"Semuanya, menyingkirlah!!" Teriakan keras yang terdengar berasal dari kejauhan mengejutkan Feng Huang yang masih berada di dalam kamar dan baru saja selesai mengikatkan tali pinggang Jinlong. Tadi, usai Jinlong membersihkan tubuhnya, seperti yang selalu Jinlong lakukan di Alam Langit... Suaminya itu berdiri di hadapannya dengan hanfu yang dipakai secara asal-asalan. Dan ia sangat mengerti artinya itu, bahwa ia harus merapikan pakaian yang Jinlong kenakan di tubuhnya. "Kamu dengar teriakan itu?""Tentu saja," dengus Jinlong, "Teriakan itu terlalu keras, bahkan mungkin terdengar hingga ke seluruh area Sekte." Ucapnya sembari berdecak sebal. "Sepertinya kekasihmu telah datang untuk mencarimu, Feng sayang." Sindirnya. "Cih, haruskah kamu berbicara seperti itu padaku?" rutuk Feng Huang sembari mengangkat wajahnya dan memberikan tatapan peringatan pada Jinlong yang justru tersenyum tipis menerima tatapan itu. "Apa itu? Apakah sekarang kamu telah berani mengancamku? Benar-benar tidak ta
"Di mana kira-kira Tetua Shu menempatkan mereka?" pikir Feng Huang yang tengah berkeliling Sekte Burung Api. Tetapi ia tidak memeriksa Sekte dari depan, melainkan dari belakang setiap ruangan Sekte untuk mencegah Kaisar Gao melihat apa yang sedang ia lakukan. Hingga ia tiba di sebuah ruangan, di mana ia mendengar suara Fu Yueyin dan Fu Jiazhen sedang berbincang. "Kakak mendengar suara teriakan tadi?""Aku mendengarnya, suara itu mirip dengan suara Yang Mulia. Apakah Yang Mulia datang ke sini?""Jika Yang Mulia benar datang ke sini, dengan mendengar teriakannya tadi bukankah telah terjadi sesuatu di halaman Sekte? Haruskah kita melihatnya ke sana?""Jangan! Tetua Shu telah berbaik hati menyembunyikan kita di sini, dan jika kita keluar... Bukankah kita hanya akan menambah kesusahannya?"Mendengar pembicaraan dari kedua suara yang sangat dikenalnya itu, Feng Huang pun berkelebat memasuki jendela ruangan yang tampak terbuka. Tepp!! Ketika kakinya telah menapak di dalam ruangan, Feng Hu
Tebing belakang Sekte Burung Api, sebuah dinding batu tak terlihat tiba-tiba bergeser terbuka ketika Feng Huang menyentuhkan telapak tangannya ke dinding tersebut. Dan setelah dinding terbuka, Feng Huang langsung meminta Fu Yueyin dan Fu Jiazhen untuk masuk ke dalam perut tebing. Saat memasuki perut tebing, Fu Jiazhen dan Fu Yueyin sama sekali tidak menduga bahwa ruangan yang terdapat di balik dinding ternyata luas sekali. Ruangan tersebut beralaskan tanah keras dan dinding yang terbuat dari batu tebing. Tidak hanya luas, ruangan tersebut juga memanjang ke bagian dalam. Di ujung ruangan tampak 11 makam Tetua Terdahulu dari Sekte Burung Api. Melihat makam-makam tersebut, Fu Yueyin dan Fu Jiazhen pun membungkukkan tubuhnya untuk memberikan penghormatan. "Pantas saja tempat ini disebut kawasan suci, ternyata di sini tempat peristirahatan para Tetua terdahulu dari Sekte Burung Api," bisik Yueyin pada Kakak lelakinya yang telah menegakkan kembali tubuhnya. "Itu benar, di sini adalah ma
Dua dupa berlalu, kini di dalam kamar yang telah disediakan untuknya dan juga Jinlong... Feng Huang dan suaminya itu tengah duduk berhadapan mengelilingi sebuah meja batu yang terdapat di dalam kamar ini. Pasca keributan yang mereka lakukan di ruang dalam Sekte Burung Api, Shu Haocun pun memerintahkan kepada para muridnya untuk mengantarkan mereka kembali ke kamar tanpa bisa membantah lagi. "Cih, si tua ternyata sangat pemarah." Dengus Jinlong gusar. Feng Huang mengangguk setuju. "Feng sayang, untuk apa mengangguk di sini jika di luar tadi kamu begitu menurut padanya?""Aku?" tunjuk Feng Huang pada wajahnya, sesaat setelahnya ia justru tertawa kikuk ketika Jinlong melotot padanya. "Ah, itu... Aku hanya menghormatinya karena Tetua Shu terlihat lebih tua dariku. Lagipula sewaktu aku menjalani 7 cobaan Dewa, dia yang telah membantuku dengan memberikan tubuh cucunya padaku. Jadi...""Jadi kamu benar-benar telah menganggapnya sebagai Kakekmu?""Anggap saja begitu." Ucap Feng Huang, ia
