"Mas, Sabtu besok aku ada tugas keluar kota. Ada pelatihan yang bahas produk perbankan baru," ucap Arini saat ia menyisir rambut di depan cermin.
Kuhentikan jemariku dari aktivitas berseluncur di dunia maya. Kudekati wanita tangguhku dan mendekap erat tubuhnya dari belakang. Seketika indra penciumanku langsung dimanjakan oleh harum rambut seusai keramas.
"Dek, bisa nggak kalau tugasnya dilempar ke yang lain?" Aku berharap Arini tak meninggalkan rumah, karena itu artinya memberi celah pada wanita jelmaan itu untuk membuatku semakin gila.
"Nggak bisa, Mas. Pimpinan langsung menunjukku karena aku yang nantinya berkompeten untuk mempublikasikan produk tabungan itu." Dengan lembut ia menjawab seraya telapak tangan kanannya mengelus pipiku.
Aku membalikkan badannya, menatap netra dengan manik kelam itu. Ingin kuselami dan kutemukan apa yang sebenarnya mengendap dalam pikiran wanita yang begitu tenang dan teduh ini.
Semenjak kepergian Arini keluar kota, kuputuskan untuk numpang di kost-kostan Martin, teman sekantor. Hanya dengannya kuceritakan semua dan disambut dengan gelak tawa.Mungkin baginya kisah menantu dikejar-kejar mertua itu sama seperti kisah Abu Nawas, penuh tantangan yang butuh akal ekstra untuk mengalahkan semua permainan atau teka-teki.Tak kupungkiri, ada kekhawatiran yang merayapi ruang pikir. Bagaimana jika Arini melihat video perlakuanku ke ibunya. Yang kutakutkan adalah Arini hilang hormat padaku yang berujung ia akan mendiamkan aku berhari-hari atau lebih parahnya mengusirku karena tidak terima ibunya aku bentak-bentak.Ah! Kenapa wanita iblis itu hadir dalam hidupku. Kupikir manusia seperti itu hanya ada dalam film-film saja, tapi ternyata memang ada dan hadir dalam kehidupanku sebagai penguji.Pikiranku buntu saat ini. Otak tak mampu bekerja mencari jalan keluar. Ingin rasanya membalas, tapi takut justru
Pov Ibu mertuaAku terpegun dalam diam, di bangku kosong sudut taman kota ini aku melayangkan kembali masa-masa yang tak ingin kuingat lagi. Masa di mana kebodohan itu bermula, masa penuh kepalsuan yang membawaku ke kehidupan yang justru lebih buruk dari sebelumnya.Dengan nanar kutatap alam kota ini kembali, menghirup udara dalam-dalam dan berharap akan ada asa yang menghampiri.Entah sudah berapa lama aku tak menginjakkan kaki di tanah kelahiran suamiku, tepatnya mantan suamiku. Semenjak perpisahan kala itu, aku benar-benar menjauh dari kehidupannya.Aku tinggalkan suami dan anakku yang saat itu masih berusia dua tahun. Sebuah kebodohan yang tak harus kusesali, karena bagaimana pun khilaf yang kulakukan penyebabnya adalah ketidakbecusan Mas Rahman dalam hal pemuasan urusan ranjang.Ya, Mas Rahman saat itu terkena penyakit diabetes sehingga mengganggu kejantanannya. Aku wanita muda yang masih norma
POV Ibu MertuaSaat kesendirian melanda dengan penuh warna kesedihan dan luka, keinginanku untuk tinggal di rumah Darwin justru ditolak oleh keluarganya. Sungguh mereka tak punya rasa empati sedikit pun untukku.Aku tak peduli apa kata Darwin. Setelah telepon kututup segera kupesan ojek online untuk mengantar ke sana. Aku pikir, mereka tak akan menolakku jika kaki ini sudah ada di depan pintu rumah.Sepanjang perjalanan kunikmati kembali semilir angin kota ini, kota yang pernah memberiku kehidupan penuh kebahagiaan secara materi. Saat dengan Mas Rahman aku tak pernah kekurangan, apa yang aku mau selalu dituruti.Ya, Mas Rahman teramat mencintaiku. Itu sebabnya ia selalu berusaha menjadikan aku ratu dalam kehidupannya, bahkan istana mewah ia bangun khusus untukku.Kuseka netra yang basah karena cairan bening tetiba muncul dan luruh begitu saja. Di sudut hati ternyata aku masih menyimpan rindu untuk M
POV DanuSabtu Minggu ini Arini di rumah saja, kata dia ingin menghabiskan waktu bersamaku. Entahlah, sejak kapan ia berubah mendadak romantis. Y. Untuk perubahan satu itu justru aku sangat suka.Ada satu hal yang masih sering tak kumengerti. Ia sering bilang, "Mas, jaga hatimu untukku, ya." Setiap hendak tidur dan pagi hari ketika kukecup dahinya sebelum berangkat kerja, ia ucapkan kata-kata itu.Kata-kata yang Arini ucapkan menyiratkan makna bahwa ia memintaku untuk setia pada hati yang telah terpatri. Kata-kata itulah yang kini menjadi kekuatan sugesti terhebat dalam diriku.Pradugaku mulai bermain, sepertinya Arini sudah mulai mencium gelagat tidak baik dari ibunya. Kuharap begitu, agar sesegera mungkin Arini bisa mengambil sikap.Siang itu, di depan televisi Arini bergelayut manja di bahuku. Tak ia pedulikan ibunya yang sedari tadi mondar-mandir dan terbatuk-batuk. Kulihat dengan jelas sudut ne
