"Tenang dulu Nanda Pangeran ... tenang dulu ... sabar ... bukannya saya tidak mau memberi tahu kepada Nanda Pangeran ... Saya tidak bilang itu karena saya mengira kalau Nanda Pangeran itu sudah diberi tahu langsung oleh Gusti Prabu ..." ujar Dipasena beralasan.
"Enggak!" sergah Pangeran Cayapata nampak begitu sewot.
"Ayahanda Prabu tidak pernah ngomong apa-apa denganku!" lanjut ujar Pangeran Cayapata.
"Oh jadi begitu, ya sudah kalau begitu sekarang saya akan ceritakan semuanya kepada Nanda Pangeran ..."
Akhirnya Rakryan Dipasena pun menceritakan semuanya dari awal, mulai dia mengusulkan pada sang prabu untuk menikah lagi, hingga mencarikan calon Permaisuri yang hendak dinikahi oleh sang Prabu. Lalu setelah mendengar penjelasan dari Pamannya itu Pangeran Cayapata pun kembali melontarkan pertanyaannya.
"Lalu untuk apa semua ini Paman lakukan? Bukankah kita sudah merencanakan untuk membunuh Ayahanda Prabu? Kenapa sekarang kok tiba-tiba Paman berubah m
"Mari Kang duduk disini dulu," ajak Biswara pada Kang Sembur. Lalu dua sahabat beda usia itu pun segera duduk bersebelahan di pinggiran ladang."Gimana ... kamu mau ngomong apa Wara ...? Kok kelihatannya penting dan serius banget," ujar Kang Sembur sembari membenahi posisi duduknya."Begini Kang, saya ke istana itu memang atas undangan dari Gusti Prabu tapi bukan dalam rangka diminta oleh beliau untuk mengobati," ucapan Biswara pun langsung dipotong oleh Kang Sembur."Lalu untuk apa?" tanya Kang Sembur."Saya akan dijadikan menantu oleh Gusti Prabu Kang," jawab Biswara sambil tersenyum."Apa kamu bilang Wara? Kamu mau dijadikan menantu oleh Gusti Prabu Jayantaka?" tanya Kang Sembur yang nampak tidak bisa menutupi rasa kagetnya."Lhoo tadi katanya tidak akan kaget ...?" timpal Biswara mengingatkan sahabatnya itu."Kamu serius Wara?!" kembali Kang Sembur mempertegas kembali pertanyaannya."Ya serius to Kang ... memangnya temanmu
"Oh begitu, ya sudah aku ngikut saja kalau begitu, karena saya pun memang sudah siap," balas Biswara.Lalu Prajurit itupun langsung mempersilahkan Biswara untuk segera naik ke dalam kereta, dan kemudian Biswara pun juga langsung mengiyakan, namun baru saja Biswara menginjakkan salah satu kakinya ke atas kereta itu tiba-tiba saja dia teringat kalau pusaka andalannya yaitu Mayat Sakti, itu ternyata masih tertinggal di dalam rumah."Oh ya Tuan ada sesuatu yang masih tertinggal," ujar Biswara sambil segera kembali balik masuk lagi ke dalam rumahnya, dan tidak lama kemudian akhirnya Biswara pun telah kembali keluar dengan sebuah peti yang telah menggantung di punggungnya.'Apa yang digendong oleh Tuan Biswara itu?' tanya salah seorang Prajurit dalam hatinya."Mari Tuan, saya sudah siap untuk berangkat." Lalu Biswara pun langsung kembali masuk ke dalam kereta tersebut. Dalam kereta itu Biswara hanya duduk sendiri, sedangkan untuk yang duduk di kursi kusir nampa
"Iya wes kalau memang begitu, aku akan mencobanya, nanti disaat orang sudah berkumpul untuk menyaksikan upacara pernikahan ini maka Biswara langsung saya mintai seperti apa yang Kakang Dipasena sarankan itu." Dan begitulah akhirnya lagi-lagi Rakryan Dipasena memberi sebuah usulan yang sangat berarti bagi Gusti Prabu.Keesokan harinya disaat fajar mulai menyingsing nampak suasana di dalam Istana terlihat sudah sangat ramai, hiruk-pikuknya para prajurit dan dayang terlihat sangat riuh, mengingat itu memang merupakan hari yang telah dinanti-nanti oleh semua penghuni kerajaan terlebih oleh dua calon pengantin yakni Prabu Jayantaka dan Putri Nirmalasari.Sementara itu di Istana Kaputren nampak Selir Purbasari terlihat masih menemani sang Putri yakni Nirmalasari yang terlihat masih tertidur, memang sengaja malam itu Selir Purbasari menemani Putrinya untuk tidur bareng, itu tidak lain karena Selir Purbasari merasa bahwa itu adalah malam terakhir bagi dirinya untuk bisa
Lalu tidak lama kemudian meski juga sempat merasa kaget tapi akhirnya Biswara pun menjawab pertanyaan dari Calon mertuanya itu."Baiklah Gusti saya bersedia melakukannya, saya akan memberikan mayat sakti ini kepada Gusti Prabu sekarang juga." Lalu saat itu juga Biswara pun langsung menaruh peti berisi mayat sakti tersebut dihadapan sang Prabu."Ini Gusti Prabu," ucap Biswara dengan penuh rasa hormat, dan begitu melihat sikap dari calon suaminya itu maka Putri Nirmala Sari pun langsung tersentuh hatinya.'Oh ... rupanya Tuan Biswara ini benar-benar rela melakukan apapun untuk pernikahan ini, bahkan satu-satunya pusaka andalannya pun juga tidak keberatan dia berikan kepada Ayahanda Prabu, semoga sikapnya ini tidak semata karena hanya ingin menikahi aku saja, tapi memang karena didasari ketulusannya berkorban untuk kepentingan Kerajaan,' ujar Putri Nirmalasari dalam hati.Memang, meski pusaka andalannya itu diminta oleh sang Prabu nampak Biswara samasekali t
