Share

Pengawal Cinta Sang Nona Muda
Pengawal Cinta Sang Nona Muda
Author: Ay You

Teror dimulai

Iora berdiri di ruang kerja papanya dan disana ada kedua orang tuanya dan 3 orang tidak dikenalnya.

“Pa,” panggil Eliora atau Iora didepan pintu.

“Duduk,” perintah papanya dengan suara tegas.

“Sepertinya aku sudah ketahuan,” batin Iora mendesah pasrah.

“Sudah tahu kesalahanmu, bukan? pergi secara diam-diam dan jualan di pasar, tidak ada pengampunan setelah ini,” urai papanya.

Iora menganggukan kepalanya sambil menunduk. Habis sudah dia hari ini.

“Mulai saat ini papa akan menempatkan pengawal disisimu. Mereka akan menjagamu 24 jam setiap hari,” putus papa dengan tegas.

Iora mengangkat kepalanya dan menatap Papanya tidak senang.

“Aku bisa sendiri, kenapa harus ada pengawal?” protes Iora.

“Apa papa memberikanmu pilihan?” tanya papanya dengan tatapan tidak mau dibantah

 “Kenapa harus ada pengawal? aku bukan anak presiden atau orang penting, apa gunanya ada pengawal?” tanya Iora beruntun. Tidak terima dengan keputusan orang tuanya.

“Kamu masih anakku dan kami orang tua berhak mengaturmu. Tidak ada yang bisa mengubah keputusan papa. Mulai sekarang mereka akan menjadi pengawalmu,” tegas papa.

“Pa, aku tidak mau,” mohon Iora dengan wajah memohon.

“Kembali ke kamarmu sekarang!” perintah papa kembali. Tanda tidak mau membahas masalah ini lagi.

Mama menggelengkan kepalanya, mamanya juga tidak bisa berbuat apa-apa kalau suaminya sudah turun tangan.

“Iora tetap tidak mau ada pengawal.” Iora menegaskan lagi dan keluar dari sana.

Dengan hati dongkol Iora keluar dari ruang kerja papanya.

“Aku harus berpikir cepat, bagaimana caranya aku bisa lepas dari pengawal tersebut? Kalau ada mereka aku tidak bisa berjualan dipasar lagi,” gumam Iora.

Di dalam kamarnya Iora memikirkan cara agar bisa keluar rumah hari ini.

“Sepertinya aku harus cepat-cepat pergi sebelum orang rumah menyadarinya,” ucap Iora dan mengambil tasnya serta kunci mobil. 

Iora turun dari lantai dua lewat tangga samping.

“Biasanya jam segini pelayan sedang tidak ada didapur,”  gumam Iora. Diam mengendap-endap keluar ke pintu samping

“Aman,” gumamnya dan masuk ke mobilnya yang untungnya terparkir paling depan.

Iora keluar dari halaman rumah dengan cepat. 

“Pasar, Princess Iora datang,” seru Iora dengan senang. Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, selagi jalanan tidak ramai.

Pagi ini di lewati Iora tanpa halangan sedikitpun, dagangannya pun laku keras. 

“Sampai jumpa besok,” pamit Iora pada dua orang yang membantunya berjualan.

“Setelah ini aku kemana ya?” gumam Iora begitu masuk ke mobilnya.

“Kira-kira mereka sedang mencariku tidak ya?” tanyanya pada diri sendiri.

“Lebih baik aku beli bahan kue dulu sebelum pulang,” ujarnya.

Iora melajukan mobilnya, dia belum ingin kembali ke rumah. Sebagai aksi protesnya kepada kedua orang tuanya.

“Pengawal, lucu sekali hidupku harus diikuti oleh pengawal setiap harinya,” ucap Iora dan masuk  ke kawasan yang cukup sepi, dia memilih jalan berputar untuk pulang. Karena kalau memutar dia akan melewati toko kue langganannya lalu kediaman milik orangtuanya.

Saat sudah berada di tengah kawasan tersebut, Iora memperhatikan satu mobil sedan warna silver dibelakangnya.

“Bukannya itu mobil  yang di pasar tadi ya?” gumam Iora. 

