Si Pardi pun terus melaju kudanya dengan tidak terlalu cepat, dan Darso pun mengetahuinya.
"Dasar bocah gemblung! Disuruh segera pulang malah jalan pelan-pelan," ujar Darso sambil kembali masuk ke dalam rumah. Lalu begitu Darso masuk rumah rupanya si Darto yang tadi masih tidur nampak sudah bangun dan juga dua perempuan panggilan mereka itu.
"Siapa itu tadi So?" tanya Darto.
"Pardi," jawab Darso singkat.
"Si Pardi nya Gusti Dipasena?" lanjut tanya si Darto.
"Iya lah, memang siapa lagi kalau bukan dia?" balas datar si Darso.
"Gusti Dipasena memanggil kita ya?" tanya Darto lagi.
"Iya," jawab Darso singkat.
"Tadi sempat tanya gak ke Pardi? Untuk tugas apa Gusti Dipasena memanggil kita?"
"Tanya, cuma Pardi juga gak tahu. Dia tadi cuma bilang kalau Gusti Dipase
"Mari ikut aku," ajak Dipasena sambil beranjak menuju ke ruangan bawah tanah yang ada di dalam rumahnya tersebut. Sementara itu sambil berjalan di belakang Dipasena baik Darto maupun Darso nampak sama-sama berpikir dan bertanya-tanya dalam hati.'Apa sebenarnya yang mau sampaikan oleh Gusti Dipasena ini? Kok ngomongin nya sampai diajak ke ruang bawah tanah segala?'Kemudian begitu mereka bertiga sudah berada di ruang bawah tanah itu, Dipasena pun segera mempersilahkan Darto dan Darso untuk duduk."Duduklah," ujar Dipasena sambil mengulurkan tangan kanannya."Terimakasih Gusti," balas Darto dan Darso dengan kompak. Nampak dua pendekar kembar itu mengambil posisi duduk berhadap-hadapan.Untuk sekedar diketahui bahwa ruangan bawah tanah milik Dipasena itu terbilang cukup luas, karena di dalamnya terdapat tujuh buah kursi dengan satu kursi yang berukuran lebih besar berada dipaling ujung, sedangkan ke-enam kursi yang lain nampak
"Ya benar sekali, jangankan cuma daun yang ada di jurang dan gunung, sekalian gunungnya juga aku angkat kalau memang imbalannya gede, hahaha ..." timpal Darso sambil terbahak-bahak.Dan setelah menjelang sore hari Darto dan Darso baru keluar batas wilayah Kerajaan Karma Jaya. Dan karena tidak lama lagi mereka berdua sudah mau memasuki hutan, Darso dan Darto nampak menghentikan kudanya."Gimana Darto apakah kita mau lanjut meneruskan perjalanan ini atau cari tempat untuk menginap dulu?" tanya Darso."Kita cari penginapan saja, karena tidak lama lagi kita akan memasuki hutan, kita istirahat saja dulu, sekalian kuda-kuda kita biar istirahat juga," jawab Darto."Baiklah, itu di depan ada penginapan kayaknya," seru Darso."Ya sudah ayo kita ke sana sekarang, heya ..." timpal Darto sambil kembali menghentakkan kudanya. Dan memang benar di depan memang ada
'Hmmm, nampaknya orang ini cakep juga. Yahh ... meski agak jorok sih ... tapi ya udah lah, bagaimana pun juga dia adalah tamuku di malam ini, dia lah rezeki yang Dewata Agung kirimkan buat ku, makanya aku harus bisa memuaskannya malam ini, biar bisa dapat bayaran yang banyak darinya, karena kelihatannya orang ini seperti orang kaya? Yah semoga praduga ku ini tidak salah,' begitulah rentetan gumam si Galuh dalam hatinya.'Pokoknya aku harus segera bisa merayunya, lagian ngapain juga dia itu? Kok malah jalan mondar-mandir di dalam bilik?' ujar hati si Galuh masih berlanjut."Kang Darso ..." seru Galuh dengan suara yang lembut."Hmm," balas Darso dengan suara yang lembut juga."Kakang kenapa sih kok mondar-mandir, mondar-mandir kaya setrika gitu?" ujar Galuh memberanikan diri untuk bertanya."Hehe kamu heran ya?" balas Darso malah balik tanya.
