Gwen berjalan terus ke depan walaupun sebenarnya dia tidak tahu kemana kakinya akan membawa dirinya pergi. "Ini-?" Tanya Gwen tiba-tiba berhenti karena melihat hamparan di depannya terhampar bunga lili. "Indah bukan?" Tanya Kenzo pada Gwen. "Ini taman yang aku katakan padamu tadi Gwen. Proyek bunga lili yang dikerjakan oleh anak perusahanku yang berada di Indonesia." Kenzo nyelonong melewati Aiden yang hanya diam tanpa berkata apa-apa. "Ini adalah pesanan dari seorang pengusaha muda untuk istrinya. Aku tidak menyangka taman ini akan menjadi sangat indah. Aku benarkan Gwen, ini sangat indah, bukan?" tanya Kenzo pada Gwen. Alih-alih mendengarkan perkataan Kenzo, Gwen malah meninggalkan Kenzo yang baru saja datang padanya. Gwen berjalan ke arah Aiden yang hanya diam memandangi Gwen. "Apa ini semua kau buat untukku, Tuan Muda Aiden?" Tanya Gwen dengan sangat lembut dan memandang Aiden penuh cinta. "Apa kau suka?" tanya Aiden pada Gwen. Gwen mengangguk kecil dan berkata," Sangat ind
"Bukannya kau ingin menceraikan aku, Theodor?!! Lantas mengapa kau membawaku serta ke Tibet?! Tidak ! Aku tidak bersedia." Angela marah sejadi-jadinya saat Theodor memintanya untuk berkemas-kemas dan ikut dengannya ke Tibet. Angela bahkan lebih rela untuk bercerai dengan Theodor ketimbang harus ikut Theodor. "Kalau tanya apa yang aku inginkan sebenarnya saat ini? Maka jawabanku masih sama Angela. Aku masih ingin bercerai denganmu. Tapi permasalahannya aku dan kau tidak bisa semudah itu untuk bercerai. Keluarga kita tidak mengizinkannya. Jadi buang jauh-jauh pikiranmu kalau aku mempertahankan pernikahan ini karena aku sangat mencintaimu." Theodor benar- benar melepeh Angela bagaikan sampah yang layak dicampakkan ke tempat sampah. "Kau!!" Tunjuk Angela ke batang hidung Theodor dengan sangat marah. "Aku tidak pernah memakai sisa orang lain Angela. Dan entah berapa banyak pria yang telah kau tiduri di luar sana. Lalu kau pikir aku akan sebodoh itu untuk kembali bersama dengan pelacur
"Theodor, ibu tidak akan diam dengan apa yang Aiden lakukan ini." Dalam keadaan yang seperti ini pun Danieta masih sempat-sempatnya mengutarakan kalau dia akan membalas Aiden. "Maksud ibu apa?" "Ibu akan mengatur cara supaya walaupun kita jauh dari sini, kita tetap bisa membalas semua perbuatan Aiden pada kita." Kekalutan hati Danieta karena ia akan segera pergi ke tempat pengasingan membuat rasa bencinya pada Aiden semakin menjadi-jadi. Theodor menggeleng lemah mendengar maksud jahat sang ibu." Bu, kita ini sudah diperalat oleh bibi Bridgette. Harus ibu sadar dan jangan mau tetap menjadi boneka bibi Bridgette." Tegas Theodor. "Sudah bersyukur hal ini tidak membuat kita berdua berakhir di penjara. Ibu masih ingatkan kalau ibulah yang telah mengatur orang untuk membuat orang tua Aiden kecelakaan? Ibu bekerja sama dengan pria lumpuh yang bernama Delka itu untuk mengatur semuanya sedemikian rupa supaya ayah dan ibu Aiden meninggal dalam kecelakaan itu. Dan itu semua karena apa? Kare
"Apa? Bridgette dibawa pergi oleh keponakannya?" Seorang pria berkursi roda memandang anak buahnya yang berdiri di belakangnya. "Benar tuan Delka. Nyonya Danieta sendiri yang mengatakan hal itu pada tuan Yovi. Semua yang dilakukan oleh nyonya Bridgette telah diketahui oleh keluarga Gavin. Dapat dikatakan kalau nyonya Bridgette sudah tamat riwayatnya."Lapor pria itu pada sang bos yang masih menganalisa semua yang di katakan oleh anak buahnya. "Apa tuan masih ingin melanjutkan kerja sama ini? Atau tuan ingin melepaskan diri dari semua ini, mumpung keberadaan kita belum mereka ketahui." tanya pria itu lagi. "Kemana Aiden membawa Bridgette? Apa Danieta ada memberitahumu?" Delka ingin tahu kemana Aiden mengirim Bridgette. Delka yakin dengan mengetahui hal itu maka Delka akan tahu siapa yang menjadi sekutu Aiden selama ini. Ada banyak sekali kecurigaan Delka pada apa yang terjadi pada Aiden. Apalagi setelah tahu Aiden dapat kembali berjalan setelah kecelakaan yang Delka rancang waktu itu
