Share

Bab.3 Bukan kah Aku hanya Pengantin Pengganti?

“Alia…” Panggilan Erland terdengar bersama suara langkah mendekat. Harum aroma sabun mandinya langsung menyerbu indra pencumanku. Tetap saja kupejamkan mata sambil berbaring miring dan menahan selimut hingga ke leher.

“Kamu pura-pura tidur? Bukannya kamu bilang sangat gerah dengan gaun itu, kenapa sekarang bergelung selimut hmh?”

Astaga. Aku memang bodoh sekali. Memaksa Erland segera pulang ke rumah ini, tapi mandi pun bahkan tak bisa karena koper pakaianku masih belum tiba. Dan Kamar tidur tamu yang rencananya kujadikan privacy, atau tepatnya persembunyian itu pun malah kosong melompong.

Sreeet! Selimut ditarik hingga melorot ke betisku. Sontak aku bangun duduk dengan mata melotot.

“Er….?”

“Mandi lah, kau bisa menggunakan jubah mandi ini."

“Nanti saja,” Aku berpaling dengan jengkel, lelaki itu kini tersenyum dan duduk di tepi tempat tidur. Kulit wajahku terasa menghangat, matanya menyapu penampakanku yang tak karuan.

Gelungan rambutku yang oleh MUA ditata cantik sudah kulepaskan tapi gaun pengantin pas badan ini masih melekat dengan sepanjang punggungku deretan kancing bungkusnya telah terlepas. Dan apa katanya tadi, aku bisa segera mandi lalu setelahnya hanya mengenakan jubah handuk itu? Oh My god!

“Kau bisa pilih, segera mandi atau kutemani ngobrol di sini sambil menunggu koper dan pesanan makanan kita datang.” tawararannya membuatku mules.

Glek.Badan sih pasti segar kalau diguyur air, tapi tubuhku polos hanya dibalut handuk model baju itu?

“Kenapa harus dipilih segala?” dengkusku menarik selimut kembali sampai pinggang.

“Hidup itu pilihan Alia….tadi kan kamu yang pilih pulang kesini. Padahal kalau kita ke rumah Om Rudi, aku banyak teman ngobrol di sana dan tidak akan mengganggumu.”

Kini kuberanikan menatap manik matanya. Oh God, Erland bukan hanya memandangiku dengan intens, tatapannya itu seolah memindai setiap inci wajah ini.

“Itu bukan rumahku, dan Kamar pengantin itu harusnya Rivana….”

“Ups, betul sekali! Kamar pengantinmu di sin ikan?” Erland tertawa nakal menggoda, sudah pasti mukaku seperti kepiting rebus oleh ulahnya.

Ah. Lelaki ini, tingkah jenakannya berhasil mencairkan kekakuan di antara kami. Lelaki semenarik ini, kenapa Rivana meninggalkannya?

“Alia….” Erland mengulurkan tangan meraih wajahku. Aku menggerakkan wajah ke samping dengan jengah. Erland menahan tangannya dan ibu jarinya kini malah membelai anak rambut di sisi wajahku.

Bagaimana ini, aku benar-benar tidak siap. Posisiku hanya Pengantin Pengganti, kenapa sikapnya semesra ini?

“Erlan….Aku bukan Riva….”

“Sssttt…..” Kini telunjuk dan ibu jarinya bergerak ke bibir, membungkamku. Tubuhnya bergeser maju dan sebelah tangannya yang lain menahan bahuku.….Cup.

Sebuah kecupan menyentuh keningku. Dadaku berdebar keras. Ini merupakan kecupan kedua setelah sebelumnya ia juga mencium keningku pada saat kami di sandingkan.

Setelah akad nikah, ia memasangkan sebingkai cincin ke jari manisku lalu tante Fifi berbisik agar aku mencium tangannya. Kusentuhkan bibirku sekilas ke punggung tangannya, lalu saat aku mengangkat wajah itulah lelaki ini mendaratkan bibirnya di puncak kepalaku, bedanya saat itu aku tidak merasakan apa-apa.

Aku menarik wajah ke belakang ketika merasakan hembusan napas Erland, wajah kami hampir tak berjarak. Sesaat bunyi telpon Erland menjeda apa yang akan terjadi selanjutnya. Lelaki itu melepaskan wajahku dan menjangkau ponselnya di meja nakas.

“Kopermu sudah datang, sebentar aku keluar.” Erland beranjak dan aku menarik napas sepenuh dada.

Kuraih jubah mandi dan dengan cepat memasangnya melapisi gaun yang bukaan belakangnya sudah terbuka. Bagaimana jika tadi dengan begitu mudah kedua tangannya meloloskan ke bawah lengan gaunku, Huufff! Aku menghalau bayangan horor itu dengan kuduk meremang.

Erland masuk dengan mendorong koper dan menjinjing satu set rantang sejenis Tupperware.

“Aku menyiapkan ini di meja makan, setelah kau mandi kita makan sore.” Ujarnya meletakan koper size 24 inch itu lalu berbalik keluar kamar.

Ya, kami belum sempat makan siang karena hanya bersanding menerima ucapan selamat, jadi makan jam segini tentu saja sudah telat jika disebut makan siang.

Bergegas kubuka zipper dan menemukan beberapa lembar gaun tidur sutra, piyama harian dan dua stelan outfit yang feminin. Terdapat pula satu plastik klip berisi setengah lusin underware. Dan aku bersyukur Rivana juga sudah menyiapkan seperangkat sabun cuci muka, sabun mandi, shampo, body lation, pokoknya selengkapnya jika kita akan pergi menginap di luar rumah.

Pilihan Rivana semua itu pastinya, seleranya sangat baik dan untungnya tubuh kami masih satu ukuran. Tanpa berpikir lagi kuraih piyama dan melesat ke kamar mandi.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Afniyantiboy maweikerejacobs
seru juga cerita
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
sebagai istri pengganti alia jadi sangat risih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status