"Baiklah, aku menerima tantanganmu, Choi Yeon!"Kang Taeshin dan Lee Gon akhirnya menerima tantangan yang Choi Yeon berikan kepada mereka berdua. Karena jika sampai mereka tak menerima tantangannya, mereka merasa sudah gagal menjadi seorang pria. Karena ini merupakan tantangan sesama pria dan mempertaruhkan harga diri mereka."Ingat, bawa pisangnya sebanyak mungkin!" kata Choi Yeon kembali menambahi sambil tersenyum jahil.Mereka bertiga terlihat tengah bersiap-siap dengan Choi Rim sebagai jurinya. Begitu mendapat aba-aba dan sebuah kode dengan Choi Rim yang mengacungkan pedang 3 kerbau miliknya tinggi-tinggi, Choi Yeon, Kang Taeshin dan juga Lee Gon langsung melesat pergi dengan begitu cepat, hingga angin yang berhembus kencang, membuat Bai Ly dan juga Choi Rim terbatuk saat kebulan yang membentuk asap dari tanah, masuk ke dalam kerongkongannya."Mari, kita menunggu mereka bertiga di jalan utama sungai Nim."Bai Lu menganggukkan kepalanya dan mengikuti Choi Rim dari belakang. Sementa
Hutan yang dikatakan Yeongwan mirip hutan ilusi ini memang sangatlah aneh. Suasananya yang benar-benar terlihat sunyi, gelap, lembab, dan udaranya yang terasa dingin, membuat siapa pun yang masuk ke dalam hutan tersebut akan merasakan suasana yang mencekam. Karena keadaan di hutan ini terasa sangatlah mistis, penuh kengerian, dan tercium seperti aroma bangkai binatang, darah segar, juga bau busuk dari jenazah yang sudah lama meninggal.Hutan ini juga seperti tak ada tanda-tanda sebuah kehidupan. Benar-benar terasa kosong, hampa, dan tak berpenghuni. Benar-benar sunyi-senyap."Teman-teman, apakah untuk kesekian kalinya kita akan tersesat kembali?" tanya Asahi yang sejak tadi terus memperhatikan ke arah sudut hutan ini berada. Di mana, di sana terlihat sebuah pohon yang dedaunannya itu terlihat kering-kerontang, seperti daun yang hanya ada di musim gugur."Situasinya terlihat seperti hutan ilusi. Apa kita kembali terjebak di hutan ilusi?" Lee Gon menatap ke arah teman-temannya yang terl
"Bagaimana ini? Taeshin, kau memiliki rencana?"Lee Gon yang berada di belakang Taeshin ketika ia sedang sibuk mendorong tubuh-tubuh tengkorak itu dengan menggunakan pedangnya sebagai perisai, mencoba berbicara dengan Taeshin yang sedang melakukan beberapa pukulan dasar dengan kedua tangannya yang cukup mematikan, ke arah tengkorak-tengkorak itu."Aku tidak punya rencana apapun, Lee Gon. Walau terlihat lemah, tapi tubuh-tubuh tengkorak ini begitu kuat.""Lalu apa yang harus kita lalukan, Taeshin? Biasanya, kau selalu memiliki ide briliant!""Jangan mengajakku berbicara Lee Gon. Aku sedang sibuk.""Kau pikir aku tidak sibuk? Tengkorak-tengkorak ini terus bertambah banyak dan membuat kita kewalahan.""Aku sudeh lelah, jangan mengajakku berbicara lagi. Mati kau tengkorak sialan!!"Taeshin yang sudah terlihat sangat kelelahan, mulai menghajar satu persatu tengkorak mematikan yang berusaha mendekatinya itu dan menyerangnya dengan pukulan mautnya. Namun, usahanya selalu berakhir sia-sia saj
Bai Lu memandangi pohon Maple itu dengan mata menyelidik. Beberapa kali ia terlihat mengelilingi pohon tersebut, tapi ia tak tahu bagaimana caranya ia bisa memasuki lintasan pohon Maple itu yang ternyata adalah pohon kematian, di mana banyak mayat yang telah berubah menjadi roh -roh jahat.Bagaimana caranya aku menumbangkan pohon ini? Batin Bai Lu sambil bepikir keras.Sementara Bai Lu berusaha keras untuk memasuki lintasan pohon kematian dan mencari cara agar bisa menumbangkan pohon tersebut, Wiggle Azura datang membawa kabar kepada Taeshin dan yang lainnya."Pendekar Taeshin, naiklah ke atas tubuhku, bantu aku untuk menghancurkan ratusan pasukan tengkorak itu!" ucap Azura yang terbang melayang di atas tubuh Taeshin.Taeshin mengangguk. Ia mencoba menerobos tubuh tengkorak-tengkorak itu hingga terpecah belah, ia pun menaiki tulang kepala ratusan tengkorak yang mencoba menyerangnya, dengan sekali terbang kemudian meloncat ke arah tubuh Wiggle Azura yang telah menunggunya untuk menungg
