Karena ini terlihat sangat rahasia, jadi Gwen memutuskan untuk tidak bertanya apapun pada si penyampai pesan. Apalagi wanita itu tadi mengatakan kalau nyawa Aiden dalam bahaya. Tanpa berkata-kata apapun lagi, Gwen menoleh pada wanita itu sambil mengangguk kecil, menandakan kalau Gwen paham akan pesan yang disampaikan padanya, walaupun sebenarnya dia belum terlalu paham apa yang harus dia lakukan. "Bu, aku akan mengantarkan ibu pulang ke rumah ya. Dan aku minta pada ibu, jangan katakan apapun pada orang-orang mengenai Aiden." "Jangan sampai ada orang -orang yang tahu, kalau Aidenlah yang mengantar kita ke rumah sakit. Karena saat ini nyawa Aiden dalam bahaya bu." "Satu lagi, tolong sesampainya di rumah ibu ingat tiga kata ini DIAM-AMATI -BERAKTINGLAH." bisik Gwen. Ibu Gwen mengernyitkan dahi nya. Tapi seolah tahu situasi sedang urgent, ibu Gwen pun mengangguk, "baiklah, ibu paham." Gwen pun mengantarkan ibu nya pulang ke kediaman keluarga Meteo. Dan setelah meminta orang -orang
"Gwen? Bangunlah." Untuk ke sekian kali nya Theodor mencoba membangunkan Gwen tapi hasilnya nihil. "Theodor, sebaiknya Gwen kita bawa ke kamar nya. Di sini terlalu banyak orang." Saran Bridgette- terdengar sangat cemas. "Bibi benar." Theodor pun ingin mengangkat tubuh kecil dan mungil Gwen ke kamar Gwen.. "Apa dia mau mengangkat ku sekali lagi?! Tidak-tidak! Aku tidak akan membiarkan tangannya menyentuhku!" Seru Gwen dalam hati. "Aku harus berbuat sesuatu.."Pelan-pelan Gwen membuka mata tepat disaat Theodor akan menyentuh punggung Gwen untuk bersiap akan mengangkat Gwen. "Ahk-! Kepalaku terasa sangat pusing." Ujarnya sambil bergumam kecil dengan mata yang masih belum ingin dia buka dan dahi yang sengaja Gwen buat berkerut. "Kau sudah sadar Gwen?" tanya Theodor dengan sangat lembut. "Aiden? Kau kah itu?" Tanya Gwen, pura-pura menyangka Theodor sebagai Aiden. "Aku Theodor, Gwen. Bukan Aiden. Aiden masih belum ditemukan." Gwen merasa ini lah saat nya untuk membuka matanya. "Ai
"Awalnya aku memang mengira mereka berdualah dalang di balik semua ini, karena merekalah yang mendapatkan keuntungan langsung dari hal buruk yang menimpa ku." Balas Aiden. "Tapi kemudian aku juga berpikiran sama dengan Mr. D mengenai kecelakaan dua tahun lalu. Dan di tambah lagi dengan kecelakaan hari ini. Fix, tidak mungkin ini keluar dari otak minim nya Theodor."Ujar Aiden selanjutnya. "Kau benar Dens, untuk melihat pergerakan musuh ku maka aku harus memancing dia untuk terus mencelakai ku. Dan cara nya hanya satu, aku harus selalu terlihat di hadapan nya." Sambung Aiden dengan wajah serius. "Bak memancing seeokor hiu raksasa di film-film untuk dibidik oleh TIM mu, kau harus bersedia menyayat tanganmu supaya berdarah dan memancing hiu itu keluar dan menghampirimu." Dennis pun membalas tatapan tajam Aiden. "Dan itu lah yang saat ini kau harus lakuan Aiden." Sambung Dennis dengan nada serius. "Aku harus bersedia menjadi target mereka berkali-kali untuk melihat pola mereka dan cara
Di tempat lain terlihat Aiden sedang menikmati teh pagi hari nya sambil memegang handphone melihat apa yang sang istri sedang lakukan setelah tadi malam Aiden secara diam-diam masuk ke dalam kamar dan memindahkan Gwen dari kantung tidur Gwen ke tempat tidur Aiden. Walau tidak sempat berbaring di samping Gwen, paling tidak Aiden sempat mencuri satu kecupan di kening si rubah kecil yang licik itu. "Aku tidak menyangka, Angela sebenci ini pada Gwen." Ucap nya setelah melihat semua drama adik tiri yang dizolimi secara live di handhpone nya itu. Aiden langsung menelpon Rery. "Rery! tolong kau atur kontrak eksklusif untuk model di Berlian Cosmetik. Hubungi dirut nya. Dan katakan untuk merekrut Gwen. Kalau mereka menolak maka ancam mereka. Katakan aku tidak akan meneruskan kontrak ku sebagai penasehat perusahan mereka." Perintah Aiden. "Baik Tuan Muda Aiden." Jawab Rery. "Dan ya! Apa kau sudah melakukan apa yang aku minta?" tanya Aiden memastikan sesuatu. "Sudah tuan! Seharusnya pagi i
