Suro Joyo merasa tugasnya untuk membantu Banaswarih dan Raja Tiyasa menumpas pemberontak, belum selesai. Tadi dia lihat Ganggayuda dan anak buahnya melarikan diri meninggalkan istana. Mereka hampir saja berhasil menumpas Raja Tiyasa, Banaswarih, dan seluruh orang setia pada kerajaan. Namun ada gempuran tak terduga dari para prajurit Karangtirta yang dikendalikan Suro Joyo dan Tunggulsaka.Lagi pula Suro Joyo tidak ingin menghilangkan peran Tunggulsaka dalam upayanya menumpas pemebrontak. Berkat Tunggulsaka, para prajurit yang berada di luar istana bisa disatukan. Para prajurit bisa dikumpulkan Tunggulsaka karena mereka masih percaya pada ketulusan bekas senapati itu pada Kerajaan Karangtirta. Dengan menyatunya para prajurit yang tersebar di seluruh wilayah Karangtirta, maka Suro Joyo dan Tunggulsaka bisa menggempur para pemberontak.”Yang dikatakan Kisanak Suro Joyo itu memang benar, Pangeran,” kata Tunggulsaka. “Tugas kita bersama belum selesai. Para pemberontak yang hampir saja meng
Kata-kata Ganggayuda sebenarnya menyinggung perasaan Nilawangi. Nilawangi merasa harga dirinya sangat direndahkan. Ganggayuda berada dalam puncak kemarahannya. Dia lepas kendali dalam mengeluarkan kata-kata. Dia tak menyadari bahwa kata-kata yang diucapkan bisa menyinggung perasaan orang lain.Meskipun Nilawangi anak buah setia, tapi dia punya hati juga. Nilawangi punya perasaan. Hati dan perasaan Nilawangi menjerit dan meronta. Hati dan perasaan Nilawangi tidak terima dikata-katai seperti itu.Ganggayuda mengatakan seolah-olah Nilawangi hanya pantas menjadi istri simpanan daripada sebagai pendekar wanita tangguh. Sungguh sombong sekali Ganggayuda itu. Dia memandang Nilawangi seolah-olah hanya pantas menjadi istri simpanan, bukan pendekar wanita yang hebat. Padahal banyak anak buah Ganggayuda yang tahu bahwa Nilawangi memiliki ilmu silat yang sudah sampai tataran tinggi.Sungguh keterlaluan Gusti Patih Ganggayuda. Begitu kata hati Olengpati. Semua teman-teman tahu bahwa Nilawangi buka
Suro Joyo dalam hatinya mengakui bahwa Ganggayuda memang memiliki ilmu silat yang mumpuni. Maka tidak heran kalau dulu Raja Tiyasa mengangkat Ganggayuda sebagai patih di Kerajaan Karangtirta. Ketika tadi Suro Joyo mengatai Ganggayuda dengan kata-kata yang merendahan, itu sebenarnya hanya untuk membuat mental lawannya turun. Benar-benar Ganggayuda memiliki banyak jurus tangan kosong yang sulit ditandingi. Kata Suro Joyo dalam hati. Ganggayuda ternyata juga mempunyai jurus-jurus simpanan yang tidak bisa dianggap enteng. Tidak heran kalau banyak lawan Ganggayuda yang tewas di tangannya karena bekas patih ini memiliki pola serangan yang sulit ditebak. Sekarang Suro Joyo menang posisi karena mempunyai pasukan lebih banyak dibandingkan anak buah Ganggayuda yang semakin berkurang. Namun pendekar yang terkenal sebagai pengembara itu tidak mau menyepelekan lawan. Selama ini Suro Joyo memang tidak pernah menyepelekan lawannya. “Wooo…, ternyata kamu hebat juga!” kata Suro Joyo sambil menghenti
Suatu saat Banaswarih melenting tinggi di udara saat menghindari tombak pendek yang disabetkan lawan. Ketika tubuhnya berada di ketinggian, secara cepat dia memutar tubuh sambil menghantakan ujung kaki kanan ke wajah Jegonglopo. Jegonglopo tersorong ke belakang beberapa tombak. Pandangan matanya sedikit kabur. Dia mundur beberapa langkah untuk pasang kuda-kuda untuk menghadapi serangan susulan. “Ternyata hanya sampai di situ kemampuanmu, Jegonglopo,” kata Banaswarih. “Kamu tidak mungkin bisa merebut tahta Kerajaan Karangtirta! Sebelum semuanya terlanjur, lebih baik kamu menyerah saja! Segala kesalahanmu akan kumaafkan dan kamu bisa hidup sebagai rakyat Karangtirta asalkan tidak melakukan perbuatan jahat lagi.” “Huahahaha…, jangan sok bijak dan telah merasa memenangkan pertempuran, Banaswarih!” kata Jegonglopo dengan nada sinis. “Kamu belum tahu kemampuanku sebenarnya! Tidak ada keinginan dari Jegonglopo untuk menyerah kepada lawan yang punya kemampuan di bawahnya.” Jegonglopo menyer
