Setelah racun yang berada di dalam tubuh Lee Gon dihisap dan diminum oleh Choi Rim, dengan perlahan Lee Gon mulai membuka matanya dan melihat ke arah sekelilingnya ternyata sudah ada Ling Fei, dan teman-temannya yang tengah mengelilinginya."Gon~ah, bagaimana perasaanmu? Kau baik-baik saja, kan?" tanya Ling Fei yang terlihat begitu khawatir dengan keadaan saudaranya itu."Fei~ah, aku baik-baik saja," jawabnya dengan suara yang terdengar lemah."Gon~ah, aku sangat mencemaskanmu. Syukurlah kau baik-baik saja!" seru Bai Lu yang langsung memeluk saudaranya itu, hingga membuat Lee Gon membalas pelukan Bai Lu dengan erat."Kenapa aku bisa selamat? Bukankah aku terkena racun dari siluman ular itu?" Lee Gon terlihat bingung."Choi Rim noona yang telah menyelamatkanmu, Hyung. Dia telah meminum racun yang ada di dalam tubuhmu."Mendengar jawaban Yeongwan, Lee Gon terlonjak kaget dan langsung beranjak, seraya menatap wajah Choi Rim yang duduk tepat di sebelahnya."Rim~shii? Bagaimana bisa kau me
Bai Lu dan teman-temannya begitu terkejut saat mereka semua melihat gumpalan daging manusia yang menjalar begitu panjang bagaikan sebuah karpet. Belum lagi, tubuh-tubuh manusia yang sudah membusuk dan menjadi bangkai itu, dijadikan seperti sebuah pajangan boneka, dan ada pula sebagian yang menggantung di atap-atap langit seperti jemuran.Ruangan ini benar-benar seperti tempat persembahan jiwa manusia untuk para gumiho yang haus akan kehidupan abadi. Setiap kali para gumiho itu mendapatkan persembahan dan memakan jiwa manusia, maka usianya akan bertambah dan mereka juga akan menjadi mahluk yang sangat kuat dan juga abadi seperti Aeshin."Menjijikan! Apa para gumiho itu benar-benar memakan jiwa para manusia ini?"Lee Gon terlihat sangat kesal. Bagaimana tidak, tubuh-tubuh manusia yang tak berdosa itu dijadikan sebagai suatu persembahan untuk para gumiho. Mereka pasti meninggalkan sahabat dan keluarga dekatnya dengan hati yang memekik pedih. Sungguh kejadian yang sangat ironis."Jadi, p
Setelah menghadapi perdebatan yang cukup panjang, Ling Fei dan Lee Gon yang awalnya menolak dengan keras soal pembagian kelompok, memutuskan untuk tetap bersama dalam satu kelompok. Mereka berdua juga akhirnya mengalah dan menyetujui ide Bai Lu dan juga Choi Rim untuk kembali ke Sungai Nim.Selama di perjalanan kembalinya mereka semua ke sungai Nim, Choi Yeon yang pernah mengalami hal tak menyenangkan dengan Asahi, memutuskan untuk jalan masing-masing dan saling berjauhan. Sementara Yeongwan, ia dan Ling Fei terlihat saling bercengkrama dan memperdekat diri.Berbeda dengan Lee Gon, ia masih saja bertengkar dengan Choi Yeon dan masih saja beradu mulut soal kekuatan yang mereka miliki."Rim~shii, apa kau tahu soal pria bernama Jochen?" tanya Bai Lu saat mereka tengah berjalan bersama."Jochen? Maksudmu, pria yang bisa merubah dirinya menjadi orang lain dan memiliki cambuk Naga 3 api?"Bai Lu terlihat ragu dengan pertanyaannya sendiri. Ia tak yakin jika Jochen yang ia maksud apa sama den
Bai Lu duduk di atas sebuah batu besar sambil memandangi pemandangan gunung Sobaek yang terlihat indah dengan sinar matahari yang begitu terang saat menyinari alam semesta. Melihat Bai Lu tengah seorang diri, Yeongwan datang menghampirinya."Noona.""Wan~ah? Kemarilah, kita lihat pemandangan indah gunung Sobaek itu bersama-sama."Yeongwan tersenyum tipis. Ia datang menghampiri Bai Lu dan berdiri di sampingnya seraya mematap lurus ke depan ke arah gunung Sobaek itu."Noona, sebentar lagi akan ada gerhana bulan.""Lalu, kenapa? Bukankah gerhana bulan itu bagus dan indah?" tanya Bai Lu bingung.Yeongwan menggelengkan kepalanya dan kembali menatap wajah Bai Lu dengan tatapan mata yang terlihat sedih."Kenapa, Wan~ah? Apa ada yang ingin kau katakan padaku?"Awalnya, Yeongwan terlihat ragu untuk mengatakannya. Tapi, dia harus tetap mengatakan semuanya kepada Bai Lu sebelum terlambat dan terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan."Noona, kau tahu kan aku adalah manusia serigala?"Bai Lu mengan