"Aiden?" Seru Gwen yang benar-benar tidak menyangka kalau di dalam ruangan direktur itu, dia akan bertemu dengan Aiden. "Apa dia- yang telah mengatur kontrak kerja sama ini untuk ku?" Gumam Gwen, dalam hati. "Aaah! Come Gwen! Jangan ke-G-ER-an seperti itu? Masa iya seorang Aiden sebaik itu pada mu? Dia memang sempat baik kemarin waktu di kediaman keluarga Meteo, tapi tidak mungkin dia baik terus meneruskan?" Bisik Gwen kecil ke otak Gwen yang sedang berpikir. "Benar juga! Tidak mungkin dia baik terus-terusan." Gumam Gwen seolah menyetujui bisikin Gwen kecil ke pikiran nya. "Akan aku tinggalkan kalian berdua." Ucap Renaldy yang langsung balik kanan setelah di lirik oleh Aiden. "Apa kau akan berdiri selamanya di sana, nona Gwen?" Tegur Aiden seperti biasanya, selalu datar dan dingin. "Padahal start nya tadi udah bagus! Senyum tipis-tipis menggoda gitu. Eh ujung-ujung nya malah kembali ke model kulkas dua belas pintu lagi." Sungut Gwen dalam hati. "Tentu saja tidak. Walaupun profes
"Well !! SKYLEDEN GAVIN JUNIOR!! APA YANG SEBENARNYA KAU RENCANAKAN, HAH??" Gwen kecil keluar dari atas kepala Gwen lalu berjalan sambil membawa tongkat dan menunjuk-nunjuk ke Aiden. "Awalnya aku sudah sangat curiga dengan perban setebal kitab suci itu yang di jemput biksu Tong ke barat itu!" tunjuk Gwen kecil dengan tongkat nya. "Heei! Gwen! Lihatlah tangannya!! Memangnya luka karena sayatan membuka mangga perlu di perban seperti itu?" Teriak Gwen kecil dengan tongkatnya,tapi kali ini arahnya ke Gwen kecil. "Buka matamu Gwen. Jangan mau di bodoh-bodohi oleh pria tampan ini!!" Gwen kecil terus memaparkan semua kecurigaan nya. "Kemudian dia juga meminta sarapanmu! Apa kau pikir tidak ada yang janggal akan hal itu? PIKIR Gwen! PIKIR!" Teriak Gwen kecil lagi dan lagi. "Nona Gwen?" Panggil Aiden sambil melambai-lambaikan tangan di depan Gwen. "Gwen?" Panggil Aiden lagi, tapi kali ini sambil menyentuh tangan Gwen. "Hah?" Gwen tersentak bersamaan dengan lenyapnya Gwen kecil berongkat
"Tuan Muda-" Ujar Rery yang main masuk saja ke dalam ruangan itu tanpa permisi terlebih dahulu. "Astaga! "Seru nya kaget saat melihat Aiden dan Gwen hampir saja saling berciuman. "Ma-Maaaf! Aku tidak lihat apa-apa." Ucap Rery yang langsung balik kanan dan hendak keluar dari ruangan itu. Aiden dan Gwen yang terkejut dengan kedatangan Rery pun reflek saling menjarak dan jadi salah tingkah. "Rery, kau kesini mencari tuan Muda Aiden? Ayo kemarilah! Aku sudah akan pergi." Ucap Gwen dengan wajah yang sudah semerah tomat karena malu. Rery tidak menjawab perkataan Gwen. Dan jalan melaju ke arah pintu."Ck! Seharusnya aku ketuk dulu." Sesalnya dalam hati. "Kau mencari tuan Muda Aiden kan, Rery? Ayo kemari lah." Panggil Gwen sekali lagi. "Hemm.. Ada keperluan apa Rery?" Rery yang mendengar suara Aiden berbicara pada nya langsung berbalik badan berlari ke arah Aiden. Kemudian dia langsung membisikkan sesuatu pada Aiden yang membuat kening Aiden berkerut dan kedua alis nya bertaut. "Benar
"Jadi menurut nyonya, Tuan Muda Aiden belum mati?" Seru si pengawal, terkejut mendengar apa yang baru saja nyonya nya katakan. "Ck! Kau pun rupa nya sama bodoh nya dengan orang-orang dari keluarga Gavin itu."Sinis nya, memandang sebelah mata pada si pengawal. Si pengawal pun memperhatikan dengan seksama penjelasan yang akan si nyonya berikan. "Aku sangat yakin Aiden sama sekali tidak mati. Bahkan mungkin saja dia saat ini sedang menikmati makan siang sambil menunggu apa yang akan keluarga Gavin lakukan." Sebut si nyonya sambil tersenyum. "Tapi nyonya, jurang itu dalam sekali ! Dan di bawahnya, banyak sekali batu - batuan karang yang besar -besar dan tajam. Selain itu, mobil tuan Muda Aiden ditemukan di dasar laut." Tegas pria berbaju hitam itu. "Supirnya saja, ditemukan tewas di dalam mobil tersebut nyonya. Rasanya sangat kecil sekali kemungkinan kalau tuan Muda Aiden selamat. Apalagi dengan kondisi kakinya yang lumpuh seperti itu. Rasanya sangat tidak mungkin, dia bisa selamat se