"Kamu ingin bicara padaku?" Fu Jiazhen menganggukkan kepalanya, "Aku tahu ini sudah malam, tak pantas rasanya jika aku mengajakmu berbicara berdua, Nona Yu. Tapi aku janji ini tidak akan memakan waktu lama."Feng Huang berpikir sejenak sambil mengetuk hidung rampingnya yang tinggi sebelum akhirnya ia menganggukkan kepalanya. "Baik, tapi sebaiknya kita tidak berbicara di sini. Bisakah kamu mengikutiku, Tuan Muda Fu?" "Terserah Nona Yu saja," ucap Fu Jiazhen, ia mengulas senyum tipis di bibirnya lalu merentangkan salah satu tangannya ke depan. "Mari, Nona Yu!""Mari!" ajak Feng Huang. Tanpa menunggu jawaban Fu Jiazhen... Ia melambaikan tangannya pada Yueyin lalu berkelebat pergi. Fu Jiazhen yang semula hanya mengetahui bahwa Yu Jie tidak memiliki ilmu bela diri... Sempat terpaku menyaksikan kecepatan Feng Huang. Namun takut tidak bisa menemukan wanita yang ia sukai itu, Fu Jiazhen langsung bergegas menyusulnya. Meninggalkan Yueyin yang termangu di depan pintu kamar dengan mulut terb
Tengah malam kesibukan terlihat di Sekte Burung Api setelah kepergian Feng Huang dan Jinlong. Gara-gara bunyi ledakan yang berasal dari kamarnya dan menghancurkan sebagian ruangan itu... Para murid Sekte Burung Api yang tengah berjaga langsung berlari menuju asal suara. Tidak ada seorang pun yang mereka temukan ketika para murid itu tiba di tempat tersebut, yang terlihat hanyalah pintu kamar yang terbuka lebar juga api besar yang terus melahap dinding kamar yang masih tersisa. Di tempat lain, di dalam kapal yang pernah Jinlong pergunakan untuk membawanya dan Feng Huang ke Benua Zhejiang... Suara desahan samar terdengar dari dalam kapal itu. Suara itu bercampur dengan suara binatang malam yang terdengar bersahut-sahutan. "Cukup... Ssh.""Belum!" suara serak ini yang berasal dari seorang pria kemudian berganti dengan erangan beberapa saat kemudian. "Uh!" Wajah pria itu merona ketika ia mendapatkan pelepasan pertamanya. "Sudah, cukup!" geram si wanita sembari terengah-engah menahan le
Pagi hari suara para murid Sekte Burung Api yang ingin melaksanakan latihan pagi sontak riuh terdengar ketika mereka menemukan ruangan yang semalam telah terbakar kini telah kembali seperti sedia kala. Keriuhan itu bahkan memancing Fu Jiazhen dan Fu Yueyin untuk meninggalkan kamar mereka. Sebab semalam kedua Kakak beradik inilah yang telah membantu Shu Haocun untuk memadamkan api pheonik Feng Huang di saat para murid Sekte Burung Api sudah hampir kewalahan. "Aneh sekali!" bisik Yueyin pada Fu Jiazhen yang sedang berdiri di sampingnya. Fu Jiazhen mengangguk menyetujui ucapan adiknya itu. "Tapi di mana Nona Yu?" tanyanya. Semalam, di saat para murid Sekte Burung Api mengetuk dahan untuk memberitahukan tentang kebakaran yang terjadi pada salah satu ruangan... Ia dan Yueyin sempat bertanya ruangan apa itu? Dan salah satu murid Sekte memberitahukan padanya kalau ruangan tersebut adalah kamar tidur yang diperuntukkan untuk Yu Jie. "Lalu di mana Nona Yu?" tanyanya saat itu. Dan sejak ia
"Mengapa mengajakku ke Pusat Kota? Apakah kamu merindukan pria itu?""Apa maksudmu?" Feng Huang memutar bola matanya dengan jengah. Jika Jinlong menyindirnya karena cemburu, ia cukup senang menerimanya. Tapi haruskah suaminya ini terus menghubungkan setiap apa yang ia lakukan dengan beberapa pria yang sama sekali tidak menarik baginya? "Bukankah Pusat Kota sangat dekat dengan Istana Taiyang?""...""Pria yang datang ke Sekte kemarin...""Dia tidak lebih baik darimu!""Oh?""Aku ke sini bukan untuk bertemu dengannya, tapi..." Feng Huang melemparkan pandangannya ke Toko Obat di seberang jalan. Toko Obat tersebut adalah Toko Obat terbesar di Benua Zhejiang dan banyak menjual berbagai bahan obat dari yang mudah didapat hingga yang sangat langka. Dua tahun yang lalu Chun pernah ke sana ketika ia masih hidup sebagai Yu Jie demi membelikan obat untuk Neneknya sesuai resep dari Tabib keluarganya. Maka dari itu hari ini Feng Huang memilih untuk menunggu di seberang Toko tersebut. Jika ia cuku