Bai Lu duduk di atas sebuah batu besar sambil memandangi pemandangan gunung Sobaek yang terlihat indah dengan sinar matahari yang begitu terang saat menyinari alam semesta. Melihat Bai Lu tengah seorang diri, Yeongwan datang menghampirinya."Noona.""Wan~ah? Kemarilah, kita lihat pemandangan indah gunung Sobaek itu bersama-sama."Yeongwan tersenyum tipis. Ia datang menghampiri Bai Lu dan berdiri di sampingnya seraya mematap lurus ke depan ke arah gunung Sobaek itu."Noona, sebentar lagi akan ada gerhana bulan.""Lalu, kenapa? Bukankah gerhana bulan itu bagus dan indah?" tanya Bai Lu bingung.Yeongwan menggelengkan kepalanya dan kembali menatap wajah Bai Lu dengan tatapan mata yang terlihat sedih."Kenapa, Wan~ah? Apa ada yang ingin kau katakan padaku?"Awalnya, Yeongwan terlihat ragu untuk mengatakannya. Tapi, dia harus tetap mengatakan semuanya kepada Bai Lu sebelum terlambat dan terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan."Noona, kau tahu kan aku adalah manusia serigala?"Bai Lu mengan
"Maksudmu? Setiap gerhana bulan terjadi, kau tidak akan mengingat identitasmu yang sebenarnya?"Yeongwan menganggukkan kepalanya. Ia menatap wajah Bai Lu dengan mata sendunya, namun terlihat tajam. Ia juga menggenggam kedua tangan Bai Lu dengan erat, yang sudah ia anggap sebagai kakak kandungnya sendiri. Yeongwan selalu menganggap Bai Lu itu adalah seorang pendekar terbaik dan paling hebat, karena ia telah menyelamatkannya dari Halmae Gwishin."Sebelum aku berubah menjadi seperti itu, aku akan pergi, Noona. Jadi, jangan mencariku untuk sementara ini, aku tidak ingin kalian terluka karenaku. Aku tak bisa memaafkan diriku sendiri jika aku menyakiti dan melukai kalian. Jadi, jika aku sudah kembali menjadi diriku, aku akan kembali menghampiri kalian lagi. ""Wan~ah." Bai Lu tampak gelisah dan terlihat sedih."Aku pergi untuk kembali, Noona. Jaga diri kalian baik-baik," katanya pelan kemudian pergi meninggalkan Bai Lu yang terlihat sedih."Yeongwan mau ke mana, Yuram~ah? Bukankah, kita aka
Dalam hitungan detik, pasukan Segye mulai menyergap Bai Lu dan teman-temannya di dalam Goa. Merasa sudah terkepung, salah satu dari pasukan Segye yang merupakan ketuanya, langsung berteriak dengan lantang, dan begitu menggema hingga terdengar di seluruh penjuru Goa tersebut, untuk membunuh Bai Lu beserta teman-temannya yang lain.Mendengar suara teriakan itu, Bai Lu langsung mengeluarkan pedang Hayeongsan yang menjadi andalannya, kemudian langsung menyerang mereka dengan satu-persatu. Melihat Lee Gon menggunakan teknik zigzag yang baru pertama kali diperlihatkannya, Bai Lu langsung menatap dengan kagum saudaranya itu."Wow, teknik barukah itu?" Bai Lu tampak takjub dengan teknik yang diperlihatkan Lee Gon, seraya mengayunkan pedangnya, dan menusuk dengan santai musuh di hadapannya itu.Lee Gon mengerlingkan sebelah mata kanannya kepada Bai Lu setelah ia berhasil memberikan tendangan maut yang sangat mematikan itu kepada lawannya. Melihat hal itu, Bai Lu tertawa lebar dan semakin bangg
Ling Fei melangkahkan kakinya dengan pelan dan datang menghampiri Choi Rim yang tengah membungkukkan tubuhnya."Bangunlah, kau dan adikmu tidak bersalah. Kami bisa memaklumi kemarahan dan rasa dendam adikmu. Jika kami ada di posisinya, mungkin kami juga akan melakukan hal yang sama."Choi Rim tersenyum tipis. Ia menatap wajah Ling Fei dengan tatapan penuh rasa terima kasihnya."Terima kasih karena telah memaklumi adikku.""Oke, lupakan soal kejadian tadi. Lebih baik, sekarang kita beristirahat saja dan cari makanan dulu. Aku sudah lapar sekali. Ayo!"Lee Gon langsung merangkul Cho Rim dan juga Ling Fei. Ia juga mengajak keduanya pergi untuk mencari makan. Setelah beberapa menit di perjalanan dalam pencarian tempat makan, akhirnya mereka menemukannya juga dan memutuskan untuk menghabiskan makan malam mereka di sebuah tempat makan yang cukup populer di daerahnya.Tempat makan yang mereka datangi kali ini cukup ramai dengan pengunjung. Suasananya juga begitu hangat layaknya kehidupan nor
