"Nikmati saja sayang," ucapku sambil memulai permainan.
Aku menyunggingkan senyum nakalku dan Farhan pun ikut tersenyum, Farhan tidak ingin tinggal diam, tangannya mulai beraksi menjamahi seluruh tubuhku.
"Sayangggg... Permainanmu boleh juga," ucap Farhan.
Mendengar ucapannya, aku semakin bersemangat menunjukkan aksiku.
"Kau juga harus menunjukkan keliaranmu sayang, uh," ucapku.
"Faster baby, come on," ucap Farhan.
Mendengar ucapan Farhan, aku langsung menjadi jadi dan begitupun Farhan. Karena ia sudah sangat dipenuhi nafsu maka ia langsung membalikkan badanku dan aku terlentang di atas kasur.
"Sekang giliranku, sayang," ucap Farhan.
"Ohh sayang..." ucapku tanpa kontrol.
"Kenapa sayang?" Tanya Farhan.
"Jangan siksa akuuu, plissss..."
"Kita akan
"Kenapa kau repot repot untuk menyiapkannya Luna, kan ada pelayan yang bisa menyiapkanya," kata kakek."Ini hanya hal kecil, aku bisa melakukannya sendiri kok,"ucapku dengan menyunggingkan senyuman.Lalu kami berempat makan bersama, saat semua sedang sibuk dengan makanannya masing masing tiba-tiba ponsel Farhan berdering."Maaf, saya permisi dulu," kata Farhan, lalu ia langsung berdiri dan berjalan menjauh dari ruang makan untuk mengangkat telponnya.Jack hanya memandangi punggung Farhan yang semakin berjalan menjauh dan tertutup oleh tembok. Aku berfikiran bahwa itu adalah masalah pekerjaannya jadi aku membiarkanya."Halo," ucap Farhan."Hay Farhan. Kapan kau akan kembali ke Seattel?" Kata si penelpon itu dengan nada yang begitu manja.Suara itu adalah suara perempuan dan Farhan langsung mengetahui siapa dibalik suara itu, sudah jelas itu Alinda."Bagaimana bisa kau mendapatkan nomor ponselku?""Itu adalah hal yan
Kami bertiga menuju bandara dengan mobil yang sudah di siapkan oleh kakek. Selama perjalanan hingga di dalam pesawat aku merasa bersalah kepada Farhan, sepertinya Farhan menyadari bahwa sedari tadi aku murung."Sayang, apa yang sedang kau pikirkan? Aku liat dari tadi kau terus melamun," ucap Farhan."Aku ngga papa sayang," kataku."Katakan saja, raut wajahmu tidak bisa berbohong.""Mengenai masalah ayah angkatmu, aku minta maaf karena sudah mengungkitnya kembali, kau pasti merasa terpukul," terangku."Kenapa kau berpikiran seperti itu sayang, itu adalah kesalahanku karena aku tidak memberitahu padamu sejak dulu. Sudah sudah kau jangan merasa bersalah seperti itu, aku tidak apa apa.""Maafkan aku karena sudah terlalu penasaran dengan masa lalumu, aku berjanji tidak akan mengulanginya dan akan menjaga sikapku lain kali.""Untuk apa kau meminta maaf padaku? Bukankah kita sepasang suami istri? Memang sudah wajarnya jika kita saling
*****Suasana kantor memang sedang sibuk karena saham yang terus menurun. Ditengah tengah kesibukan semua orang, Alinda datang mengunjungi Farhan, bahkan masuk ke ruangan Farhan tanpa membuat janji terlebih dahulu.'TOK TOK TOK'"Masuk," ucap Farhan dengan cuek tidak melihat siapa yang mengetuk pintu karena ia sedang sibuk dengan laptopnya."Hay Farhan Jacob Alexander," ucap Alinda.Mendengar namanya disebut dengan lengkap, Farhan langsung menoleh ke sumber suara itu."Ada apa kau kesini? Kita tidak ada janji pertemuan sebelumnya, aku sedang sibuk silahkan kau pulang," ucap Farhan dengan nada dingin."Kenapa kau terlalu jual mahal padaku, padahal aku kesini ingin menawari bantuan untukmu.""bantuan?""Ya, aku bisa membantumu mendapatkan sahamu kembali, aku bisa bicara denga Jemy, tetapi tentu saja itu semua ada syaratnya, kita harus jadi mitra kerja yang kompak, bagaimana?" Ucap Alinda."Aku tidak butu
Tiba-tiba ponsel Farhan berdering, lalu aku turun dari atas tubuh Farhan dan menyuruhnya untuk mengangkat telponya, awalnya Farhan tidak mau tetapi aku terus memaksanya untuk mengangkat telponnya siapa tau itu adalah telepon penting.Drrttt... Drrrtt... DrrtttKami berdua menoleh kearah ponsel yang berdering itu."Sepertinya ponselmu yang berdering," ucapku."Biarkan saja, ayo kita lanjut kegiatan kita," ucap Farhan."Tidak sayang, sebaiknya kau angkat saja dulu siapa tau itu telpon penting," ucapku.Lalu Farhan meraih ponselnya dan mengangkat telpon itu."Halo," ucap Farhan."Halo, aku kira kau sudah istirahat, aku hanya ingin meminta maaf karena sikapku yang sudah keterlaluan tadi saat berada di kantormu," ucap sang penelepon itu.Yang menelpon Farhan adalah Alinda,mendengar omong kosongnya Farhan langsung mematikan telponnya lalu menaruhnya di tempat semula.Farhan berjalan menuju arahku, karena aku penasaran s