Iora terus memperhatikan mobil tersebut dan menaikkan kecepatannya.

Benar saja, mobil itu juga menaikkan kecepatannya.

“Apa hanya kebetulan saja?” Iora kemudian menurunkan kecepatan mobilnya

“Sepertinya ada yang aneh,’’ gumam Iora.

Dengan berani Iora menepikan mobilnya dan berhenti tanpa mematikan mobilnya.

sama mobil itu juga berhenti.

“Ini sudah tidak beres, dia pasti mengikutiku,” gumam Iora dan melajukan mobilnya langsung dengan kecepatan penuh.

Sopir mobil sedan itu seperti terkejut dan mengikut Iora. 

Iora sedikit panik dan terus menginjak pedal gasnya. 

“Sialan. Siapa orang itu?” Iora menaikkan kembali kecepatan mobilnya. 

Mobil yang dibelakang ikut menaikan kecepatan mobilnya juga.

Iora menjadi semakin panik hingga tangannya yang memegang setir gemetar.

Iora dengan tangan kirinya mencoba untuk mengambil ponselnya yang ada di tas. Posisi tas ada di kursi penumpang samping.

Berhasil.

“Aku hubungi papa saja,” gumamnya dengan bibir yang ikut gemetar.

Iora membuka ponselnya, namun tiba-tiba mobilnya tertabrak dari belakang.

BRAK!

Ponsel Iora terjatuh.

“Ahh…” teriak Iora terkejut.

Iora menoleh ke belakang. Mobil sedan itu sudah ada tepat di belakangnya.

BRAK!

Mobil itu menabrak bagian belakang mobil Iora lagi,kali ini lebih kuat. Mobil Iora oleng ke kanan dan hampir menabrak pembatas jalan.

Bunyi decitan mobil yang direm secara tiba-tiba, jejak ban mobil sangat kentara di aspal jalan itu.

Dengan sisa keberanian yang ada dihatinya, Iora memegang setir mobil dengan kuat dan menstabilkan posisi mobilnya.

“Tidak, aku tidak boleh mati disini,” gumam Iora dan mengembalikan posisi mobil ke jalan dan dia menginjak dalam-dalam pedal gas.

Iora berhasil menguasai diri dan kembali melaju untuk keluar dari kawasan tersebut.

Di ujung jalan ada beberapa mobil  yang melaju dari arah berlawanan.

Iora menyipitkan matanya dan menarik nafas lega, itu adalah mobil dari sopir papanya.

TIN…TIN…

Iora menekan klakson mobil, untuk memberi sinyal pada mobil yang ada di depannya.

Mobil sedan yang ada di belakang sepertinya menyadari pertolongan untuk Iora telah datang, jadi dia segera memutar balik mobilnya.

“DASAR CEMEN! BERANINYA DENGAN PEREMPUAN,” teriak Iora meluapkan rasa kesal dan takut yang ada dihatinya.

Mobil Iora berhenti, begitu juga dengan mobil yang datang dari arah berlawanan tersebut.

Iora membuka pintu tanpa keluar dari mobilnya.

“Anda baik-baik saja nona?” tanya supir dengan wajah khawatir.

Iora hanya menganggukan kepalanya sambil menutup mata.

“Anda pindah mobil saja nona,” ucap supir itu.

Iora membuka matanya, dia melihat ke sekitar dan disana ada tiga pengawal yang berdiri di samping dan belakang mobilnya.

Iora tidak memperdulikan mereka, segera mengambil tas dan ponselnya untuk pindah mobil.

Rasa lega di hati Iora saat dia tidak sendirian lagi. 

Ada satu mobil yang datang dari arah berlawanan, mobil itu mengejar mobil sedan yang mengikuti Iora.

Dari jendela mobil Iora samar-samar mendengarkan pembicaraan mereka.

“Mobil itu terparkir di sisi jalan tanpa ada orang, sepertinya dia langsung kabur.”

Iora menutup matanya dan mencoba mengingat orang-orang mencurigakan yang dia temui hari ini.

“Siapa dia?” gumam Iora menatap ke arah mobilnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status