Wadungsarpa tersenyum ke arah Katriningsih sebelum menjawab pertanyaan. Keramahan Wadungsarpa menjadi ciri khas yang diingat semua orang. Semua yang pernah berbicara, atau mengenal Wadungsarpa, punya satu pandangan, Wadungsarpa orang yang sopan, ramah, berkepribadian menarik. Tidak heran sering terjadi kesalahpahaman. Banyak perempuan, entah muda atau pun tua yang salah paham atas keramahan Wadungsarpa. Banyak perempuan yang menyangka Wadungsarpa suka, dalam arti secara pribadi. Padahal bukan begitu maksud Wadungsarpa.”Kopi,” jawab Wadungsarpa sambil tersenyum. Katriningsih merasa jantungnya berdegup keras karena senyum Wadungsarpa. Meskipun tua, tapi Wadungsarpa masih punya pesona sebagai sosok pria. ”Jangan lupa, bawa pisang goreng dan singkong goreng kemari!”“Baik, Ki,” kata,” Katriningsih sambil menunduk hormat. Rasa deg-degan di dada belum sepenuhnya hilang.’Benar kata orang,’ kata Katriningsih dalam hati. ‘Pesona laki-laki tua kadang-kadang lebih memabukkan laki-laki muda. Pa
Wajah Sanggariwut terlihat cerah. Terlihat bergairah. Wajah mudanya yang tampan semakin menampakkan pesonanya. Katriningsih yang melihat Sanggariwut dari kejauhan terlihat kagum. Terpesona. Terpikat. Namun gadis yang sedang sibuk-sibuknya melayani para tamu segera bergegas ke dapur. Takut dirinya jatuh tersimpuh di hadapan Sanggariwut seraya berkata, “Tuan tampan..., aku cinta kamu!”Wadungsarpa girang hatinya melihat wajah sumringah Sanggariwut. Wajah gairah penuh semangat membara dalam usia muda.‘Syukurlah Sanggariwut tetap semangat ingin mengawalku. Aku menjadi lebih tenang sekarang,’ Wadungsarpa membatin. ‘Sanggariwut mempunyai ilmu silat tinggi, jurus maut, dan berbagai kemampuan yang sulit ditandingi. Aku sendiri kalau bertarung satu lawan satu, belum tentu bisa mengalahkan Sanggariwut.’Wadungsarpa berdiri dan siap meninggalkan Penginapan Melati Jingga.”Ya, paman,” kata Sanggariwut. “Aku segera meninggalkan penginapan ini secepatnya.”Wadungsarpa berlalu. Dia tinggalkan Sangg
Wadungsarpa mundur beberapa langkah untuk mengambil jarak. Semula Wadungsarpa bisa tertawa-tawa karena telah merasa bisa mengelabui Daruna dan Panggas. Namun kini dia mesti lebih hati-hati ketika bertarung melawan mereka. ‘Mereka ternyata para pendekar hebat yang punya ilmu silat tinggi,’ kata Wadungsarpa di dalam hati. ‘Mereka bisa menyerang secara serentak, sehingga aku kesulitan menandinginya. Aku bisa kalah kalau terus bertarung melawan mereka.’ Daruna dan Panggas kembali menyerang Wadungsarpa dengan jurus-jurus baru. Wadungsarpa kembali mengimbangi serangan kedua lawannya dengan jurus-jurus tangan kosong. Pada suatu kesempatan, Panggas hendak memukul wajah lawan dengan gerakan cepat. Wadungsarpa menangkis pukulan Panggas. Namun pada saat bersamaan Wadungsarpa tidak menyadari bahwa Daruna menendang dada hingga Wadungsarpa terjerembab mencium tanah. Selama beberapa saat Wadungsarpa kehilangan kendali dirinya. Keadaa
Keris Kuwungtunjem yang berada dalam genggaman Wadungsarpa merupakan senjata sakti yang sangat mematikan. Keris sakti itu bisa mematahkan senjata lain, sehingga tidak ada gunanya Daruna dan Panggas menggunakan senjata untuk menangkis.Daruna dan Panggas menyadari bahwa keris di tangan Wadungsarpa bukan sembarang keris. Keris sakti itu mempunyai kehebatan tingkat tinggi. Ada kekuatan yang memancar kuat dari keris. Kekuatan itu tentunya juga disertai ketajaman yang tak terungkapkan. Saking tajam dan kuatnya, golok dan pedang yang tersabet Keris Kuwungtunjem, langsung patah.‘Tidak mungkin menangkis keris di tangan Wadungsarpa dengan senjata biasa,’ kata Daruna di dalam hati. ‘Tadi sudah berusaha menangkis keris Wadungsarpa dengan menggunakan golok dan pedang, tapi patah. Kalau aku menggunakan senjata serupa, juga akan sia-sia.’Ketika ada bahaya mengancam jiwa, Daruna melempar tubuhnya ke semak belukar. Darun