Semua orang yang masih belum terbiasa melihat Aiden berjalan layaknya orang normal setelah sekian tahun ia duduk di kursi roda, sampai hari ini masih saja curi-curi pandang saat melihat Aiden berjalan. "Sepertinya kau menjadi pusat perhatian semua orang tuan Muda Aiden." Bisik Gwen saat mereka memasuki kediaman keluarga Gavin. "Aku memang dari dulu selalu menjadi pusat perhatian." Jawab Aiden dengan sangat percaya diri. Gwen yang mendengar hal itu langsung menyipitkan matanya menatap Aiden. "Sungguh percaya diri sekali anda tuan Muda Aiden!" celetuk Gwen pelan. Aiden tidak lagi membalas perkataan Gwen. Dia hanya semakin mempererat pegangan tangannya ke Gwen dan terus menapakkan kakinya hingga ke kediamannya. Sesampainya di kediaman pribadi Aiden... "Akhirnya kau kembali juga tuan Muda." Sambut Rery yang duduk di salah satu kursi taman di depan rumah Aiden. "Kenapa kau ada di sini Rery?" tanya Aiden heran. Seingat Aiden dia tidak ada memanggil Rery untuk datang ke kediamannya. Ta
Aiden membaca paragraf berikutnya. Dan satu kerutan lainnya muncul di kening Aiden. "Apakah harus ku buat tangannya kembali tidak bisa bergerak seperti waktu itu? Atau apa mungkin peringatanku begitu ringan, sehingga dia berani menyatakan cinta secara blak-blakkan seperti ini pada istriku?" gumam Aiden pelan saat membaca kalimat demi kalimat di paragraf kedua yang tertulis di dalam surat Theodor. Aiden melirik ke arah Gwen yang ada di depannya. Dari raut wajah Gwen, terlihat Gwen sangat penasaran dengan apa yang Theodor tulis di dalam surat tersebut. "Dan lihatlah dia! Suaminya sedang cemburu! Bisa-bisanya dia sepenasaran itu!!! Aku akan memberimu hukuman atas rasa penasaranmu ini rubah kecilku!!! Tunggu saja." Seru Aiden dalam hati. "Aiden, Theodor memangnya menulis apa?" tanya Gwen yang terlihat sangat penasaran. Apa lagi setelah Gwen melihat satu persatu kerutan di kening Aiden. "Sepertinya penggemarmu banyak sekali nyonya Gavin. Tadi aku bertemu dengan pria dari masa lalu mu.
Dingin nya suhu kamar seolah tidak mampu untuk menyejukkan suhu tubuh Aiden dan Gwen yang saat ini sedang memanas bersama.Desahan demi desahan lolos sempurna dari mulut mereka berdua seolah tengah berpacu memecah kesunyian kala itu.GWEN POV"Apa ini?" Gumam ku dalam hati saat merasa seluruh tubuh ku nge-freeze saat tangannya menyentuh pipiku dengan sentuhan tangan nya yang- Ya Tuhan! Aku tidak bisa menggambarkannya. Sentuhannya tegas tapi terasa penuh kasih.Oh come onGwen! Ini bukan saatnya kau bertutur bak seorang pujangga. Sebab apa yang akan pria ini lakukan, akan merubah seluruh hidupmu selamanya. INGAT! SELAMANYA! Begitu kau memberikan harta paling berhargamu itu pada nya, maka kau tidak akan pernah terlepas seumur hidup dari nyaGwen."Kenapa? Apa kau takut?"Aku dengar Aiden berkata sesuatu pada ku saat ia mengelus pipiku dan menatapku tapi mungkin karena otak ku sedang nge-freeze sehingga tidak bisa berfungsi deng
AIDEN POVKu lihat dia mulai terbuai dengan semua yang aku lakukan. Matanya terpejam dengan nafas turun naik yang menandakan adrenalinnya tengah berpacu saat ini.Tidak akan aku lewatkan momen ini untuk membuatnya semakin larut dalam pemanasan yang aku ciptakan sebelum masuk ke menu utama yang sebenarnya."Emph! Sayang ak- ku aahk!" Jeritnya tertahan dan langsung menjepit tanganku dengan kedua paha nya. Ku rasa kan tubuhnya menegang.Aku yakin inilah saatnya. Buru-buru ku baringkan dirinya dengan posisi senyaman mungkin lalu ku singkirkan pakaian terakhir yang masih melekat di tubuhku.Suara gerpes tali pinggang yang beradu dengan lantai kamar saat aku melemparnya ke bawah terdengar sangat jelas karena suasana kamar saat itu sangat lah sunyi. Mungkin sejak tadi hanya deru nafas Gwenlah yang terdengar.Namun saat aku akan melepaskan celana yang masih terpasang dengan baik di bagian bawah tubuh ku tiba-tiba aku mendengar suara Gwen."Ai