"Sayang bangun, hari ini kau akan ke kantor kan?" Aku membagunkan Farhan dengan cara yang lembut."Sebentar sayang," Farhan menjawab perkataanku sambil ia masih memejamkan matanya."Mau berangkat jam berapa? Ini sudah mau setengah delapan."Farhan langsung membuka matanya dan mengambil posisi duduk di sebelahku."Sayang aku harus ke kantor, hari ini adalah rapat saham dengan Jemy.""Sekarang kamu mandi, aku akan menyiapkan sarapan untukmu," aku sambil mengecup dahi Farhan."Ngga ikut mandi sekalian?" Farhan lagi lagi menawarkan hal seperti itu padaku."Ngga, itu bisa lain waktu sayang," aku menangkup kedua pipi Farhan dengan gemas."Ya sudah aku mandi dulu ya," sebelum Farhan berdiri, ia menyempatkan waktu untuk mengecup dahiku lumayan lama lalu ia berjalan menuju kamar untuk mandi dan bersiap siap ke kantor.Aku yang masih mengenakan piama langsung saja menuju ke dapur untuk membuat sarapan. Sesampainya di sana aku bern
Setelah selesai mengobrol dengan Farhan, aku melanjutkan film yang sedang aku tonton. Sudah dua jam lamanya aku memandangi layar televisi di dalam kamarku akhirnya film tersebut rampung. Aku menoleh ke arah jam dinding di kamarku yang sekarang menunjukan pukul 11.23 .***Di luar rumah.Terparkir mobil rolls royce di depan rumah Farhan dengan gagahnya, sang pengemudi membunyikan klakson mobilnyaAku kembali teringat dengan si penelpon tadi siapa sebenarnya orang itu. Saat aku sedang sibuk melamun tiba-tiba bibi Ana mengetuk pintu kamarku.TOK TOK TOK"Permisi nona, di luar ada yang mencarimu," ucap bibi Ana di balik pintu kamarku."Siapa?""Ti-tidak tau, dia hanya menyuruh nona untuk menemuinya. Dia menunggu nona di dalam mobilnya.""Sampaikan padanya, sebentar lagi aku akan turun.""Baik nona."Bibi Ana kembali ke halaman rumah dan menemui laki-laki yang sedang menungguku di luar dan menyampaik
Jemy hanya tersenyum mendengar ucapanku barusan, dan ia lebih memilih untuk mengalihkan topik pembicaraan saat kita sedang melewati tempat permainan. Dia langsung menarik tanganku tanpa persetujuan dariku sebelumnya, aku hanya bisa mengikutinya dengan langkah yang lumayan cepat untuk menyamai langkah Jemy."Ngapain kita masuk ke sini?" Tanyaku."Kita bermain sebentar."Jemy menuju ke loket untuk membeli beberapa koin agar kita bisa bermain. Selesai Jemy membagi koin denganku, aku langsung pergi menuju permainan mesin capit yang berhadiah boneka.Aku mulai memainkanya dengan rasa hati-hati agar bisa pas dengan sasaran tetapi tebakanku meleset. Kini giliran Jemy yang bermain mesin capit boneka, permainan pertama dia kalah tetapi dia tidak menyerah dan mencoba untuk kedua kalinya dan kali ini dia berhasil mendapatkan bonekanya. Tanpa disadari aku refleks kegirangan melihat bonek yang berhasil dicapit oleh mesin, setelah mengambil bonekanya aku langsung memel
"Sa-sayang kau tahu dari mana?"Farhan melemparkan beberapa lembar foto padaku, aku mengambilnya dan melihat foto apa yang di berikan padaku. Aku mendapati foto itu adalah diriku dan Jemy."Sayang ini tidak seperti yang kamu kira, kamu lebih percaya aku atau foto ini?" Aku bertanya balik kepada Farhan."Tergantung alasanmu bisa masuk akal atau tidak.""Jemy hanya mengajaku makan siang setelah rapat saham selesai, tetapi aku meminta untuk membeli ice cream saja, setelah itu dia membawaku ke tempat permainan dan kita bermain sebentar lalu aku menyuruhnya untuk segera pulang. Mungkan saat kau menelponku tadi itu waktu aku berada di tempat permainan karena disana suaranya sangat bising jadi aku tidak bisa mendengarnya," aku menerangkanya semua yang terjadi kepada Farhan."Benarkah begitu? Lalu untuk apa kau memeluknya?""I-itu aku tanpa sadar memeluknya sejenak karena ia memegangkan permainan dan aku merasa sangat senang.""Jadi kam