Satu dupa berselang... Jinlong sontak membeku di atas tubuh Feng Huang dengan sebelah alisnya terangkat naik, mencuat tinggi membentuk bayangan bukit. Sementara netranya yang sebiru air laut nanar menatap wajah Feng Huang yang telah tak sadarkan diri. "Hmmm... Feng sayang, berani sekali kamu menolak untuk melayaniku," ucapnya gemas. Beberapa saat yang lalu ia baru saja ingin menurunkan celana sutra yang membalut kedua betis ramping Feng Huang sambil mengecup leher jenjang istrinya itu. Namun yang terjadi, tiba-tiba Feng Huang tak sadarkan diri begitu saja. Ketika Jinlong mencoba untuk memeriksanya, ada hawa hangat pada ujung jari telunjuk dan ujung jari tengah tangan kanan Feng Huang. Yang artinya istrinya ini baru saja menggunakan kultivasinya untuk menotok salah satu syaraf di tubuhnya. Energi kultivasi yang hanya dimiliki oleh Suku Pheonik Api. Yang mengesalkan bagi Jinlong adalah... Feng Huang bersedia melakukan apa saja demi tidak melayaninya, meski harus membuka kebohongannya
Keesokan harinya, di Sekte Burung Api. Pagi-pagi sekali Ming Hao dan Guan Lin tergesa-gesa pergi menemui Shu Haocun di kamar Guru Besarnya itu. Dan sekarang, di depan pintu kamar Shu Haocun setelah Shu Haocun membukakan pintu untuk kedua muridnya yang mengetuk terburu-buru. "Apa?! Nyonya Besar Yu, dia..." Shu Haocun membeku ketika ia menerima kabar tentang kepergian tiba-tiba Nyonya Besar Yu yang merupakan Nenek Yu Jie dari sebelah Ayahnya. "Benar Guru, murid dan Adik Ming sejak kemarin berada di kediaman Yu sesuai perintah Guru. Tapi pagi ini... Pagi ini ketika murid dan Adik Ming pergi sebentar saja untuk makan. Di saat murid kembali, Nyonya Besar Yu, dia... Dia sudah pergi Guru." Terang Guan Lin terbata. "Kalian sudah melihat kondisi mayat Nyonya Besar Yu? Apakah ada keanehan?" tanya Shu Haocun setelah ia mampu menguasai rasa terkejutnya. Guan Lin dan Ming Hao saling bertukar pandang, kemudian berpikir selama beberapa saat. Hingga... "Bukankah tadi Nyonya Muda Yu mengatakan k
Saat ini di dalam kereta yang sedang berlari kencang menuju ke kediaman Yu. Empat orang yang berada di dalam kereta ini tidak ada satu pun yang berbicara, terutama Jinlong. Setelah aksinya pagi ini terhadap Feng Huang terganggu oleh suara ketukan di pintu yang sengaja dilakukan oleh Shu Haocun. Bahkan di saat Shu Haocun memberi kabar pada Feng Huang tentang kematian Nyonya Besar Yu, ia harus menerima pelototan kesal dari Istri kecilnya itu. Karena pagi ini ia telah mengurung Feng Huang di dalam kamar hanya demi mengerjai sang Istri yang masih tidak bersedia berbicara jujur padanya. Dan demi melampiaskan kekesalannya, Jinlong membalas Shu Haocun dengan memelototi Kakek Yu Jie itu hingga sekarang. Yang lebih mengesalkan, Shu Haocun bertingkah seakan tidak terjadi apa-apa. Pria paruh baya itu bahkan sama sekali tidak mau menatapnya dan terus memandang keluar jendela kereta. Tidak hanya Feng Huang dan Jinlong yang enggan berbicara. Chun yang terguncang ketika menerima berita kematian
Kediaman Yu telah dipenuhi oleh para penduduk Benua Zhejiang yang datang melayat ketika kereta milik Shu Haocun tiba. Setelah keributan kecil yang ia lakukan bersama Jinlong di kereta, akhirnya Feng Huang bersedia turun bersama suaminya itu. Karena Shu Haocun dan Chun seolah sengaja meninggalkannya. Dan sembari menekuk wajahnya, ia pun menerima uluran tangan Jinlong yang ingin membantunya turun dari kereta. Pasca melakukan perdebatan panjang dengan suaminya itu tentang tanda pernikahan yang harus diukir di keningnya sebagai simbol bahwa ia telah menikah dengan Dewa Naga. Semuanya berawal dari usul Shu Haocun satu dupa yang lalu. Di dalam kereta, Shu Haocun memberitahukan agar penduduk Benua Zhejiang tidak merasa bingung tatkala melihat kehadirannya yang dianggap telah dipersembahkan kepada Dewa Naga Penguasa Laut Xishi, Jinlong diminta untuk melukiskan gambar bunga teratai di keningnya sebagai tanda kalau ia sudah menikah. Feng Huang mengikuti saran tersebut. Namun, Jinlong yang k