"Maksudmu? Setiap gerhana bulan terjadi, kau tidak akan mengingat identitasmu yang sebenarnya?"Yeongwan menganggukkan kepalanya. Ia menatap wajah Bai Lu dengan mata sendunya, namun terlihat tajam. Ia juga menggenggam kedua tangan Bai Lu dengan erat, yang sudah ia anggap sebagai kakak kandungnya sendiri. Yeongwan selalu menganggap Bai Lu itu adalah seorang pendekar terbaik dan paling hebat, karena ia telah menyelamatkannya dari Halmae Gwishin."Sebelum aku berubah menjadi seperti itu, aku akan pergi, Noona. Jadi, jangan mencariku untuk sementara ini, aku tidak ingin kalian terluka karenaku. Aku tak bisa memaafkan diriku sendiri jika aku menyakiti dan melukai kalian. Jadi, jika aku sudah kembali menjadi diriku, aku akan kembali menghampiri kalian lagi. ""Wan~ah." Bai Lu tampak gelisah dan terlihat sedih."Aku pergi untuk kembali, Noona. Jaga diri kalian baik-baik," katanya pelan kemudian pergi meninggalkan Bai Lu yang terlihat sedih."Yeongwan mau ke mana, Yuram~ah? Bukankah, kita aka
Dalam hitungan detik, pasukan Segye mulai menyergap Bai Lu dan teman-temannya di dalam Goa. Merasa sudah terkepung, salah satu dari pasukan Segye yang merupakan ketuanya, langsung berteriak dengan lantang, dan begitu menggema hingga terdengar di seluruh penjuru Goa tersebut, untuk membunuh Bai Lu beserta teman-temannya yang lain.Mendengar suara teriakan itu, Bai Lu langsung mengeluarkan pedang Hayeongsan yang menjadi andalannya, kemudian langsung menyerang mereka dengan satu-persatu. Melihat Lee Gon menggunakan teknik zigzag yang baru pertama kali diperlihatkannya, Bai Lu langsung menatap dengan kagum saudaranya itu."Wow, teknik barukah itu?" Bai Lu tampak takjub dengan teknik yang diperlihatkan Lee Gon, seraya mengayunkan pedangnya, dan menusuk dengan santai musuh di hadapannya itu.Lee Gon mengerlingkan sebelah mata kanannya kepada Bai Lu setelah ia berhasil memberikan tendangan maut yang sangat mematikan itu kepada lawannya. Melihat hal itu, Bai Lu tertawa lebar dan semakin bangg
Ling Fei melangkahkan kakinya dengan pelan dan datang menghampiri Choi Rim yang tengah membungkukkan tubuhnya."Bangunlah, kau dan adikmu tidak bersalah. Kami bisa memaklumi kemarahan dan rasa dendam adikmu. Jika kami ada di posisinya, mungkin kami juga akan melakukan hal yang sama."Choi Rim tersenyum tipis. Ia menatap wajah Ling Fei dengan tatapan penuh rasa terima kasihnya."Terima kasih karena telah memaklumi adikku.""Oke, lupakan soal kejadian tadi. Lebih baik, sekarang kita beristirahat saja dan cari makanan dulu. Aku sudah lapar sekali. Ayo!"Lee Gon langsung merangkul Cho Rim dan juga Ling Fei. Ia juga mengajak keduanya pergi untuk mencari makan. Setelah beberapa menit di perjalanan dalam pencarian tempat makan, akhirnya mereka menemukannya juga dan memutuskan untuk menghabiskan makan malam mereka di sebuah tempat makan yang cukup populer di daerahnya.Tempat makan yang mereka datangi kali ini cukup ramai dengan pengunjung. Suasananya juga begitu hangat layaknya kehidupan nor
Pertemuan kembali Lee Gon dengan sahabat lamanya Birek membuat mereka berdua menghabiskan malam ini dengan minum soju bersama, sambil menikmati pemandangan langit malam yang bertabur bintang."Kau sudah menikah?" tanya Lee Gon sambil menuangkan satu gelas soju kepada sahabatnya itu."Sudah," katanya seraya meneguk sampai habis gelas soju miliknya kemudian menuangkan satu gelas soju kepada Lee Gon, "dia sudah meninggal 5 tahun yang lalu," sambungnya kembali hingga membuat Lee Gon terkejut dan menatap wajah sahabatnya itu."Kenapa?""Setelah melahirkan putra keduaku, In ha menghembuskan napas terakhirnya. Dia mengalami pendarahan," katanya terlihat sedih kemudian menundukkan kepalanya.Melihat sahabatnya yang menangis dan mengingat kembali kematian istrinya, Lee Gon tampak menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu seraya berusaha untuk menenangkannya, dan menghiburnya."Besarkan kedua putramu sebaik mungkin. Agar mendiang istrimu senang dan bangga padamu, Birek."Birek menganggukkan kepalanya