Share

Kembali ke Jakarta

Tampaklah wanita berumur 36 tahunan kini tengah berdiri di ambang pintu kamar Nayla. Dengan bersedakap, wanita itu menatap sinis gadis yang sedang mengobrol dengan suaminya.

"Bue, kamu ini ngomong apaan sih?" tegur Darman, merasa sangat kesal dengan sikap istrinya yang selalu saja judes pada Nayla.

"Lah, emang bener, 'kan? Kita ini butuh uang banyak untuk mengurus adikmu yang gila itu. Buat makannya, terus obatnya dan belum lagi kebutuhan yang lainnya juga. Masih untung loh, aku mau menampung dan mungurus ibunya di sini."

"Coba aja, kalau si Nayla nitipin ibunya di rumah sakit jiwa. Pasti dia gak bakal kuat buat bayarnya biaya perawatannya, Pae," cerocos Marlina.

"Wes cukup, Bue! Sudah malam, sebaiknya sekarang kamu tidur dan jangan ganggu Nayla lagi," tukas Darman. Dengan nada menekan, ia menahan suaranya agar tidak berteriak pada istrinya itu.

"Cih, siapa juga yang menggagu? Wong aku cuma lagi ngomong kenyataan aja, kok. Yo weslah, sakarepmu, Pak! Sing penting jo lali, Nayla. Nek wes
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status