"Apa? Bridgette dibawa pergi oleh keponakannya?" Seorang pria berkursi roda memandang anak buahnya yang berdiri di belakangnya. "Benar tuan Delka. Nyonya Danieta sendiri yang mengatakan hal itu pada tuan Yovi. Semua yang dilakukan oleh nyonya Bridgette telah diketahui oleh keluarga Gavin. Dapat dikatakan kalau nyonya Bridgette sudah tamat riwayatnya."Lapor pria itu pada sang bos yang masih menganalisa semua yang di katakan oleh anak buahnya. "Apa tuan masih ingin melanjutkan kerja sama ini? Atau tuan ingin melepaskan diri dari semua ini, mumpung keberadaan kita belum mereka ketahui." tanya pria itu lagi. "Kemana Aiden membawa Bridgette? Apa Danieta ada memberitahumu?" Delka ingin tahu kemana Aiden mengirim Bridgette. Delka yakin dengan mengetahui hal itu maka Delka akan tahu siapa yang menjadi sekutu Aiden selama ini. Ada banyak sekali kecurigaan Delka pada apa yang terjadi pada Aiden. Apalagi setelah tahu Aiden dapat kembali berjalan setelah kecelakaan yang Delka rancang waktu itu
Semua orang yang masih belum terbiasa melihat Aiden berjalan layaknya orang normal setelah sekian tahun ia duduk di kursi roda, sampai hari ini masih saja curi-curi pandang saat melihat Aiden berjalan. "Sepertinya kau menjadi pusat perhatian semua orang tuan Muda Aiden." Bisik Gwen saat mereka memasuki kediaman keluarga Gavin. "Aku memang dari dulu selalu menjadi pusat perhatian." Jawab Aiden dengan sangat percaya diri. Gwen yang mendengar hal itu langsung menyipitkan matanya menatap Aiden. "Sungguh percaya diri sekali anda tuan Muda Aiden!" celetuk Gwen pelan. Aiden tidak lagi membalas perkataan Gwen. Dia hanya semakin mempererat pegangan tangannya ke Gwen dan terus menapakkan kakinya hingga ke kediamannya. Sesampainya di kediaman pribadi Aiden... "Akhirnya kau kembali juga tuan Muda." Sambut Rery yang duduk di salah satu kursi taman di depan rumah Aiden. "Kenapa kau ada di sini Rery?" tanya Aiden heran. Seingat Aiden dia tidak ada memanggil Rery untuk datang ke kediamannya. Ta
Aiden membaca paragraf berikutnya. Dan satu kerutan lainnya muncul di kening Aiden. "Apakah harus ku buat tangannya kembali tidak bisa bergerak seperti waktu itu? Atau apa mungkin peringatanku begitu ringan, sehingga dia berani menyatakan cinta secara blak-blakkan seperti ini pada istriku?" gumam Aiden pelan saat membaca kalimat demi kalimat di paragraf kedua yang tertulis di dalam surat Theodor. Aiden melirik ke arah Gwen yang ada di depannya. Dari raut wajah Gwen, terlihat Gwen sangat penasaran dengan apa yang Theodor tulis di dalam surat tersebut. "Dan lihatlah dia! Suaminya sedang cemburu! Bisa-bisanya dia sepenasaran itu!!! Aku akan memberimu hukuman atas rasa penasaranmu ini rubah kecilku!!! Tunggu saja." Seru Aiden dalam hati. "Aiden, Theodor memangnya menulis apa?" tanya Gwen yang terlihat sangat penasaran. Apa lagi setelah Gwen melihat satu persatu kerutan di kening Aiden. "Sepertinya penggemarmu banyak sekali nyonya Gavin. Tadi aku bertemu dengan pria dari masa lalu mu.