“Kalau dua prajurit dari Pulungpitu itu, aku pasti bisa mengalahkan,” gumam Wadungsarpa. “Tapi kalau pendekar yang disebut bernama Suro Joyo ini, aku kesulitan untuk menandinginya. Suro Joyo jelas punya keunggulan sebagai seorang pendekar muda. Dia bisa menggunakan batu sekepalan tangan untuk menggagalkan niatku untuk membunuh salah satu prajurit Pulungpitu.” Wadungsarpa masih bisa merasakan betapa kuatnya tenaga dalam yang digunakan Suro Joyo untuk melemparkan batu untuk menghantam Keris Kuwungtunjem. Tangan Wadungsarpa yang digunakan untuk menggenggam gagang keris terasa bergetar kuat. Jari-jari tangan kanan Wadungsarpa terasa kesemutan. ‘Meninggalkan pertarungan sebelum diketahui kalah atau menang, merupakan perbuatan pengecut,’ kata hati Wadungsarpa. ‘Itu perbuatan yang selama ini kuhindari. Jangan sampai aku melakukan perbuatan nista semacam itu. Tapi kali ini aku harus bisa mengukur kemampuan diri. Aku tidak mungkin melawan Suro Joyo
Ayumanis benar-benar telah terpikat ketampanan Janurwasis. Gadis cantik itu serasa di mabuk asmara. Serba salah tingkah dan serba bingung mau bersikap.‘Kenapa aku bisa seperti ini?’ tanya Ayumanis pada diri sendiri. ’Apakah aku telah jatuh cinta pada Janurwasis? Rasanya tidak mungkin aku jatuh cinta pada seorang pemuda dalam waktu secepat ini. Aku tidak mungkin mencintai seorang pemuda yang belum kuketahui latar belakangnya.’Ayumanis bisa saja dalam hati berkata seperti itu. Akal sehatnya menyatakan bahwa dirinya tidak mungkin jatuh hati pada seorang pemuda dalam waktu singkat. Padahal Ayumanis tidak tahu apa-apa tentang pemuda yang membuatnya jatuh cinta. Namun paras tampan, tutur kata halus, senyum menawan dari Janurwasis membuyarkan akal warasnya.Ketika Janur berdiri di sampingnya. Membimbing tangannya untuk berdiri, Ayumanis menurut saja. Ketika Janur secara lembut menciumnya, Ayumanis menurut saja.
Namun gerak tangan Wandagni untuk menolak cengkeraman jari-jari tangan Raden Tumon agak terlambat. Jari-jari Raden Tumon mencengkeram kuat pakaian depan Wandagni yang menutupi bagian dada. Dengat sekali tarik, terdengar suara kain robek.Pakaian Wandagni bagian depan robek. Wandagni terperanjat atas perlakuan Raden Tumon yang bejat. Sebagian bukit kembarnya terlihat!Wajah Wandagni memerah. Merah malu dan merah marah. Wajah Wandagni mewara merah karena rasa malu yang tak tertahankan. Gadis itu sangat malu karena sebagian tubuh yang selama ini ditutup rapat, terkuak. Bagian tubuh yang termasuk pribadi dan ditutupi, bisa terlihat. Wandagni buru-buru menutupi dengan menangkupkan kain yang robek cukup lebar.Wajah merah Wandagni yang semula malu, berubah. Berubah menunjukkan rasa marah. Wajah cantik itu kini memerah karena rasa marah yang tidak bisa dikendalikan lagi. Kemarahan Wandagni membunncah, minta untuk dilampiaskan kepada laki-laki di dep
Suro Joyo mengamati wajah cantik Sunita. Sunita sosok gadis cantik dan ramah. Sunita wanita cantik dan pintar melayani para tamu. ‘Kelak laki-laki yang menjadi suami Sunita akan merasa bahagia,’ kata Suro Joyo dalam hati. ‘Gadis secantik Sunita tentunya sudah punya kekasih. Atau mungkin malah sudah punya calon suami.” ”Hanya semalam, Suro?” Sunita balik bertanya. Suro Joyo masih melanjutkan lamunannya. ‘Siapa ya calonsuami Sunita? Dia seorang punggawa kerajaan, saudagar, ataukah orang biasa yang sehari-hari menjadi petani?’ “Maaf..., menginapnya satu malam ya?” Sunita mengulangi pertanyaannya. Suro Joyo gelagapan. Pertanyaan dari Sunita untuk kedua kalinya belum bisa dipahami pendekar yang perilakunya kadang-kadang aneh itu. “Eh..., tadi tanya apa?” “Tentang barapa malam menginap di sini. Satu malam kan?” ”Iya..., benar. Berapa?” Sunita siap menjawab pertanyaan Suro Joyo. Namun Sunita kedahuluan orang lain. ”Tak usah dibayar... !” kata Ayumanis tiba-tiba. Dia telah berada di