Tapi aku semakin penasaran untuk segera bisa melumat-lumat rudal gila ini. Yah, aku harus bisa mengontrol emosiku, aku tidak boleh gugup, aku harus tenang, biar aku benar-benar bisa menikmati rudal kenyal ini dengan penuh khidmat, hihihi ... kok khidmat sih ... idih ... si Galuh kaya mau berdoa aja,' gumam Galuh nampak mulai bisa mengendalikan emosinya. Yah Galuh memang mulai bisa menguasai perasaannya, dia yang sejak tadi masih terlihat gugup kini nampak mulai sudah bisa tenang.'Benar-benar gila ukuran rudal milik Tuan Darso ini, kira-kira muat enggak ya mulutku ini untuk menampungnya?' ujar Galuh dalam hati.'Tapi aku semakin penasaran untuk segera bisa melumat-lumat rudal gila ini. Yah, aku harus bisa mengontrol emosiku, aku tidak boleh gugup, aku harus tenang, biar aku benar-benar bisa menikmati rudal kenyal ini dengan penuh khidmat, hihihi ... kok khidmat sih ... idih ... si Galuh kaya mau berdoa aja,' gumam Galuh nampak mu
Namun bukannya melepaskan seperti yang diharapkan oleh si Darso, si Galuh malah kembali memasukkan tombak tumpulnya si Darso itu semakin dalam masuk ke mulutnya, dan karena saking panjangnya tombak tumpulnya si Darso itu, meski Galuh telah memasukkan hingga hampir menyentuh tenggorokan, namun nampaknya belum semuanya tombak tumpulnya si Darso itu bisa masuk ke dalam mulut si Galuh, dan masih tersisa beberapa centimeter.Namanya juga tombak tumpul, yang apabila sudah mau memuntahkan lahar kental, maka tidak bisa lagi untuk ditahan-tahan, dan akhirnya memang benar dengan diiringi suara mengerang yang panjang karena kenikmatan yang memuncak "Aaahhh ..." lahar kental itu pun benar-benar berhamburan dalam mulut si Galuh, dan karena saking banyaknya lahar tersebut, maka mulut Galuh pun sampai penuh terisi lahar hangat putih nan kental itu.Dan karena saking banyaknya pula, maka banyak juga lahar hangat nan kental itu yang akhirnya tertelan oleh Galuh hingga
Begitu Darso mau memasukkan jarinya ke belahan gundukan kecil itu tiba-tiba Galuh langsung memegang jari Darso sambil berucap, "Kang Darso ... kok pakai jari sih ...?" tanya Galuh dengan suara yang lembut nan manja."Kenapa gak pakai tombaknya Kakang saja ...? Kan sudah mulai keras lagi ...?" ujar Galuh sambil melirik ke arah tombak tumpulnya Darso yang memang sudah tegang dan terlihat sedang mengangguk-angguk pelan itu. Dan begitu mendengar perkataan Galuh seperti itu Darso pun langsung tersenyum, sesaat dia pandangi wajah wanita cantik itu, lalu dengan suara yang lirih Darso berkata."Sekarang pakai ini dulu sebagai permulaan, nanti baru intinya pakai tombak tumpul ini ...""Ya sudah kalau begitu, terserah Kakang sajalah, yang penting bikin aku puas lho ya ..." balas Galuh yang nampak memilih untuk pasrah.Akhirnya Darso pun mengangkat tangan Galuh yang sedari tadi memegangi jarin
Karena kedua-duanya sudah sama-sama mengeluarkan cairan kentalnya maka untuk ronde yang kali ini nampak begitu terkesan lebih lama untuk mencapai puncak klimaksnya.Dan setelah beberapa lama menggoyang namun belum juga mencapai puncak klimaks, lalu Darso pun berinisiatif untuk merubah posisi, namun sebelum mencabut tombak tumpulnya itu Darso nampak ingin memberi tahu dulu kepada si Galuh."Kita ubah posisi ya ...?" bisik Darso lirih."Iya Kakang ..." timpal Galuh menurut.Lalu dengan perlahan Darso pun mencabut tombak tumpulnya itu dari lobang kenikmatannya si Galuh, dan setelah itu dia meminta Galuh untuk berganti posisi dengan gaya nungging dengan hanya memberi isyarat membalikkan telapak tangan. Dan karena memang sudah cukup berpengalaman dalam urusan mantap-mantap maka ketika Darso memberi isyarat seperti itu Galuh pun langsung faham, lalu dengan tidak pakai nunggu lama akhirnya Galuh
Setelah menemukan kata sepakat, masih dari tempatnya itu Darso dan Galuh mendengar cekcok terjadi di bilik tempat Darto dan Ranti berkencan, dan nampaknya keributan pun juga terjadi diantara mereka berdua, dan tentu penyebabnya pun juga sudah bisa ditebak, namun sepertinya mereka berdua belum menemukan kata sepakat.Mendengar keributan yang dialami oleh sahabatnya itu lalu Galuh pun merasa perlu ikutan campur untuk segera bisa membantu mereka menemui kata sepakat seperti yang sudah dia lakukan bersama Darso. Lalu Galuh pun bilang ke Darso untuk menemui sahabatnya itu."Kang Darso tunggu saja disini, saya akan menemui mereka berdua," ujar Galuh sambil bergegas menuju ke bilik yang berada tepat di depan bilik yang dia tempati itu. Dan benar saja tidak lama setelah Galuh menemui mereka berdua akhirnya suara keributan itu pun sudah tidak terdengar lagi, dan selanjutnya setelah merasa menemukan kata sepakat Darso dan Darto pun mohon diri untu