"Pelankan suara mama, Asha baru saja tidur," ucap Om Pras sambil meletakkan jari telunjukknya didepa bibir Khansa hingga menghentikan Khansa yang akan melanjutkan seruannya.
Khansa menggeser jeri telunjuk Om Pras sambil memanyunkan bibirnya tanda tak suka jika dihentikan. Om Pras tersenyum dan memberikan penjelasan, "Yasmine adalah putri Pak Hendry, masih bagian dari keluarga Gunawan. Jadi papa juga ingin agar Yasmine dan Daniar bahagia walau tidak bersama Brian."
Khansa menatap Om Pras tak percaya, sepertiya keegoisannya dulu telah menguap berganti dengan ucapan yang bijaksana layaknya seorang ayah. Khansa tersenyum, saat ini Om Pras memang sudah menjadi ayah. Papa dari Asha dan Shasha.
"Kenapa Hanny malah senyum-senyum? Bayangin siapa?" tanya Om Pras melihat Khansa yang terdiam namun tersenyum sendiri.
"Bayangin papa yang kini sudah jadi papa papa. Khansa tidak menyangka kini papa sangat bijaksana. Tidak seperti dulu yang penuh kebenci
"Jagoan, mama masih menyusui Dede Shasha, jika mama memakan semua es krimnya nanti Dede pilek bagaimana? Papa suapin mama satu sendok saja ya," ucap Om Pras sambil menyendokkan es krim dan mendekatkan sendoknya ke mulut Khansa. Khansa tidak membuka mulutnya karena masih kesal dengan Om Pras. Asha yang melihatnya tersenyum membayangkan saat dia tidak mau makan. "Mama, ayo buka mulutnya, nanti makanannya menangis kalau mama tidak mau makan," ucapnya dengan wajah serius. Khansa yang mendengarnya tersenyum dan mau tidak mau membuka mulutnya untuk menerma suapan es krim dari Om Pras. Asha yang melihatnya kembali berucap, "Nah begitu dong, mama pintar." Om Pras tersenyum mendengar ucapan Asha. Semua yang diucapkan Asha adalah ucapan Khansa. Dia senang jika Asha sangat pandai menyikapi kejadian di sekitarnya. Dimas dan rombongan sudah sampai. Panitia sudah bersiap, dilihatnya ibu dan ayah Riska yang sudah bersiap menyambut Dimas. Saat Dimas m
"Mereka selalu ditawarkan kerjasama dengan keuntungan lain yang tidak masuk akal. Untungnya ada Dimas yang selalu memberikan masukan dan nasihatnya. Jika tidak bisa jadi mereka akan salah langkah," jelas Raihan pada Henry dan Asyraf. "Dimas sudah mulai mengembangkan diri dengan menjadi bagian dari perusahaan papanya, Pak Dirga. Perusahaan mereka kini sudah bekerjasama dengan Narendra," jelasnya kembali. "Oh ya, jika tidak salah pekan kemarin Dimas sudah menikah dengan Riska bukan? Sahabat putriku Khansa?" tanya Pak Asyraf saat Raihan menjelaskan mengenai Dimas. "Benar, mereka berdua bersahabat. Jika tidak salah awalnya yang dekat dengan Dimas adalah Khansa, ha ha ha," jawab Raihan dengan tertawa diakhir ucapannya. "Ya ..., ya. Anak muda zaman sekarang. Saling dekat, namun tidak mengetahui siapa yang akan berjodoh," sambut Pak Asyraf sambil menggelengkan kepala sambil menoleh pada Henry, mengingat peristiwa dibalik pernikahan an
Khansa menarik nafas dalam. Syukurlah kebakaran di pabrik tidak membesar. Sebenarnya apa yang terjadi, mengapa akhir-akhir ini pabrik seringkali ada masalah? Mulai pasokan bahan baku, mesin yang rusak, dan kini kebakaran. Apakah ada yang sengaja melakukannya? Om Pras harus menjelaskannya saat pulang nanti. Jika dihubungkan satu kejadian dengan kejadian lainnya kemungkinan ada hubungannya. Hal ini akan membuat papa kehilangan banyak uang untuk menyelesaikannya. Kantuk yang datang membuat Khansa akhirnya tertidur, saat Om Pras masuk dia tersenyum melihat Khansa sudah pulas. Digantinya baju sebelum menyusul Khansa untuk beristirahat. "Besok pasti banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya. Kebakaran pabrik pasti menarik banyak perhatian terutama rekan bisnis mereka," batin Om Pras sebelum akhirnya matanya terpejam. *** "Raihan, berikan laporan kondisi terakhir pabrik pagi ini!" perintah Pak Asyraf saat Raihan baru saja masuk ke ruangannya. "Lokasi yang terbakar 30%, produksi hari i
"Jadi semua dikendalikan Brian," gumam Pak Asyraf saat Husni menyebut nama keponakannya. "Baiklah Husni, apa yang kamu ceritakan sudah kurekam sebagai bukti. Aku tak mau dilain kesempatan kamu memutarbalikkan keterangan saat ini. Untuk keamananmu apa yang ingin kamu minta?" tanya Pak Asyraf pada Husni yang terdiam. Husni menggelengkan kepalanya perlahan, namun diucapkannya juga keinginannya untuk menjawab Pak Asyraf. "Saya hanya ingin keselamatan keluarga saya dijaga selama kasus ini belum berakhir. Brian bisa saja mengancam keluarga saya Pak," ucapnya pelan sambil memohon. "Baik. Kami akan menjaga keluargamu. Jika nanti kembali ke pabrik ajak mereka yang bekerja sama dengan Brian untuk kembali memihak pabrik. Berpura-puralah sementara waktu jika kami tidak mengetahui hal ini. Kami akan menyelesaikan dengan cara kami sendiri," ucapan tegas Pak Asyraf membuat Pak Husni mengangguk meyakinkannya. "Raihan! Perintahkan sopir mengantarkan Hu
