“Belum.” Balas Marissa datar. Dia membohongi Melissa.“Kenapa kau belum menemuinya?” tanya Melissa bingung.“Dia pasti akan menolakku.” Balas Marissa. Melissa tidak tahu bahwa Marissa sudah menerima penolakan itu.“Lalu kau akan melakukan apa?” tanya Melissa.Marissa menatap Melissa dengan dalam, gadis itu meraih kedua tangan Melissa lalu menggenggamnya dengan erat. Melissa merasa gelisah dengan tatapan Marissa.“Tinggalkan Erlangga, Melissa.” Ucap Marissa.“Apa?” tanya Melissa.“Tinggalkan Erlangga seperti apa yang aku lakukan padanya.” Balas Marissa. “Aku mohon bantu aku.” Tambah Marissa.“Apa? Tidak mau! Kau gila, kita hanya akan membuat dirinya kembali tersakiti. Maksudku bukan aku tidak ingin meninggalkan Erlangga dan pernikahan sialan ini tetapi aku tidak mau meninggalkan dia dengan cara bodoh seperti apa yang kau lakukan.“Dia akan semakin membenci keluarga kita terutama kau dan aku!” balas Melissa. Dia mungkin akan membunuhku, menyakitiku sampai ke tulang. Tambah Melissa dalam
Melissa menarik seleting jaketnya lalu mengeratkan lagi syal di lehernya. Gadis itu memeluk tubuhnya dengan erat. Cuaca dingin Seoul akhir-akhir ini sangat ekstrim. Dia bingung ke mana dia akan pergi pagi-pagi begini. Berada di rumah keluarga Erlangga hanya membuat perasaannya semakin tertekan. Belum selesai kepalanya dibuat pusing oleh Erlangga, sekarang kakaknya justru menambah beban pikirannya.“Benar apa yang Mia katakan, kembalinya Marissa hanya menambah masalah.” Gumam Melissa. Melissa mulai kesal karena bus yang ia tunggu tak juga muncul, sejujurnya dia paham betul bahwa kekesalannya bukan karena bus yang tak kunjung muncul. Yang benar saja ini baru sepuluh menit.Marissa. Erlangga. Marissa. Erlangga .“Arghh! Ini membuatku gila!” ucap Melissa sambil mengacak rambut.TREEETTSuara klakson bus membuat Melissa terkejut, gadis itu segera berlari menuju pintu bus. Segera setelah pintu bus terbuka, Melissa menaiki tangga bus dan mulai mencari kursi kosong. Semua kursi hampir terisi
“ Apa? Tidak ! Aku juga memiliki kekasih saat menikah dengan Erlangga.” Balas Melissa. “Lantas?” “Apakah aku bisa menceritakan ini padamu? Meskipun kau sahabat Erlangga tapi aku sedikit ragu.” Balas Melissa lalu melipat kedua tangannya di depan dada. “Tidak apa-apa kau tidak perlu memberitahuku alasannya. Erlangga juga tidak menceritakan perihal pernikahannya denganmu. Sayang sekali saat hari pernikahan kalian aku harus kembali ke Thailand, kakakku melahirkan jadi aku ingin melihat keponakanku.” Balas Lee. “Wah pasti menyenangkan memiliki anggota keluarga baru. Ngomong-ngomong kau orang Thailand?” Tanya Melissa. “Ya, Ayahku Korea dan Ibuku Thailand.” Balas Lee. “Thailand seperti apa?” “Lebih panas, tidak ada salju di sana.” Balas Lee singkat. “Kalau aku punya uang yang banyak aku akan ke sana.” Ucap Melissa. “Tidak perlu uang yang banyak, kalau kau mau aku bisa mengajakmu ke sana.” Balas Lee. “Whoaa! Kau baik sekali.” Ucap Melissa. “Kau akan ke mana naik bus ini?” Tanya Lee.