Pertemuan kembali Lee Gon dengan sahabat lamanya Birek membuat mereka berdua menghabiskan malam ini dengan minum soju bersama, sambil menikmati pemandangan langit malam yang bertabur bintang."Kau sudah menikah?" tanya Lee Gon sambil menuangkan satu gelas soju kepada sahabatnya itu."Sudah," katanya seraya meneguk sampai habis gelas soju miliknya kemudian menuangkan satu gelas soju kepada Lee Gon, "dia sudah meninggal 5 tahun yang lalu," sambungnya kembali hingga membuat Lee Gon terkejut dan menatap wajah sahabatnya itu."Kenapa?""Setelah melahirkan putra keduaku, In ha menghembuskan napas terakhirnya. Dia mengalami pendarahan," katanya terlihat sedih kemudian menundukkan kepalanya.Melihat sahabatnya yang menangis dan mengingat kembali kematian istrinya, Lee Gon tampak menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu seraya berusaha untuk menenangkannya, dan menghiburnya."Besarkan kedua putramu sebaik mungkin. Agar mendiang istrimu senang dan bangga padamu, Birek."Birek menganggukkan kepalanya
Pertemuan kembali Lee Gon dengan sahabat lamanya Birek membuat mereka berdua menghabiskan malam ini dengan minum soju bersama, sambil menikmati pemandangan langit malam yang bertabur bintang."Kau sudah menikah?" tanya Lee Gon sambil menuangkan satu gelas soju kepada sahabatnya itu."Sudah," katanya seraya meneguk sampai habis gelas soju miliknya kemudian menuangkan satu gelas soju kepada Lee Gon, "dia sudah meninggal 5 tahun yang lalu," sambungnya kembali hingga membuat Lee Gon terkejut dan menatap wajah sahabatnya itu."Kenapa?""Setelah melahirkan putra keduaku, In ha menghembuskan napas terakhirnya. Dia mengalami pendarahan," katanya terlihat sedih kemudian menundukkan kepalanya.Melihat sahabatnya yang menangis dan mengingat kembali kematian istrinya, Lee Gon tampak menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu seraya berusaha untuk menenangkannya, dan menghiburnya."Besarkan kedua putramu sebaik mungkin. Agar mendiang istrimu senang dan bangga padamu, Birek."Birek menganggukkan kepalanya
"Yeon~ah!!"Melihat adiknya terkapar di atas tanah, Choi Rim langsung datang menghampirinya dan membantunya untuk berdiri."Yeon~ah, kau tak apa-apa?"Choi Rim terlihat begitu khawatir saat melihatnya adiknya terluka dan mengeluarkan tetesan darah dari mulutnya."Sial! Dia memiliki sihir yang tak biasa. Rim~ah, kau harus berhati-hati dengannya. Dia bukan seperti mahluk yang pada umumnya, dia tak mudah untuk kita kalahkan," katanya dengan suara yang bergetar seraya memegang perutnya yang mulai terasa sakit dan juga mual."Iya, aku tahu itu. Tapi, Yeon~ah, Ryujin telah menculik anak dari sahabat Lee Gon. Kita harus membantu mereka untuk mendapatkan anaknya kembali. Aku tak bisa membiarkan mereka menculik seorang anak kecil yang tak berdosa.""Aku tak mengerti, kenapa dia harus menculik anaknya sahabat Lee Gon? Kenapa tidak langsung saja dibunuh kalau dia mau. Iya, kan? Benar kan apa kataku? Apa lagi, dia adalah mahluk yang sangat kuat. Apa menurutmu ini tak aneh, Rim~ah?"Choi Rim mul
"Maksudmu, Roc?" tanya Choi Yeon tak mengerti."Kalian adalah seorang pendekar Keabadian Chousengdal Boleumdal. Yang artinya pendekar bulan sabit 3 purnama. Kalian semua akan berkumpul menjadi 11 pendekar kesatuan yang akan memberikan kekuatan penuh, dan sebuah kunci untuk menemukan batu merah suci."Tujuan kalian terlahir ke dunia ini adalah untuk membantu Jeonsa goljjagi mencari batu merah suci dan mengembalikkannya ke tempat semula. Menjaganya dan memeliharanya agar tidak jatuh ke orang yang salah."Bai Lu dan yang lainnya terlihat bingung. Ekspresi wajah mereka juga memperlihatkan rasa bingung, tak percaya dengan apa yang mereka dengar, dan ada rasa penasaran yang cukup tinggi tentang kebenaran dari identitas mereka yang sebenarnya.Melihat ekspresi Bai Lu dan yang lainnya masih terlihat bingung, Roc kembali melanjutkan penjelasannya."11 pendekar dari kalian semua akan membuka 11 gerbang awal menuju kehancuran Aeshin, dan 11 lapisan hitam kematian Aeshin. Dalam perjalanan kalian