"Rama! Bagaimana kondisinya?" suara Om Pras terdengar sesaat melihat sosok Rama yang berdiri menunggu di depan pintu ruang operasi. "Dokter sedang berusaha menghentikan pendarahan di kepalanya. Pras tolonglah, aku tak mau lagi berjauhan dengan Nadin. Aku mohon carilah penggantiku Pras," ucap Rama memohon pengertian dari Bosnya. "Iya Ram ..., iya. Sabar dulu ya. Kita tunggu semuanya membaik," ucap Om Pras menenangkan Rama. Rama mengangguk. Kini fokusnya hanya pada kondisi Nadin, Prasetya sudah mengambil alih anak buah yang dimintanya mencari Diana. Setelah kecelakaan Diana menghilang, sedangkan wanita yang bertukar posisi dengannya kini di bawa ke kantor polisi untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Prasetya berjanji akan membantunya hingga semua masalah ini selesai. Diajaknya Rama untuk duduk, tak ada yang bisa dilakukan kini kecuali menunggu. "Ram, kita duduk dahulu. Nadin akan bertahan aku yakin," ucap Om Pras menghibur. Dahulu saat mereka tumbuh bersama, banyak teman
“Papa tidak mau tahu! Secepatnya putuskan siapa yang akan menjadi ayah dari anakmu.” Ruang keluarga yang biasanya menjadi tempat favorit Khansa, kali ini tidak lagi. Hampir satu pekan perdebatan antara Kak Yasmine dengan papa dan mama terjadi. Semua diawali kondisi Kak Yasmine yang saat ini diketahui positif hamil, namun dia sendiri bingung siapa ayahnya. Kak Yasmine menjalin hubungan dengan dua pria di saat yang bersamaan. Sampai sejauh mana tidak ada yang mengetahuinya, namun kini papa mengetahui kehamilannya. Khansa hanya mengenal Kak Brian, sedangkan Kak Prasetya, nama yang kadang disebut-sebut dalam perdebatan sepertinya jarang diajak kakak ke acara keluarga. Khansa hanya bisa mencuri dengar dari ruang makan. Dia takut jika kemarahan papa akan berimbas padanya. Saat ini dia harus berkonsentrasi pada ujian sekolah yang akan dilaksanakan tiga bulan lagi. Mimpinya menjadi mahasiswi di Kampus Dwi Aksara menjadi salah satu motivasi untuk mengikuti ujian dengan nilai yang terbaik. D
“Maksud Om?” “Om? Sepertinya harus diubah panggilannya. Tidak mungkin kan suami sendiri dipanggil om?” sindirnya tajam. “Suami? Maksudnya om akan menikah dengan denganku?” tanya Khansa kaget dan binggung. “Ya, itupun jika kamu tidak ingin melihat Keluarga Yudhatama hancur bersama perusahaannya. Tapi jika kamu tidak ingin membalas budi, tidak apa. Kita bisa bekerja sama menghancurkannya,” jelasnya pelan. Khansa terdiam membeku masih tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi. Di satu sisi dia tak ingin berada di keluarga Yudhatama lagi, namun dia juga tak ingin menikah diusianya yang semuda ini. Khansa menggeleng pelan, berpikir keras apa yang harus diputuskannya. “Aku beri waktu hingga besok. Jika tidak ada kabar hingga pukul 12.00, maka satu lagi kontrak akan kuselesaikan. Kamu bisa menghubungi nomor Rama, asisten saya, dia yang akan mengatur semuanya.” Khansa hanya memandangi punggung Om Pras yang sudah beranjak dan melangkah menuju mobilnya. Dikejauhan dilihatnya pintu mobil y
“Pras, Khansa menyetujui keinginanmu, Bagaimana? Aku balas apa pesannya?”Seringai Pras terlihat jelas saat Rama mengabarkan Khansa mengirim pesan. Dia menuliskan jika menerima permintaannya kemarin dan akan memenuhinya. Sepertinya dua kontrak saja cukup membuat dia menyerah.“Atur pertemuan dengannya. Urus semua surat-surat yang dibutuhkannya. Aku akan melamarnya saat Yasmine menikah dengan Brian. Itu saat yang paling tepat,” selorohnya memerintah Rama untuk menyiapkan semua keperluan pernikahannya.Dikirimkan pesan pada Khansa untuk menemuinya di restoran cepat saji dekat kantor. Khansa menyetujuinya, dan mengatakan jika dia dalam perjalanan ke sana. Pras meminta Rama yang menemuinya, menyampaikan apa yang harus dilakukan Khansa, dia sendiri akan memantaunya dari kejauhan.Rama tak bisa menolak, apalagi Pras sudah memberikan semua yang dibutuhkannya. Selain sebagai asistennya Rama juga dipercaya untuk menjalankan salah satu bisnis yang dimiliki Pras. Apalagi Rama juga ingin menjadi b