Wajah Sion tampak mulai memerah, tubuhnya bergetar. Tampak uap-uap berwarna merah menguar dari sekujur tubuhnya. Sesuatu seolah menggeliat di dalam perutnya, memusar, berputar dan menyebar di dalam tubuh.
Sion tahu sensasi apa itu. Itu adalah pembukaan level imdok. Biasanya, ketika seseorang telah mencapai batas imdoknya, tubuh akan membuka kunci imdok pada level selanjutnya. Selama ini Sion tidak pernah bisa naik level dari enam ke tujuh, seberat apapun dia berusaha. Level imdok hanya sampai pintu gerbang, dan Sion selalu tidak memiliki kunci untuk membuka pintu Imdok.
beberapa kali lelaki itu mencoba membuka paksa Imdok level tujuh, namun berbeda dengan pembukaan paksa level imdok pertama dan kedua, imdok tingkat tinggi tidak bisa dipaksakan. gelombangnya amat dasyat, dan bisa saja menghancurkan orang yang mencoba paksa. aliran tenaga dalam pasti akan berbalik, lalu menghujam seluruh aliran darah sebelum meledak.
Sion tidak pernah melihat orang yang meledak ka
Setelah Siulan keras, sebuah suara menyentak memanggil nama Limey.“Mey!!”Mendengar namanya dipanggil, gadis itu memutar arah pandanganya ke asal suara. Dari arah utara, tidak terlalu jauh, dua orang lelaki tengah berjalan ke arahnya. Lelaki yang satu tengah menggendong seseorang di bahu, dan lelaki yang satu lagi dengan tidak sabar melentingkan tubuh untuk berlari secepatnya mendekati Limey.“mey!” panggilnya lagi setelah sampai dihadapan Limey.“Gillian?” Limey membelalakkan matanya ketika melihat Gillian datang.“Aku membawa seseorang untuk kau tolong, dia adik kelimaku!” seru Gillian sambil menunjuk ke arah Bixi yang datang. Bixi pun kemudian melompat dengan sangat cepat, sehingga Limey seolah melihat Bixi berjalan layaknya hantu.Bixi sampai di depan Limey dan kemudian membungkuk untuk meletakkan Amon yang berada di dalam panggulannya.“Dia butuh perawatan. Dan aku rasa kau o
Limey menjadi kelimpungan dan gelagapan. Dia tidak menyangka bahwa akan ada yang bertanya tentang Sion, rasa malunya langsung merebak tidak terkendali. Semua yang terjadi barusan seolah terpapar di depan mata, membuat Limey menelan ludah.Dengan gugup gadis itu mencoba mencari alasan, “Ah, dia tadi pergi ke hutan untuk mencari binatang buruan…” jawab Limey sekenanya.“Ah, omong-omong tentang binatang buruang, aku juga sudah lapar,” Bixi langsung memukul perutnya dan sadar bahwa dia belum makan dari tadi.“Bagaimana kalau aku pergi berburu kak!” tawar Gillian.“menarik, aku juga ikut, sudah lama aku tidak berburu, kita cari rusa yang besar dan kita panggang dagingnya. Aku jadi ingat makanan yang kau berikan padaku sebelum ini.”“Ayo kalau begitu!” Gilian langsung mengangguk, kedua lelaki itu segera turun menggunakan ilmu meringankan diri. Terdengar gelak tawa dari keduanya, terpantul
LukaDua tahun yang laluAmon terbangun dalam kondisi tubuh terluka. Bebat di sekujur dada tampak memerah oleh lumuran darah yang masih merembes dari bakal luka. Lelaki itu melihat ke kiri dan ke kanan, sunyi. Sebuah ruangan yang terbuat dari gubuk dengan tempat tidur dari dipan dilapis kain lapisan jerami. Di samping tempat tidurnya ada jendela yang separuh terbuka, menampakkan latar belakang pemandangan sebuah hutan yang terlihat sedikit jauh. Lalu mendadak pintu di sampingnya terbuka. Kinan datang membawa nampan dan menahannya dengan sisi tangan ketika tangan lainnya membuka engsel pintu.Kinan terperangah menemukan gurunya duduk sambil menatap ke arah jendela luar yang setengah terbuka.“Guru! Padahal jendela sudah sengaja aku tutup agar tidak masuk angin yang terlalu kuat!” Kinan buru-buru meletakkan nampan di meja lantas dia berjalan memutar menutup jendela.Amo
Amon mengerang dalam hati, Baginya kedua perempuan yang baru dipungutnya itu sekarang jadi hal yang menyulitkan untuknya. Pertama, keduanya tidak menghasilkan uang sama sekali—dan pastinya menghabiskan uang, bukannya mereka juga perlu makan dan Amonlah yang harus menanggung semuanya— kedua, cewek-cewek ini payah, lemah! Sampai rasanya Amon bisa saja melemparkan sebuah ranting pohon dan keduanya akan terjerembab jatuh akibat hantaman benda itu. Bayangkan, mereka berdua tidak memiliki Imdok, dan bagaimana dua orang gadis belia, yang terserak di belantara hutan ini tidak punya kemampuan membela diri?! Mereka ingin mati digilas perampok apa?! Atau mereka ingin menyediakan dirinya menjadi budak!Amon sebenarnya berkali-kali menyesali menolong keduanya. Menjadi orang baik yang butuh uang itu repot!Amon Cuma memandangi dua gadis belia itu yang berjalan di belakangnya, terseok-seok, lemas dan terlihat tidak bertenaga. Wajar saja, karena
