang kuat untuk segera mengalahkan Suro Joyo.‘Akhirnya dia kepancing juga, hehehe...,’ Suro Joyo tertawa dalam hati. ‘Orang-orang semacam Sumbung dan Gubegan ini sukanya mengejek orang lain. Tapi kalau kesinggung sedikit saja, mencak-mencak. Dia merasa paling hebat, sehingga sukanya menghina orang lain yang dianggapnya lebih rendah kedudukannya dibandingkan dirinya.’Suro Joyo memang suka memancing-mancing emosi lawan. Dia sengaja melakukan cara itu untuk membakar kemarahan lawan. Kalau lawan marah, maka nalarnya terganggu. Saat nalar kurang normal, bertarung pun tidak bisa normal. Ketika seorang pendek
“Ternyata hanya sampai di situ kemampuan Gabrul dan Kepyur,” gumam Wandagni. “Beda dengan sesumbarnya yang selangit, seolah-olah tidak mempan segala macam senjata.”Pendekar wanita itu punya kepercayaan lebih tinggi untuk segera menumpas gerombolan Sumbung. Wandagni makin bersemangat untuk membantu teman-teman lainnya yang membutuhkan bantuan.Katriningsih yang melihat Wandagni berhasil menumbangkan lawan, semakin bersemangat untuk segera mengakhiri pertempuran. Dia yang telah menggunakan pedangnya, terus merangsak lawan-lawan yang menggunakan tombak tajam.‘Para perusuh ini harus tumpas secepatnya,’ kata Katriningsih di dalam hati. ‘Mereka tidak layak hidp karena hidup hanya digunakan untuk membuat kekacauan.’Katriningsih bergerak ke sana kemari untuk menghabisi para gerombolan perampok itu satu persatu. Baginya tak ada maaf bagi para perampok yang ingin mengacaukan Penginap
Keselamatan Ayumanis Terancam‘Hah? Apa yang dia lakukan?’ tanya Sumbung dalam hatinya. ‘Dia berani menangkis tombak dengan sepasang pisau? Gila! Ini perbuatan nekad yang tidak tanggung-tanggung. Ini perbuatan berani karena besar resikonya.’Pisau di tangan Ayumanis berhasil menangkis dan mengunci tombak lawan. Dia berhasil mengunci dengan jepitan menyilang. Terjadi dorong dan tarik antara kedua pendekar itu. Sampai pada suatu saat tak terduga kaki kanan Sumbung berhasil mendodog dada Ayumanis dengan keras.‘Modaaar!’ kata hati Sumbung. ‘sebentar lagi kamu bakal mati oleh tombak saktiku. Tinggal satu-dua jurus lagi aku akan menghabisimu, Ayumanis!’Dua pisau di tangan Ayumanis lepas. Sedangkan tubuh pendekar wanita itu terbanting ke tanah. Belum sempat dia bangun, Sumbung sudah menyerang dengan tusukan tombak sangat cepat. Tusukan tombak di dugaan itu siap
Mata tombak yang tajam milik Sumbung tergeletak di tanah. Kini yang masih tergenggam Sumbung hanyalah tongkat, bukan tombak lagi.”Hehehehe..., bagaimana rasanya kalau mempunyai tombak yang bujel, sobat? Pasti lebih asyik kan, hehehehe...!” ejek Suro Joyo sambil terkikik-kikik.Suro Joyo menoleh ke arah Ayumanis sambil berkata, “Cepat menjauh dari sini!”Ayumanis mengangguk sebagai jawaban atas perhatian Suro Joyo. Sebagai kakak seperguruan, Suro Joyo mempunyai tanggung jawab atas keselamatan jiwa Ayumanis.Sebenarnya Suro Joyo ingin membantu Ayumanis sejak tadi, tapi Ayumanis ngotot ingin menyelesaikan permasalahan pribadinya dengan Sumbung. Dendam lama Sumbung terhadap Ayumanis akan dihadapi Ayumanis. Ayumanis tidak ingin dirinya disebut pendekar pengecut. Dia ingin dirinya tetap sebagai pendekar tanggung yang berwatak kesatria.“Kalau alasan Ayumanis demi harga diri, aku bisa memaklumi
Suro Joyo meninggalkan Penginapan Melati Jingga dengan perasaan lega. Pendekar Rajah Cakra Geni itu bisa bernapas lega setelah berhasil membantu Ayumanis, adik seperguruannya untuk mempertahankan penginapan itu dari jarahan Sumbung dan anak buahnya. “Untung saja aku berada di penginapan itu saat Ayumanis membutuhkan bantuanku,” gumam Suro Joyo sambil menelusuri jalan. “Walau Ayumanis termasuk pendekar wanita pilih tanding, tapi tetap membutuhkan bantuan orang lain. Dia masih muda, belum banyak pengalaman. Dia masih mudah diperdaya lawan.” Pendekar dari lingkup istana itu bergegas melanjutkan perjalanan. Dia ingin secepatnya sampai di Krendobumi. Sudah cukup lama dia mengembara. Ada rasa rindu pada ayah dan ibunya. Andai bisa, ingin rasanya Suro Joyo terbang di angkasa supaya cepat sampai di Istana Kerajaan Krendobumi. Ada semangat tinggi pendekar gagah dan tampan itu untuk melangkahkan kaki. Dia ingin cepat sampai tujuan, istana kerajaan. Namun kejadian lain bisa saja menghalang, se
Pendapat tiga anak buah Wadungsarpa ternyata benar. Orang yang mereka bicarakan terlihat berjalan dari kejauhan menuju pendapa kalurahan. Dialah pendekar muda yang bernama Sanggariwut. Berwajah cukup tampan, berbadan tinggi besar, mengenakan pakaian hitam dipadu dengan warna jingga. Beberapa waktu yang lalu Sanggariwut berada di Penginapan Melati Jingga. Dia bersenang-senang dengan seorang perempuan. Dia melepaskan kepenatan hidup di penginapan itu dengan ditemani perempuan cantik. Sanggariwut bergegas ke Jenggalu setelah masa bersenang-senangnya cukup.Sanggariwut merasa kali ini sudah cukup bisa menikmati kesenangan surga dunia. Pada kesempatan lain akan dia nikmati lagi kalau nanti berhasil melaksanakan tugas dari Wadungsarpa. Sanggariwut belum tahu sepenuhnya tugas dari Wadungsarpa. Namun, apa pun tugasnya, Sanggariwut akan melaksanakan sebaik-baiknya.Begitu sampai di depan Wadungsarpa, pendekar muda itu langsung menunduk hormat. Wadungsarpa dan ketiga pembantu setia membalas de