"Pendekar Han, bisa kita bicara sebentar?"Wiggle Azura menghampiri Bai Lu yang tengah duduk seorang sendiri didekat sungai."Iya, Azura. Ada apa?"Bai Lu mengangkat pantatnya kemudian berdiri, dan membelai kepala Azura dengan lembut."Ini."Azura memberikan sehelai daun yang sudah kering kepada Bai Lu."Apa ini, Azura?" Bai Lu menerima sehelai daun kering itu dengan ekspresi wajah bingungnya."Misi rahasia sebelum berkumpulnya 11 pendekar. Kalian harus menyelesaikannya."Bai Lu memandangi sehelai daun kering itu dengan seksama. Bentuknya hanya seperti daun biasa, kering, kosong, dan aroma daunnya seperti aroma daun kemangi."Misi apa ini yang kau maksud?""Ikut aku, Pendekar Han."Bai Lu mengikuti Wiggle Azura dari belakang, hingga membuat teman-temannya yang lain pun mengikuti mereka dari arah belakang juga."Dewa telah memberikan sebuah misi rahasia untuk aku sampaikan kepada kalian semua, sebelum 11 pendekar berkumpul. Dan, kalian ber7 harus menyelesaikan misi tersebut dalam waktu
Rasanya begitu aneh ketika Yeon bisa bertemu lagi dengan Yuri yang merupakan sahabatnya semasa kecil. Tapi, Yeon sudah merasa cukup senang dan begitu puas karena ia bisa diberikan kesempatan kedua untuk bertemu dengannya lagi, meski keadaannya sekarang sudah berubah.Dirinya harus rela dengan perubahan wujudnya yang menjadi seekor monyet, hanya untuk menyelamatkan gadis kecil dari para pemuda jahat itu."Yeon, aku harus pulang sekarang. Orang tuaku pasti akan mencariku jika aku pulang terlambat.""Aku akan mengantarmu."Yeon turun terlebih dahulu ke bawah. Dengan begitu, ia bisa membantu Yuri turun dari atas pohon secara perlahan. Setelah berhasil membantu Yuri turun dari atas pohon, Yeon mengantar Yuri sampai di depan desa Wonju tempat di mana ia tinggal. Desa di mana yang dulunya masih terlihat ramai dan penuh kehangatan akan cinta para warganya.Melihat desa Wonju kembali, Yeon meneteskan air matanya. Ia rindu akan masa lalunya di sebuah desa yang sudah membesarkannya. Namun, desa
Matahari sudah mulai terbit. Desa Wonju juga sudah memulai aktifitasnya seperti biasanya. Choi Yeon yang sejak semalam bersembunyi di sebuah atap rumah penduduk, terlihat sedang mengendap-ngendap dan memperhatikan rumah yang ditinggali Yuri dari kejauhan.Begitu mendapati Yuri keluar dari rumahnya, Yeon melebarkan kedua matanya begitu lebar hingga ia bisa terus memantau Yuri dari kejauhan. Namun, perhatian Yeon langsung teralihkan ketika ia melihat seorang kepala desa, yang merupakan ayahnya di kehidupan pertamanya.Sudah lama sekali Yeon tak melihat ayahnya. Ketika terakhir kali mereka bertemu untuk terakhir kalinya adalah saat ayahnya tewas terbunuh pasukan Segye dan juga Wonam yang merupakan anak buah Aeshin, hingga membuat desa yang menjadi tempat tinggalnya itu pun menghilang entah ke mana.Melihat wajah ayahnya kembali setelah sekian lama tak melihatnya, Yeon begitu merindukan sosok ayah itu. Ia sampai meneteskan air matanya begitu melihat wajah ayahnya yang tampak bersemangat s
Kisah Yuri dan Yeon kini telah berakhir tanpa sebuah penyesalan, dan hanya akan ada kenangan manis yang terkenang saat nama Yuri atau Yeon di sebutkan. Choi Yeon pun kini telah berhasil mendapatkan bola Kristal Kebersamaan Dewa miliknya dan kembali ke dunianya.Kisah selanjutnya dilanjutkan ketika Choi Rim diturunkan kembali ke bumi dalam kehidupan keduanya untuk mendapatkan bola kristal miliknya. Choi Rim kini tepat berada di sebuah rumah yang tak asing untuk dilihatnya. Ia merasa, semua barang dan tempat yang ia datangi kali ini seperti rumah di masa lalunya."Ada di mana aku? Apa aku ada di rumah? Ini seperti rumahku di desa Wonju. Tapi, kenapa tanganku terlihat berkeriput seperti ini?""Nenek, ayo makan!" ujar seseorang yang tiba-tiba saja membuka pintu dan masuk ke dalam sebuah ruangan, di mana Choi Rim berada."Kau??"Choi Rim sangat terkejut begitu ia melihat tubuhnya sendiri di masa lalu. Ia melihat Choi Rim 10 tahun yang lalu ketika desa Wonju yang menjadi desa tempat tinggal