Limey, gadis cantik dengan mata biru dan rambut sebahu itu tampak memunguti ranting yang bertebaran di sekeliling hutan. Agar aman, Limey memilih mencari ranting tidak jauh dari tempat Amon istirahat.Limey tidak ingin mencari resiko seperti ketika tadi dia dan kakaknya diserang, belum lama ini mereka baru saja berhasil lolos, dan Limey tidak ingin kejar-kejaran dengan para penjahat melukai Kinan lagi. di tempat yang agak jauh, tampak Kinan membantunya dengan susah payah mengumpulkan ranting. Gadis itu harus terseok seok membungkuk, karena kakinya yang bengkak membuatnya kesulitan dalam memposisikan diri.“Kak, nggak usah bantu. Kakak masih sakit.” Cegah Limey ketika Kinan berusaha membantunya memunguti ranting.“Biar aja.” Jawab Kinan sambil tetap memunguti ranting. Dia mencoba menahan sakit yang mendera di kakinya.“Kak….” Limey memanggil lagi berusaha unt
Amon mudah tertidur bila merasa enak, dan bagi pemuda itu pijitan Limey memabukkan dan bikin cepat tertidur. Melihat sang Tuan sombong tersebut tidur, Limey kini menggeser tubuhnya, pindah mendekati sang kakak.Api di dekat mereka meliuk-liuk dan memercikkan sekeping debu. Kinan duduk di satu akar yang menonjol keluar dari tanah. Wajahnya tampak kecewa dan hampa. Limey melemparkan potongan ranting ke dalam api.“Kenapa?” ucap Kinan dan kata-katanya mengambang. Limey menengok ke arah kakaknya, “Kenapa kita ada di sini? Kenapa harus kamu yang menerima penghinaan ini?!” suara Kinan tampak tidak berdaya, “Dan kenapa…kamu nggak membela diri?”“Kak..” Limey mendekat dan menyentuh pundak kakaknya perlahan, Kinan bergeming. Masih memandangi api yang meliuk-liuk indah. “Aku nggak apa-apa, sungguh. Nggak usah cemas…”“Bagaimana nggak cemas….kita bahkan tidak tahu kita seben
Dalam kondisi terikat, dan semua pengepung merasa menang, tampak seulas senyum terlintas di bibir Amon. Pemuda itu kemudian mengambil napas. Dan dengan satu suitan, pedang buntung di tangannya melesat ke atas, lepas dari lilitan benang tak terlihat. Pedang terhenti di udara, lalu menukik ke bawah dan siap menghantam tubuh Amon.Amon menarik napas kembali, sebelum membuat lesakan untuk melenting dengan tubuh penuh ikatan. Lima orang bercadar kaget karena tubuh mereka terbetot ke depan akibat gerakan Amon yang tiba-tiba.Kaki Amon bergerak, menendang ujung pedang buntungnya yang sudah siap sampai ke bawah. Pedang itu berubah arah akibat tendangan Amon, bergerak menyerang dengan cepat ke salah satu orang bercadar. Melihat kilau pedang yang melesat mengarah langsung, satu penyerang Amon panik.Dia segera memutar tangannya untuk menghalau pedang. Benang yang dipegangnya bergerak tidak teratur dan pegangan merenggang. Amon segera mengerahkan tenaga d
Pak tua tersebut tersenyum, lalu kemudian menepis tangan Amon perlahan. Amon tersentak, dia merasakan ada desakan yang kuat yang membuat tangannya menjadi lemah dan tidak berdaya. Lalu Pak tua itu pergi.Amon berdiri diam, tangannya yang disentuh oleh pak tua itu terasa kesemutan. Itu, aliran tenaga dalam, imdok tingkat tinggi. Walau sekejab, tapi aliran itu mengacaukan pembuluh darah Amon. Amon terkesiap, orang tua itu ternyata bukan orang sembarang.Sial! Bahkan di desa kecil ini ada jagoan tak bernama. Sebaiknya aku harus segera bergegas keluar dari tempat ini. gumam Amon dalam hati. Setelahnya, pemuda itu segera menarik tangan Limey. “Kita segera bergegas pergi dari tempat ini!” serunya.Limey yang ditarik Amon tampak bingung, namun Amon sudah membetotnya menjauh dari keramaian. Kinan pun mengekori dari belakang. Sebenarnya kinan merasa kesal, terlebih tadi Amon sempat menyebut adiknya Budak, namun Kinan tidak sempat menyemburkan kema