Roh-roh jahat itu terhempas begitu saja saat Bai Lu mengeluarkan semua energi kuat yang ada di dalam tubuhnya. Satu gerakan andalannya adalah menghunuskan pedang Heyeongsan miliknya ke arah wajah para roh jahat itu. Dengan darah suci level 3 miliknya, ia berhasil mengalahkan beberapa roh jahat itu seorang diri.Begitu roh jahat itu menghilang dan berubah menjadi serpihan abu, pohon Maple yang tadinya berdiri kokoh, membelah menjadi dua bagian hingga membuka sebuah gerbang, di mana gerbang itu merupakan suatu lintasan menuju alam kematian tempat mayat-mayat hidup yang terpenjara di pohon kematian tersebut.Azura, panggilah Dewa Matahari sekarang. Ucap Bai Lu dalam hatinya.Merasa mendapat sebuah radar karena bisa saling memanggil satu sama lainnya dalam hati, Wiggle Azura memberi tanda kepada Dewa Matahari dengan memejamkan matanya. Begitu mendapatkan sebuah tanda, Dewa Matahari pun datang dengan menyinari hutan tengkorak kematian itu dengan cahayanya yang begitu menyilaukan mata.Azur
Hhhh . . . hhh . . .hhhSeseorang terlihat berlari begitu kencang dari kejaran para bandit yang berada di belakangnya. Ia berusaha menghindari para bandit itu, namun mereka terus mengejarnya tanpa lelah."Tangkap dia!!"Salah satu bandit berteriak dan meminta kawanannya yang lain untuk mengejar seorang perempuan yang merasa sudah cukup lelah di kejar terus menerus seperti ini. Berusaha untuk menghindar, perempuan itu malah tak sengaja tersandung sebuah batu hingga membuatnya terjatuh menelungkup."Ampuni aku, jangan bunuh aku!"Perempuan itu terlihat begitu ketakutan. Ia memohon ampun kepada para bandit itu agar tidak membunuhnya. Namun, karena tak kenal kata ampun, salah satu bandit datang menghampirinya dan menarik pakaian perempuan itu dengan kasar hingga ia berdiri."Serahkan giok emas itu, atau kau akan aku bunuh!"Bandit itu mengancamnya dengan menodong leher perempuan itu dengan pedangnya, hingga membuat lehernya sedikit tergores dan mengeluarkan darah."Ampuni aku, akan aku se
"Rim~ah!!" teriak Choi Yeon kembali yang terdengar menggelegar, "kembalikan pisangku!""Tidak akan! Dasar kau raja monyet!" Choi Rim menjulurkan lidahnya kepada Choi Yeon kemudian pergi."Ya!! Kakak macam apa kau mencuri pisang adiknya!"Choi Yeon berusaha untuk mengejar kakaknya yang sudah berlari pergi menjauhinya. Namun, karena terlalu fokus mengejar kakaknya, Choi Yeon tidak sadar kalau dirinya sudah menginjak ekor binatang yang ternyata adalah seekor babi liar. Begitu mendengar suara geraman dari babi tersebut, Choi Yeon menoleh ke arah belakang."Ba . . .babi?!!"Choi Yeon kembali berteriak. Mendengar teriakan adiknya, Choi Rim menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah adiknya yang tengah berlari begitu kencang."Ada apa, Yeon?""Ada babi liar mengejar kita! Lari!""Apa? Aishh, kau memang raja monyet yang bodoh!"Choi Yeon dan Choi Rim langsung melesat dan pergi berlari sekencang mungkin untuk menghindari babi liar yang mulai mengejar mereka dengan kecepatan yang luar biasa."
Setelah memutuskan untuk menginap satu malam di penginapan 100 malam, Bai Lu dan yang lainnya mulai memasuki kamar mereka masing-masing. Asahi dan Ling Fei, Bai Lu dengan Choi Rim, sedangkan Yeongwan satu kamar dengan Taeshin, Lee Gon dengan Choi Yeon.Saat memasuki ruang kamar, Bai Lu membuka salah satu jendela kamarnya yang langsung tertuju langsung ke arah halaman belakang dari penginapan tersebut."Bukankah ini aneh?""Aneh bagaimana maksudmu?" tanya Choi Rim tak mengerti."Kemarilah!"Bai Lu meminta Choi Rim untuk datang mendekat ke arahnya dan melihat ke arah luar kamar."Iya, aku pikir juga bangunan ini sangat aneh. Kenapa saat kita melihat ke arah belakang penginapan, pemandangannya langsung tertuju ke arah sungai Nim? Bukankah sungai Nim itu jauh dari penginapan 100 malam? Sungai Nim pun tak seluas itu bukan?"Choi Rim juga merasakan sesuatu yang sangat aneh saat ia menatap ke arah luar dari kamar yang ia tempati bersama Bai Lu."Apa jangan-jangan?" seru Bai Lu dan Choi Rim b