“Hm…, ternyata Ganggayuda menggunakan cara yang licik untuk memperdaya lawan,” gumam Suro Joyo pada diri sendiri. “Dia bukan hanya ingin membunuhku, tetapi juga ingin mencari korban dari pihak lawan sebanyak-banyaknya. Tidak mudah bagiku untuk menghadapi tantangannya.”Suro Joyo merasa miris ketika memikirkan tentang orang-orang semacam Ganggayuda yang tega melakukan kekejaman dalam bentuk apa pun demi memenuhi keinginannya. Ganggayuda sampai hati mengobarkan perang saudara sesama rakyat Karangtirta demi merebut tahta yang bukan haknya.Tahta Kerajaan Karangtirta adalah milik Raja Tiyasa secara sah. Tahta Kerajaan Karangtirta tidak bisa diberikan kepada orang lain selain keturunan Raja Tiyasa, yakni Banaswarih. Namun Ganggayuda yang telah lama memendam ambisi untuk mendapatkan tahta Kerajaan Karangtirta, melakukan pemberontakan.Ganggayuda telah menghimpun kekuatan dari berbagai kalangan, utamanya kalangan perampok. Selain itu, Ganggayuda mempengaruhi para pendekar yang ingin mendapat
Kali ini kamu tidak akan bisa menghindari seranganku, Tunggulsaka! Begitu kata Olengpati dalam hati. Kamu bakalan mampus sekarang!Tunggulsaka terlihat tenang. Sebagai senapati andalan Kerajaan Karangtirta, tentunya dia bukan sembarang orang. Tunggulsaka bukan sembarang prajurit. Dia bukanlah senapati yang bisa dianggap enteng dan disepelekan. Selama dirinya menjadi senapati Kerajaan Karangtirta, sudah banyak pertempuran dia alami. Maka ketika sekarang dirinya bertempur melawan pemberontak, pembawaannya tenang. Begitu juga ketika bertarung satu lawan satu, tidak terlihat grogi atau pun panik.Ketika tubuh lawan sema kin dekat, Tunggulsaka hanya melemparkan diri ke kanan. Dia menghindari sabetan golok Olengpati yang meluncur cepat. Bahkan sabetan golok Olengpati sangat cepat untuk membabat sasaran.Wuuut!Olengpati yakin bahwa golok di tangannya berhasil mengena sasaran. Olengpati merasa bahwa goloknya berhasil menuntaskan pertempuran. Kemenangan dalam genggaman. Begitu rangkaian kata
“Hm…, tiga Ganggayuda tidak takut sama sekali dengan Ajian Rajah Cakra Geni,” gumam Suro Joyo yang hanya bisa didengar diri sendiri. “Apakah tiga Ganggayuda itu palsu? Belum tentu. Bisa saja satu di antara tiga Ganggayuda yang akan kuhantam dengan ajianku sebenarnya Ganggayuda asli, tapi pura-pura tidak takut. Tujuannya untuk mengecoh diriku.”Suro Joyo tadi memang sengaja tidak menghantam tiga Ganggayuda dengan ajian saktinya. Dia tidak mau membunuh tiga Ganggayuda karena takut mereka bukan Ganggayuda yang asli. Tiga dari Ganggayuda sebenarnya prajurit Karangtirta. Kalau tidak hati-hati, Suro Joyo secara tidak sengaja malah membunuh prajurit Karangtirta.Ganggayuda benar-benar licik. Begitu kata hati Suro Joyo dengan perasaan geram yang terpendam. Dia benar-benar sosok bajingan yang tidak mengenal belas kasihan. Dia bajingan yang suka mengadu domba orang demi keuntungan diri sendiri. Dia manusia bajingan yang suka memperalat orang lain demi kepentingan diri pribadi. Kalau nanti aku b
Sebuah kapal layar milik seorang saudagar dari Tiongkok melaju pelan meninggalkan Tanah Jawa. Semakin ke tengah laut, semakin cepat laju kapal dagang tersebut. Empat orang laki-laki berdiri di geladak kapal layar yang besar itu. Mereka adalah Suro Joyo, Lau Pan, Ching Cuan, dan Sou Wei.Suro Joyo terlihat gagah mengenakan pakaian serba kuning, berikat kepala warna kuning, dan mengenakan ikat pinggang yang berhiaskan kepala burung rajawali. Wajahnya yang tampan terlihat memandang ke kejauhan, yakni ke arah utara. Sejauh mata memandang hanya terlihat kebiruan air laut yang seolah-olah tiada bertepi.Baru kemarin aku terlibat pertempuran dahsyat melawan para pemberontak pimpinan Ganggayuda. Kata Suro Joyo di dalam hati. Ganggayuda dan anak buahnya ingin merebut tahta dari Tiyasa yang menjadi raja di Kerajaan Karangtirta. Aku membantu melawan pemberontak sebagai balas terhadap Banaswarih, putra mahkota Karangtirta. Sekarang aku mesti melanjutkan pengembaraan menuju Tanah Utara, atau masya