"Siapa wanita itu? Mengapa dia terus menatap Istriku dengan pandangan yang merendahkan?" tanya Jinlong pada Chun. "Maksud Tuan, wanita itu?" tunjuk Chun pada Li Qui. "Benar." "Oh, dia adalah Nona Li Qui, Tuan. Saudari tiri Nona. Chun dengar dari Nyonya Besar, sebelum hamba bekerja di kediaman Yu dia telah sering mengganggu Nona bersama Adiknya. Tidak hanya dia..." Kali ini Chun mengalihkan pandangannya ke arah Li Mei yang tampak sedang berbicara dengan suaminya. "Nyonya Muda juga sering mengganggu Nona. Beberapa bulan yang lalu sebelum Nona dikirim ke Istana Taiyang, Nyonya Muda...""Tidak perlu diteruskan, Chun." Jinlong segera berpaling pada Feng Huang ketika ia mendengar ucapan istrinya itu. "Ada apa? Bukankah mereka adalah orang-orang yang telah menyakitimu?!" tanyanya sambil menatap Feng Huang dengan wajah bingung. "Memang benar." Feng Huang tersenyum sinis, ia menengadah dan membalas tatapan Jinlong, "Karena itu aku akan membalas mereka semua, tapi aku bisa melakukannya sen
Tak jauh dari Feng Huang dan Jinlong, di tempat Li Qui tengah berbicara dengan Ibunya. Li Qui sama sekali tidak memperhatikan semua ucapan Ibunya. Namun ia membuka mulutnya ketika ia tidak lagi mendengar suara Ibunya. "Apakah Ibu yang telah mengirimkan kabar pada Tetua Shu tentang kematian Nenek?" tanyanya pada Ibunya tanpa mengalihkan pandangannya dari Feng Huang, terutama pria yang berada di samping Feng Huang saat ini. Karena pria itu telah menarik perhatiannya. Dan ia tentu saja tidak akan semudah itu percaya pada bualan Saudari tirinya yang mengatakan bahwa pria itu adalah siluman. "Sebaiknya kita bicarakan masalah ini di kamar Ibu!" ajak Li Mei, di saat yang sama ia memberi isyarat pada Li Qi yang sedang melangkah ke arahnya agar putranya itu menemani Ayahnya untuk menyambut para pelayat. Sepeninggal putranya dan suaminya, Li Mei langsung menarik tangan Li Qui dan membawa putrinya itu menuju kamarnya. Bahkan ia juga memerintahkan pada Yin untuk berjaga di depan kamar selama ia
waktu hampir menginjak siang hari, pelayat terakhir baru saja meninggalkan kediaman Yu. Kini yang tersisa hanyalah anggota keluarga Yu, Shu Haocun, Feng Huang, Jinlong, dan Chun saja yang akan melakukan ritual terakhir kepada peti Nyonya Besar Yu yang akan segera ditutup. Tanda tanya besar terlukis di wajah Feng Huang, Jinlong, maupun Chun dan Shu Haocun ketika Yu Zhuting dan Li Mei tampak terburu-buru ingin menutup peti Nyonya Besar Yu dan mengurus penguburannya. Dan kebingungan itu disampaikan oleh Shu Haocun melalui perkataannya sesaat setelah ritual anggota keluarga dilakukan. "Matahari belum berada di atas kepala, mayat Nyonya Besar Yu bahkan masih wangi. Lalu mengapa kalian ingin menguburkannya secepat ini?!" protesnya sambil menatap Yu Zhuting dan juga Li Mei yang sedang meminta para pelayan kediaman untuk menutup peti mati Nyonya Besar Yu. Mendengar ucapan Shu Haocun itu, Yu Zhuting diam-diam bertukar pandang dengan Li Mei. Ketika ia melihat anggukan Li Mei... Ia pun menata
Setelah menemukan bukti penyebab kematian Nyonya Besar Yu, baik Feng Huang, Jinlong, maupun Shu Haocun sengaja berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Mereka bahkan meninggalkan ruangan tempat jenazah berada dengan tetap memasang wajah biasa di hadapan Yu Zhuting dan Li Mei yang melanjutkan prosesi pemakaman Nyonya Besar Yu siang itu juga. Sebelum peti mati diberangkatkan menuju tempat pemakaman, kereta yang membawa peti jenazah Nyonya Besar Yu mendadak dihadang oleh Kaisar Gao dan kedua Jenderalnya yang baru saja tiba. "Apa yang terjadi? Bukankah ini masih siang?!" tanya Kaisar Gao dingin sembari melirik peti mati dari atas kuda. "Apakah itu peti Nyonya Besar Yu?"Li Mei dan Yu Zhuting yang mendengar pertanyaan itu melongok dari jendela kereta, di saat mereka mengetahui bahwa Kaisar Gao berada di depan kereta pembawa peti jenazah... Mereka pun tergesa-gesa turun untuk menyambut Penguasa Benua Zhejiang itu. Di sisi lain, Feng Huang dan Chun memperhatikan hal itu dari jendela kereta ter