Candaka lagi-lagi bermimpi, cuman kali ini dia bermimpi berada di sebuah hutan yang gelap dengan pohon-pohon besar mati berwarna hitam yang seakan hendak menelan dirinya bulat-bulat. Di tengah kegelapan dia melihat cahaya terang di ujung hutan yang menyinari sebuah air terjun yang turun dari perbukitan di atas hutan mati ini. Saat dia berusaha memasuki gua di belakang air terjun mendadak muncul sekelebat cahaya putih yang makin lama makin nyata menyerupai Naga. Mulut Naga terbuka menyemburkan Api berwarna putih ke arahnya, dan Candaka terbangun kaget dengan seluruh badan hitam oleh jelaga hitam yang menambah kedekilan dirinya,
Dia masih berada di kamar penginapan tapi anehnya tubuhnya serasa habis dibakar api meninggalkan sisa-sisa pembakaran di tubuhnya yang masih bau hangus tapi badannya baik-baik saja.
“Besok harus aku tanyakan ke Ki Wicaksono arti mimpi aku ini”, pikirnya lagi. Dia juga baru sadar kalau dia lupa menanyakan keberadaan pamannya kemarin.
Can
Pagi-pagi buta, Candaka keluar dari penginapan berniat ke Pondok Hutan nya Ki Wicaksono. Dia memilih pagi yang masih gelap karena khawatir mimpinya jadi kenyataan, tapi harapan tinggal harapan. Begitu dia keluar dari penginapan langsung dihadang lagi oleh sekelompok bandit yang mengeroyoknya sebelumnya.“Hey pemuda dekil, kamu dipanggil Bos...!!!”, seru salah satu bandit yang wajahnya brewokan“Jangan melawan kalau kamu mau selamat”., lanjutnyaTimbul niat untuk menggunakan Jurus yang baru diajarkan Bram tapi diurungkan niatnya karena Candaka juga penasaran ingin mengetahui siapa bos bandit-bandit ini yang sangat ingin ketemu dengannya.Candaka mengikuti rombongan bandit ini menuju ke sebuah bangunan mewah yang ada di desa ini. Halaman yang ada kolam ikan serta taman yang asri membuat Candaka merasa bukan memasuki rumah bos bandit.Si Brewok terus berjalan menuju ke ruang tengah bangunan ini. Tampak dari kejauhan sosok berba
Sambil berjalan cepat menuju ke arah pondok hutan Ki Wicaksono, Candaka terus berpikir, kenapa begitu banyak persoalan menimpa dirinya? Dia hanya ingin mencari pamannya mengikuti pesan terakhir ibunya, tapi yang dia temui malahan berbagai macam persoalan yang rumit bagi hidupnya.“Aku harus balik ke Pondok meminta penjelasan Ki Wicaksono mengenai semua ini”, katanya dalam hatiBerbeda dari sebelumnya saat dia dengan mudahnya memasuki pondok di hutan, kali ini Candaka tersesat dalam hutan tidak menemukan Pondok Ki Wicaksono. Hutan-hutan itu seakan hidup karena begitu dia memasuki jalan dalam hutan maka pepohonan di belakangnya menutup jalan masuk sebelumnya.Tiba-tiba ada sekelebat bayangan menarik tangannya sambil berseru, “Ayo pegang tangan aku seerat mungkin kalau kamu tidak mau ditelan hutan ini”Candaka yang masih dalam situasi yang kebingungan menuruti saran bayangan tadi karena dia mulai merasa ada yang tidak beres deng
Candaka masih penasaran dengan kejadian tadi yang menimpanya. Jelas-jelas dia melihat Kabut Hitam sudah mendekatinya tapi saat dia ditarik menjauh oleh bayangan naga merah, dia tidak melihat adanya Kabut Hitam yang mengejarnya sampai ke Penginapan. Lagian kenapa bayangan naga tadi tidak takut akan ditelan Kabut Hitam?Sekilas dia ingat dengan mimpinya, tadi bukannya dia memasuki hutan hitam yang sama dengan yang ada di mimpinya? Kenapa hutan yang semula asri dan hijau berubah menjadi hutan hitam begitu dia memasukinya. Walaupun merasa banyak keanehan yang terjadi kepadanya selama dia berada di desa ini, namun Candaka tidak putus asa untuk mengetahui keseluruhan jawaban misteri yang ada di desa ini.“Semuanya misteri di desa ini. Orang-orangnya pun memiliki rahasia yang tidak mau diungkapkan. Belum lagi area-area di sekitar desa ini yang menakutkan dan tdak bisa diterima nalar”, pikiran-pikiran Candaka makin membuatnya pusing dan kecapean.Tanpa dia s
Setelah sarapan di Penginapan, Candaka bergegas ke Perguruan Tapak Naga mencari Isyana. Dia mau minta tolong juga ke Isyana mengantarkannya masuk ke Pondok Hutan Ki Wicaksono karena jika pergi sendiri nanti tersesat lagi di Hutan Hitam yang menyeramkan.Murid-murid Perguruan Tapak Naga tampak sedang berlatih keras saat Candaka tiba di sana. Walaupun hari masih pagi sekali namun kegiatan di Perguruan ini sudah sibuk sekali. Dia tidak melihat Bram tapi ada sosok pria setengah baya yang tampak berwibawa memberikan instruksi kepada calon-calon ahli silat tersebut.Pria tersebut adalah pemilik Perguruan Tapak Naga yang bernama Bagaskara Mukti yang juga merupakan ayah dari Brahmana dan Isyana. Bagaskara merupakan orang terkaya di Desa Kabut Hitam jadi dia sangat disegani oleh penduduk desa. Ada juga desas-desus kalau Bagaskara juga merupakan salah satu Pendekar Naga tapi dia tidak pernah membantah maupun membenarkannya. Jurus-jurus Naga yang diajarkannya di Pergu