Lalu setelah benar-benar terbuka maka Prabu Jayantaka pun langsung terkejut dan terheran-heran dengan apa yang berada di dalam peti kecil itu."Benarkah ini mayat sakti Eyang Reksa Jagat itu?" tanya Sang Prabu dengan ucapan yang lirih. Dan disaat sang Prabu masih terpana melihat perwujudan dari mayat sakti itu, tiba-tiba saja jimat gelang rambut sakti yang melingkar di lengannya terlepas dari kain sutra pembungkusnya, dan kemudian langsung menempel pada kepala mayat sakti itu."Oh tidak salah lagi, ini memang benar mayat sakti Eyang Reksa Jagat itu, buktinya rambut yang selama ini menempel di lenganku tiba-tiba saja keluar dari kain sutra ini dan langsung menempel kembali ke tempatnya semula, oh sungguh luar biasa ..." ujar Prabu Jayantaka tidak henti-hentinya merasa kagum melihat kejadian itu.Kemudian Gusti Prabu pun segera mendekap erat peti mayat sakti itu, dan seketika itu pula Prabu Jayantaka merasa seperti ada kekuatan yang masuk ke dalam tubuhnya, tubuh
"Bukalah matamu Kakang Dipasena." Lalu dengan perlahan Rakryan Dipasena pun langsung membuka kedua matanya, dan kemudian betapa terkejutnya saudara sepupunya Prabu Jayantaka itu, karena tiba-tiba saja dia sudah berada di halaman rumahnya bersamaan dengan terbitnya fajar dari ufuk timur."Baiklah Kakang silahkan kalau mau istirahat, terimakasih sudah bersedia menemaniku untuk malam ini, ada hal penting lain yang harus segera aku kerjakan, selamat tinggal," ujar Prabu Jayantaka sambil bergegas pergi meninggalkan Rakryan Dipasena.Begitulah akhirnya semenjak memiliki mayat sakti sosok Prabu Jayantaka terlihat makin sempurna, selain makin sakti tubuh sang Prabu pun juga nampak kembali bugar lagi, bak umpama kembali muda dua puluh tahun.Meskipun kepemilikan mayat sakti Prabu Jayantaka berawal dari permintaannya sendiri namun begitu, sang pemilik aslinya yakni Biswara memang sudah merelakannya, di samping itu karena memang selalu diawasi secara langsung oleh Biswara
"Menyingkirkan Biswara memang cara yang terbaik, tapi untuk bisa mewujudkannya kita perlu sebuah cara yang benar-benar tepat Nanda Pangeran," ujar Rakryan Dipasena menimpali perkataan sang Pangeran."Lha memangnya Paman Dipasena sudah punya cara untuk menyingkirkan Biswara apa belum?" tanya balik Pangeran Cayapata."Biswara itu tidak bisa kita lawan dengan kekuatan Nanda Pangeran," ujar Rakryan Dipasena menjawab."Iya aku juga tahu, lalu cara apa yang harus kita gunakan untuk menyingkirkannya?" timpal Pangeran Cayapata balik bertanya."Begini Nanda Pangeran, saat ini Biswara itu menjadi orang yang sangat di kagumi oleh Gusti Prabu Jayantaka oleh karena itu bisa dibilang Gusti Prabu adalah merupakan tameng bagi Biswara itu sendiri, artinya kalau memang kita ingin Biswara hilang dari dalam istana, maka kita harus menyingkirkan dulu orang yang jadi pelindunginya yaitu Gusti Prabu," ujar Rakryan Dipasena langsung disahut oleh sang Pangeran."Jadi maksu
"Baiklah Cayapata, sebaiknya ayo kita lanjutkan pembahasan kita yang kemaren, yaitu kitab Rajaniti bab Ngolah Roso (Membangun kepekaan terhadap sesama)," tutur Prabu Jayantaka."Baiklah Ayahanda ..." balas Pangeran Cayapata sambil terus membuka kitab Rajaniti yang sudah tersedia dihadapannya itu, dan kemudian mulailah Prabu Jayantaka menggembleng Putranya itu dengan materi yang mengajarkan tentang kepekaan sosial terhadap semua makhluk, baik itu dari yang bernyawa maupun benda mati.Meskipun Pangeran Cayapata terlihat khusyuk mendengarkan nasehat dan petuah-petuah dari Ayahandanya itu namun ternyata dalam hatinya sang Pangeran terlihat sedang berusaha mencari kesempatan untuk bisa keluar dari tempatnya belajar itu beberapa saat saja, namun sayang setelah beberapa saat menunggu kesempatan itu belum datang-datang juga.Lalu setelah kira-kira pembelajaran mulai memasuki pertengahan tiba-tiba Pangeran Cayapata melihat Ayahanda Prabu ter batuk-batuk.Uhuk, uhu