"Dek, tolong jangan percaya. Itu hanya jebakan yang sengaja dibuat oleh Ibu." Aku mencoba meminta Arini untuk mengerti, berharap ia mampu memilah siapa yang benar dan siapa yang salah.Tak pernah aku sangka kalau ibu akan menggunakan video rekaman itu di saat-saat Arini sedang begitu romantisnya denganku. Sepertinya ini adalah cara wanita licik itu untuk merusak hubunganku dengan Arini. Mungkin ia cemburu.Arini masih tak mempedulikan ucapanku, ia masih saja fokus dengan video dalam gawai itu. Sungguh ini membuatku ingin menghabisi wanita itu. Apalagi saat kulihat lengkungan bibir menghias wajah wanita barbar yang seolah menyiratkan ia sedang mengejekku."Arini, sekarang kamu lihat sendiri bagaimana suami memperlakukan aku. Aku ini hanya wanita tua yang lemah, dia pukul pun aku tak kuasa membalas." Wanita iblis itu kembali mengompori peri baik hati yang masih saja bersikap tenang dengan posisi duduk manisnya.Ah, Ar
Setelah berhasil menjebak Bu Hera dengan pertanyaan yang mampu menggiring pengakuan wanita licik itu, Arini langsung menghapus video rekaman yang dijadikan senjata wanita haus belaian tersebut.Sungguh lega hati ini melihat begitu cerdasnya Arini mengurai benang kusut akibat ulah ibu mertuaku yang kelakuannya sudah abnormal. Tak bisa kubayangkan jika Arini lebih percaya pada ibunya, aku tak akan pernah siap kehilangan wanita yang telah mengalihkan duniaku.Kini, perhatianku kembali tertuju pada sosok wanita yang membuatku berdecak kagum. Baru kali ini aku menyaksikan kecerdasan istriku, layaknya detektif Conan yang sedang membuka tabir misteri penuh alibi.Baru saja aku dibuat terperanjat oleh aksinya, sekarang aku dibuat penasaran oleh sebuah video yang ia kirim ke ibunya. Banyak tanda tanya besar yang berputar di otak memenuhi ruang rasa ingin tahu.Arini menyerahkan kembali gawai Bu Hera dan memintanya untuk memb
Napasku kini teramat lega. Pasalnya, nenek lampir namun semlohai itu telah kehilangan muka di hadapan Arini. Aku bisa melenggang bebas tanpa harus takut dengan rayuan setan berwujud makhluk cantik nan menggoda.Setelah kejadian itu, ibu mertua lebih banyak diam dan mengurung diri di kamar. Dia keluar hanya untuk makan atau ketika butuh sesuatu. Tak ada lagi belahan dada rendah, tak ada lagi kerling nakal, apalagi desah manja.Kerling nakal itu justru telah berubah menjadi mata sendu yang menyiratkan kesedihan. Aku yang melihatnya sedikit tersentuh di sisi lain hatiku, meski aku laki-laki tapi hatiku tetaplah selembut salju yang mudah meleleh jika melihat orang bersedih."Dek, kasihan Ibu," ujarku ketika usai makan malam melihat ibu mertua langsung masuk kamar tanpa pamit."Semua hal ada resikonya. Biarkan dia merenungi setiap kesalahannya." Arini masih saja bersikeras dengan pendiriaannya, membiarkan ibunya dalam ke
Panggilanku mengejutkan Arini dan Martin. Tapi aneh, kenapa hanya terkejut saja? Harusnya ada rasa takut yang tersirat di wajah mereka."Eh, Mas Danu. Sejak kapan di sini? Terus ... kenapa pakai baju ojol?" Arini memicingkan mata, seolah meminta penjelasan."Kapan aku di sini itu tidak penting, yang terpenting adalah ....""Oh iya, Mas. Ini kenalin, dia Bobby suami ke empat Ibu." Dengan tenang dan menunjukkan sikap ramah, ia memperkenalkan aku pada pria yang lebih tampan dariku itu.Apa? Bobby? Dia suami ke empat ibu mertuaku, itu artinya dia ayah mertuaku. Tidak mungkin, kenapa ayah mertuaku masih muda dan ketampanannya mengalahkan aku meski hanya selisih setingkat, sih.Aku menjabat tangan Bobby dan berusaha untuk bersikap wajar. Beruntung aku tidak langsung main gampar, jika tidak pasti hanya malu yang aku dapat.Arini mengajakku duduk, tepat di hadapan Bobby. Sedangkan Arini tep