Dingin nya suhu kamar seolah tidak mampu untuk menyejukkan suhu tubuh Aiden dan Gwen yang saat ini sedang memanas bersama.Desahan demi desahan lolos sempurna dari mulut mereka berdua seolah tengah berpacu memecah kesunyian kala itu.GWEN POV"Apa ini?" Gumam ku dalam hati saat merasa seluruh tubuh ku nge-freeze saat tangannya menyentuh pipiku dengan sentuhan tangan nya yang- Ya Tuhan! Aku tidak bisa menggambarkannya. Sentuhannya tegas tapi terasa penuh kasih.Oh come onGwen! Ini bukan saatnya kau bertutur bak seorang pujangga. Sebab apa yang akan pria ini lakukan, akan merubah seluruh hidupmu selamanya. INGAT! SELAMANYA! Begitu kau memberikan harta paling berhargamu itu pada nya, maka kau tidak akan pernah terlepas seumur hidup dari nyaGwen."Kenapa? Apa kau takut?"Aku dengar Aiden berkata sesuatu pada ku saat ia mengelus pipiku dan menatapku tapi mungkin karena otak ku sedang nge-freeze sehingga tidak bisa berfungsi deng
AIDEN POVKu lihat dia mulai terbuai dengan semua yang aku lakukan. Matanya terpejam dengan nafas turun naik yang menandakan adrenalinnya tengah berpacu saat ini.Tidak akan aku lewatkan momen ini untuk membuatnya semakin larut dalam pemanasan yang aku ciptakan sebelum masuk ke menu utama yang sebenarnya."Emph! Sayang ak- ku aahk!" Jeritnya tertahan dan langsung menjepit tanganku dengan kedua paha nya. Ku rasa kan tubuhnya menegang.Aku yakin inilah saatnya. Buru-buru ku baringkan dirinya dengan posisi senyaman mungkin lalu ku singkirkan pakaian terakhir yang masih melekat di tubuhku.Suara gerpes tali pinggang yang beradu dengan lantai kamar saat aku melemparnya ke bawah terdengar sangat jelas karena suasana kamar saat itu sangat lah sunyi. Mungkin sejak tadi hanya deru nafas Gwenlah yang terdengar.Namun saat aku akan melepaskan celana yang masih terpasang dengan baik di bagian bawah tubuh ku tiba-tiba aku mendengar suara Gwen."Ai
"Kita mulai?"tanya Aiden untuk ronde ke dua mereka. Ya, waktu yang tidak terasa berlalu telah menghantarkan mereka berdua ke ronde kedua mereka.Dengan nafas yang tersengal-sengal dan dada yang naik turun, Gwen tersenyum tipis pada Aiden. "Mau lanjut atau interview dulu?” tanya Gwen jahil pada Aiden sambil mengalungkan kedua tangannya ke leher Aiden.“Aku baru tahu kalau kau senakal in nyonya Gavin.” Balas Aiden yang saat ini telah mengukung Gwen dengan kedua lengannya.Gwen tersenyum dan menarik Aiden untuk lebih dekat dengannya. “Aku nakal, karena guruku yang mengajarkan ku untuk nakal. Kalau kau tidak nakal maka aku pun pasti tidak akan nakal!” Ucap Gwen dengan nada nakal sembari sesekali sengaja menyentuhkan bibirnya ke bibir Aiden.Aiden menajamkan mata menikmati keisengan sang istri. Kini semua perasaaan ragu dan malu yang menyelimuti dirinya dan Gwen, sudahbenar-benar menghilang. Yang tersisa ha
"Aaah...Aiden....Aaaaaaaahhh!!"pekiknya menahan kenikmatan yang Aiden berikan.Aiden terus menyusup lebih dalam dan lebih dalam ke setiap lapisan lembah itu, membuat tubuh Gwen bergerak tidak beraturan karena memang kenikmatan yang Aiden berikan tidak bisa ia tahan.Hingga tanpa sadar Gwen menarik rambut Aiden bahkan menggerak-gerakkan pinggulnya menuntun Aiden ke tempat yang Gwen inginkan untuk Aiden sentuh."Aiden!!" pekik Gwensaat rasa yang begitu kuat terasa menjalar ke seluruh tubuhnya dan cairan yang deras keluar dari lembah itu.“Sluuurb .. ”Aiden menjilat habis semuanya.Dengan nafas yang tersengal-sengal Aiden memegangi lutut Gwen yang masih dalam keadaan tertekuk."Kau mau coba di atas sayang?" Aiden mencoba mengajari hal baru pada Gwen."Maksud mu?" tanya Gwen, karena otaknya belum bekerja sempurna kesulitan mencerna apa yang Aiden maksudkan."Aku bertanya, apa kau mau coba gaya women in top, sayang??
"Apa yang sedang kau pikirkan sayang?" Tanya Aiden pada Gwen yang sedang termenung di taman belakang kediaman Aiden. "Aku teringat pada ibuku. Aku ingin membawa ibu untuk tinggal bersama kita." Sebut Gwen sambill melihat jauh ke hamparan bunga-bungan di depannya. "Kalau begitu, tunggu apa lagi? Kita ajak ibu pindah ke sini. Toh ini rumah ibu jugakan?" Aiden memegang kedua lengan Gwen dari belakang kemudian mengecup kepala Gwen. "Permasalahannya, aku sudah mengajak ibu untuk tinggal bersama kita. Tapi dia tidak mau. Alasannya sangat klasik. Dia ingin tinggal di mana suaminya tinggal. Padahal suaminya sama sekali tidak pernah memperdulikannya. Ibuku bodoh sekali kan, Aiden." Ucap Gwen terdengar kesal. Aiden pun mengambil posisi duduk di sebelah sang istri. Dia ambilnya tangan mungil milik istrinya itu lalu dikaitkannya jari - jari mereka. "Ibumu bukan bodoh sayang. Bukankah memang tugas seorang istri untuk selalu ada di samping suaminya? Jadi wajar kalau ibu mengatakan hal itu padam