“Justru karena aku kasihan padanya. Dia memiliki Rio yang sangat ia cintai. Melissa mengatakan tersiksa dengan pernikahannya denganmu. Dia merasa terkurung dengan pernikahan kalian. Lagi pula sejak awal dia tak menginginkan pernikahan ini. Jadi kau bisa meninggalkan Melissa. Kasihanilah dia.” Ucap Marissa yang semakin mengeratkan pelukannya pada Erlangga. “Lalu bagaimana dengan diriku? Apakah kau hanya memandangku sebagai objek?” Tanya Erlangga. “Apakah kau tidak kasihan padaku juga? Apakah kau pikir hidup kita ini adalah sebuah permainan. Di mana kau bisa memutuskan untuk pergi lalu kemudian kembali, lalu membuang adikmu untuk meraih kebahagiaanmu?” Tanya Erlangga. “Tapi Melissa tidak bahagia dengan pernikahan kalian!” ucap Marissa. “Tapi aku bahagia dengan pernikahanku dengan Melissa.” Balas Erlangga. DEG! Marissa membulatkan matanya, tangannya semakin erat merengkuh tubuh Erlangga. Perasaannya berubah menjadi kalut. Dia ketakutan sekarang. “Apa maksudmu, Erlangga?” Tanya Mariss
Melissa duduk di halte menunggu bus datang. Hari sudah gelap, sejak tadi dia menghabiskan waktunya hanya duduk di halte menunggu malam. Dia merasa menjadi seorang pengecut. Mengapa juga dia tidak berani bertemu dengan ibu dan kakaknya, sebenamya dia bukannya tidak berani. Dia hanya malas saja berada pada situasi di bawah tekanan.TIIN TIINMelissa mengangkat kepalanya dan dia mendapati mobil Erlangga terparkir di depan halte tempatnya duduk.“Erlangga?”“Orang akan menyangka kau tidak punya rumah.” Ucap Erlangga. “Cepat, sudah malam. Ayo pulang bersama.” Ucap Erlangga.Melissa berdiri lalu berjalan menuju mobil Erlangga. Gadis itu lantas masuk ke dalam mobil Erlangga. Erlangga menunggu Melissa memakai sabuk pengaman baru menyuruh supir mereka menjalankan mobilnya.“Aku baru sadar kau kembali memodifikasi mobilmu seperti semula.” Ucap Melissa.“Aku sudah bisa berjalan sekarang, tidak perlu bentuk yang sebelumnya.” Ucap Erlangga.“Kakimu sudah benar-benar kuat? Sudah bisa berlari?” Tany
Kamar Erlangga & MelissaMelissa bergerak gelisah di sisi atas, dia terus berguling ke kiri dan ke kanan. Sejak tadi dia terus memikirkan makna dari ucapan Erlangga saat pria itu menciumnya di mobil. Melissa menyentuhnya dengan jari-jarinya yang lentik.“Kenapa sangat sulit merasakan paham dengan perasaanku, Melissa?”“Apa maksudnya? Dia menyukaiku? Tidak !” ucap Melissa pada dirinya sendiri. Dia menatap pintu kamar. Erlangga belum kembali sejak satu jam yang lalu. Pria itu masih sibuk di ruang kerjanya. Apakah bekerja seharian di kantor masih kurang?Erlangga mendengar langkah kaki berjalan menuju ke arah pintu. Dengan cepat dia membalikkan tubuh membelakangi pintu, ia lantas menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Melissa berusaha mengatur napasnya. Jantungnya mendadak berdegup sangat kencang, dia takut Erlangga membahas tentang apa yang sudah terjadi.CEKLEK!“Dia sudah tidur? Cepat sekali.” Ucap Erlangga.Pintu kamar terbuka. Erlangga berdiri di taman pintu ditatapnya is
Erlangga berdehem kecil lalu kembali tersenyum. “Marissa seperti tuan putri dari satu kerajaan, sedangkan kau adalah prajurit kerajaan.” Ucap Erlangga dengan kekehan.“Aishhh~ dasar. Aku ini juga pandai melakukan aktivitas keputrian. Aku pandai memasak dan bisa sedikit mengajar.” Ucap Melissa.“Aku yakin kau akan jadi ibu yang baik.” Ucap Erlangga tulus.“Tentu saja.” Balas Melissa dengan yakin.“Ayo! Sebaiknya kita tidur sudah malam.” Ucap Erlangga.“Ah Tunggu sebentar…” ucap Melissa.“Apa?” Tanya Erlangga.“Aku tidak sengaja bertemu dengan Lee.” Ucap Melissa.“Lalu?” Tanya Erlangga.“Lee mengajakku ke bazar barang antik minggu depan. Apakah aku boleh pergi dengannya?” Tanya Melissa.“Hanya berdua?”“Hmm…” angguk Melissa. Dia memasang wajah paling imut yang ia miliki.“Jangan pulang lebih dari jam sembilan malam.” Ucap Erlangga. Erlangga mengenal Lee, Erlangga akan baik-baik saja pergi bersama Lee.“Ah! Terima kasih! Kita lihat nanti apa ada barang unik yang bisa aku bawa pulang untu
“Melissa berada pada posisi sulit, dia tidak bisa pergi begitu saja. Aku tahu akan sangat keterlaluan bila membuatnya pergi meninggalkan Erlangga. Erlangga hanya akan semakin tersakiti dan membenci keluarga kita.” Ucap Marissa.“Selesaikan apa yang sudah kau mulai. Ibu yakin kalau Erlangga memang ditakdirkan untukmu, dia akan kembali padamu.” Ucap Ibu Marissa.Marissa menatap wajah ibunya dengan sayang. “Terima kasih, aku yakin dia akan kembali padaku, dia hanya sedang marah padaku. Aku akan membuat dia kembali ke sisiku lagi.” Ucap Marissa lalu membalas pelukan ibunya.“Kau kurus sekali.” Ucap Ibu Marissa.“Aku mungkin akan menyakiti Melissa.” Ucap Marissa.“Tidak apa-apa, adikmu selalu berbesar hati. Tahun ini Ibu akan mendaftarkan Melissa untuk berkuliah. Dia pasti akan sangat senang sekali.” Ucap Ibu Marissa.“Maaf aku selalu menyusahkan kalian.” Ucap Marissa. Matanya menatap lurus pada kamar Erlangga. Tekadnya sudah bulat, ia akan membuat Erlangga kembali ke sisinya.1 Minggu Ke