Sesuai yang telah direncanakan dan disepakati, Choi Rim membantu keluarganya agar bersiap-siap untuk meninggalkan desa Wonju sebelum penyerangan itu terjadi. Ia juga sangat berharap sekali, agar seluruh warga desa Wonju kali ini, termasuk keluarganya akan selamat dan tak mengalami hal yang pernah terjadi pada saat 10 tahun yang lalu.Choi Rim menatap ke arah ayahnya yang tengah merapihkan pakaian ibunya. Melihat semua itu membuatnya kembali meneteskan air matanya. Rasanya sangat indah, ingin sekali ia kembali ke masa lalu, tapi ia sadar kalau semua itu tidak mungkin terjadi.Kenangan singkatnya bersama sang ayah dan juga ibunya kembali teringat saat Choi Rim memandangi setiap sudut rumahnya yang penuh dengan kenangan indahnya bersama keluarganya.Masih ingat di dalam benaknya, kejadian saat dirinya masih berusia 6 tahun, di mana dirinya tengah berlatih ilmu bela diri bersama Choi Yeon, dan juga ayahnya di depan rumahnya. Kala itu, ia bertengkar kembali dengan saudara kembarnya yang sa
"Ayah!! Ibu!!" teriak Choi Rim yang langsung berlari begitu saja menyeruak dalam kerumunan pasukan Segye yang telah menyerang warga desanya dengan begitu sadis, kejam, dan beringas."Rim~ah!! Jangan ke sini, Nak!!" teriak sang ibu memperingati anaknya agar tak menghampirinya karena pasukan Segye terlalu banyak dan berusaha untuk menyerangnya, hingga mereka bisa membawa kedua anaknya dengan mudah."Tangkap dia!"Wonam setengah berteriak dan memberi perintah kepada anak buahnya untuk menangkap Choi Rim begitu melihatnya dan juga Choi Yeon yang mengikutinya dari belakang.Melihat pasukan Segye yang menyerang kedua anaknya dan berusaha untuk membawanya pergi, pasangan suami-istri itu beserta warga desa yang lainnya, berusaha untuk melindungi Choi Rim dan juga Choi Yeon dengan mencegah anak buah Wonam untuk mendekati mereka berdua.Desa Wonju yang terkenal damai dan juga tentram, kini telah berubah menjadi lautan darah. Banyak korban berjatuhan, penuh luka, penuh tangis, dan air mata seora
"Noona, apa yang sedang kau lakukan?" teriak seseorang hingga membuat Asahi langsung membalikkan badan, begitu mendengar teriakan seseorang yang ia kenal."Aku sedang mencari kucing peliharaan kesayanganmu, Anata. Tadi, aku melihatnya menaiki pohon ini," katanya kembali menjawab.Dari kejauhan, Asahi bisa melihat dengan begitu jelas di mana, dirinya di masa lalu tengah memanjat sebuah pohon tinggi yang menjadi tempat bermainnya bersama Anata semasa kecil.Pohon itu adalah pohon Keramat, tempat penuh kenangan dirinya bersama Anata. Pohon yang banyak menyimpan rasa kasih sayangnya untuk adik tercinta."Sudahlah, Noona. Mogu mungkin sudah pulang ke rumah. Turunlah!"Anata meminta kakaknya untuk turun. Tapi, Asahi bersikeras tak ingin turun dan masih ingin mencari kucing peliharaan kesayangan adiknya yang sangat nakal dan juga lincah itu."Suho? Kau sudah pulang?" tanya Anata saat melihat sahabatnya datang menghampirinya."Hah? I . . .iya, aku sudah pulang," jawab Asahi tampak gugup dan m
"Untuk apa Aeshin ada di sini?" Asahi terlihat mengedarkan seluruh pandangan matanya ke seluruh hutan Yeongdam.Sampai detik ini, Asahi tidak pernah mengerti. Kenapa siluman rubah berekor 9 yang berbahaya seperti Aeshin itu selalu berada di mana-mana? Setiap kali ia pergi ke suatu tempat, mau itu tempat lama ataupun tempat baru, orang lama atau orang baru, Aeshin selalu saja ada di sana.Keserakahannya untuk menjadi seorang mahluk mitos abadi dan tak pernah bisa untuk dikalahkan itu membuatnya haus akan darah setiap manusia tak berdosa, dan mencari mahluk-mahluk mitos lainnya yang lebih kuat darinya untuk ia jadikan sebagai hambanya atau pun persembahannya.Setiap kali Asahi bertemu dengan para pendekar baru, masa lalu mereka selalu saja berhubungan erat dengan Aeshin, hingga mereka mempunyai musuh yang sama dan tujuan yang sama, yaitu kehancuran Aeshin. Namun, kenapa? Kenapa begitu sulit untuk mengalahkannya?"Suho~ah."Anata tiba-tiba saja memanggil namanya. Asahi yang melihat ekspr