Isyana masih teringat pertemuannya dengan pria dekil tapi lucu ini sambil senyum-senyum menatap kepergian Candaka dari Perguruan Tapak Naga. Awalnya dia cuman iseng mau mempermainkan pria polos ini tapi lama kelamaan timbul perasaan dalam hatinya dan mulai menyukai pemuda ini apa adanya. “kok aku bisa suka ya sama dia”, katanya dalam hati sambil mukanya bersemu merah. “Isyana...!!!!”, teriakan menggelagar membuyarkan lamunannya “Iyaaa Buuuu....”, jawabnya tidak kalah panjang dengan teriakan ibunya Asmawati “Kamu kemana saja seharian ini..Ibu nyari-nyari kamu itu loh. Anak perempuan kok kelayapan ga jelas kayak gitu”, omel Asmawati begitu melihat Isyana mendekatinya “Tadi itu pengemis darimana, kok kamu baik sekali sama dia”, tanya ibunya “Aaahh Ibu...Itu bukan pengemis bu..Itu calon mantu Ibu..hihihi...”, canda Isyana “Kamu ya....Bisa ga sih serius sedikit...Dimarahin malahan nyeleneh ga jelas”, Asmawati mulai menjewer kuping
Apa sebenarnya yang begitu dikhawatirkan oleh Ki Wicaksono hingga dia harus segera mencari tahu keberadaan Candaka? Misteri apa yang hanya diketahui kakek ini yang tidak diketahui orang lain?Untuk menjawab pertanyaan ini kita kembali ke peristiwa 50 tahun yang lalu. Saat itu Ki Wicaksono masih merupakan seorang pemuda kaya bernama Satria Wicaksono. Pemuda ini sangat tampan dan menjadi idaman setiap perempuan pada masa itu. Tidak ada perempuan yang tidak mengenal dirinya dan berharap bisa menjadi istrinya kelak.Satria mengetahui dirinya adalah calon Pendekar Naga pada saat dia masih berada di ibukota yang juga merupakan tempat kelahirannya. Ayah Satria adalah pejabat kerajaan yang mempunyai posisi penting di istana kerajaan, sehingga Satria tumbuh menjadi pria yang angkuh dan suka mempermainkan wanita yang suka kepadanya.Saat itu Kerajaan Kamandaria dipimpin seorang ratu yang bijaksana bernama Ratu Kumaladewi. Walaupun memerintah dengan tangan besi, tapi selam
Hutan Terlarang memang sangat terkenal keangkerannya dari jaman dahulu sampai dengan sekarang. Pohon-pohon di hutan ini semua berubah menjadi hitam jika malam menjelang, itulah kadang hutan ini juga dijuluki Hutan Hitam. Sudah tidak ada lagi keindahan hijaunya daun dari pepohonan, yang ada hanyalah pohon yang kelihatan seperti pohon mati tapi sebenarnya pohon-pohon ini hidup jika malam menjelang.Seperti kejadian yang dialami Candaka sebelumnya, pohon-pohon ini bisa hidup dan bergerak menghimpit siapapun yang berusaha memasuki hutan ini. Selain itu suluran akar pohon juga hidup di malam hari bergerak ke seluruh hutan menjaga apa yang ada di ujung utara hutan.Hutan ini sebenarnya indah di pagi hari dengan pepohonanya yang rindang dan angin sepoi-sepoi yang sejuk menerpa wajah dengan segarnya. Batas aman hutan ini hanyalah sampai batas Pondokan Ki Wicaksono, karena apabila menuju utara hutan konon kabarnya ada makhluk-makhluk eksotik yang belum musnah saat Pendekar Naga
Gayatri menatap kepergian Isyana yang tergesa-gesa setelah dia memberitahukan kabar bohong kalau gadis itu dipanggil oleh kakeknya. Tujuannya hanya satu menjauhkan Isyana dari pemuda dekil yang dibawanya ke pondokan karena dia ada keperluan dengannya. Dia tidak akan leluasa menanyakan keperluannya jika Isyana berada di dekat pemuda itu.“Apa aku salah ya membohongi kak Isyana?”, ujarnya dalam hati. “Tapi aku butuh pemuda itu untuk mengetahui keberadaan ayah yang sudah menghilang cukup lama. Kakek juga tidak mau cerita tentang ayah. Selalu mengelak saat ditanya olehku, entah ayah sudah meninggal apa belum aku juga tidak tahu. Aku kan juga berhak tahu sebenarnya ayah ada dimana?”Sambil otaknya terus berpikir, Gayatri menuju ke markas bandit tempat Candaka yang disinyalir berada di sana. Banyak sekali penjaga yang mengawasi markas ini sehingga lalatpun tidak bisa masuk karena sedemikian telitinya dan disiplinnya mereka menjaga bangunan ini.Namun