Share

6.

"Wuahh.." Itu kata pertama yang keluar dari mulut Archie ketika melihat ruang kamar yang akan ditempati olehnya selama sepuluh hari kedepan. 

"Yah..kau patut merasa terpesona. Ruangan kamar ini sedikit lebih baik dibandingkan yang kedua 'badak' itu tempati." Bianglala melipat lengan dan menyandar di dinding, nada bicaranya masih saja terdengar sombong.

"Walaupun aku tak tahu ini akan menjadi hal buruk atau baik." 

Archie berbalik, "Apa maksudmu?" 

Bianglala melangkah menuju sofa dan duduk diatasnya, ia mengeluarkan sebuah permen lolipop dari saku jasnya dan memakannya, dahinya sedikit mengerut-mungkin permen itu sedikit asam, "Kau tahu kedelapan anak itu kan?" 

"Yang berasal dari Empat Kecamatan Besar?" Archie duduk berhadapan dengan Bianglala. 

Bianglala mengangguk pelan, "Apa kau pernah dengar tentang insiden 7 tahun yang lalu?" 

"7 tahun yang lalu?" 

Bianglala menghela nafas berat. Tampaknya, ia harus menceritakan masalah ini dari awal sampai akhir dengan seringkas mungkin agar tak memakan banyak waktu dan tenaganya yang sangat-sangat berharga ini. 

"Kau pasti tahu kalau setiap tahunnya, akan ada dua orang kadidat dari masing-masing kecamatan besar, bukan?" 

Archie mengangguk, "Semua orang tahu itu." 

"Itu memang direncanakan. Bukan kebetulan." 

Dahi Archie mengerut, "Hah? Bagaimana bisa?" 

"Ck!" Bianglala tampak kesal. "Apakah kau tidak bisa menutup mulutmu sampai aku selesai?" 

"Ou.." Archie menutup mulutnya rapat. 

"Apa kau tahu apa definisi dari Pemberian Bakat?" 

"Bukankah itu tentang Menara Kota yang memberikan 20 orang terpilih sebuah kekuatan maupun benda magis?" 

Bianglala mengangguk, "itu benar. Tapi jangan lupakan fakta bahwa 'memberi bakat' yang dimaksud adalah dengan merubah sel-sel dalam tubuh si peserta dengan kekuatan dewi yang tak bisa sembarang orang terima. Oleh karena itu, tes seleksi diberlakukan dengan berbagai kriteria yang salah satunya adalah daya tahan tubuh (kekuatan). 

Semua manusia pada dasarnya sama. Mereka ingin mencoba peruntungan. Ada puluhan bahkan ratusan orang yang mendaftar membuat proses seleksi berjalan sengit. Bahkan ada sejarahnya proses seleksi ini diselenggarakan 5 bulan sebelum Acara Pemberian Bakat dimulai melihat antusiasme dan kadidat yang sangat kuat. Belum lagi, mereka sudah dilatih sejak kecil oleh keluarganya masing-masing. Jadi, disinilah koneksi dan permainan kotor diberlakukan. 

Oleh karena itu, 'mereka'-tertuju kepada total delapan perserta yang dikirim oleh Keempat kecamatan besar-disebut sebagai 'Orang-Orang Pilihan'. Tentu saja hal ini tidak disebarluaskan di luar Menara kota maupun Kecamatan Besar." Bianglala terdengar serius.

"Apa tidak ada yang.." Ucapan Archie berhenti ketika mendapat tatapan sinis dari Bianglala. 

Bianglala melanjutkan, "Mungkin dari yang kau tahu, para peserta acara pemberian bakat hanya mengikuti seleksi yang dilakukan oleh Menara Kota. Namun, sesungguhnya proses seleksi dibagi menjadi dua. Proses seleksi Kecamatan besar dan kecamatan luar." 

"Proses seleksi kecamatan besar akan menghasilkan mereka yang disebut 'Orang-orang Terpilih'. 

Sedangkan Proses seleksi kecamatan luar adalah proses seleksi yang kau ketahui. Proses seleksi yang diikuti seluruh orang dari berbagai kecamatan dan menghasilkan 20 orang. 

Tentu saja 20 orang itu tidaklah benar. Toh, delapan dari 20 orang sudah terpilih sejak awal. Proses seleksi kecamatan luar hanya memilih total 11 orang. Orang ke 20 puluh adalah orang yang 'beruntung'. Dan tahun ini, orang itu adalah kau."

Archie mengangguk paham.

"7 Tahun lalu, ada seorang pemuda 'beruntung' seperti mu. Pemuda dari kecamatan kecil yang dapat mengikuti Acara Pemberian bakat tanpa seleksi. Awalnya semua berjalan lancar sampai pada akhirnya ia mengusik seseorang dari 'Orang-Orang Pilihan'. 

Tak ada yang mengetahui masalah pasti dari kejadian ini. Yang jelas, sejak saat itu, semua anak 'beruntung' akan selalu berurusan dengan 'Orang-Orang Pilihan', dalam artian Si Anak 'beruntung' akan selalu menjadi target dan sasaran pertama yang harus 'mereka' selesaikan."

"Jadi?" 

"Jadi? Beraninya kau bertanya 'jadi?' setelah aku mengeluarkan waktu dan tenagaku yang berharga untuk menjelaskannya panjang lebar?" Nada bicaranya kembali seperti semula, terkesan lebay dan dibuat-buat. 

"Jadi, apa yang harus kulakukan?" Archie tampak sudah terbiasa menanggapi sikap berlebihan Bianglala.

"Hm...." Mata Bianglala menelusuri ruangan, "Nikmatilah harimu sebaik mungkin di kamar mewah ini. Kau akan merindukannya." 

Bianglala berdiri, memutar-mutar tongkat emasnya, "Aku sibuk, pergi dulu. Jangan mencariku karena aku tak akan datang." 

1 detik...

2 detik...

Archie masih terduduk, menunggu Bianglala yang masih belum beranjak pergi. 

"Ekhem.." Bianglala mengetuk tongkat emasnya kelantai. 

Archie masih terdiam, bingung harus berbuat apa. Bianglala menarik nafas dan menghembuskannya kesal, "Bukankah kau seharusnya mengatarku setidaknya ke pintu keluar? Hah!" 

"Ah!" Archie dengan cepat berdiri dan berlari ke arah pintu, membuka pintu dengan senyum canggung.

Dengan langkah ringan, Bianglala berjalan melewati Archie. 

"Hati-hati di jalan," ucap Archie hangat.

Sesampainya di luar, Bianglala berbalik, "Aku.." 

Brak! 

Omongan Bianglala terhenti bersamaan dengan pintu yang ditutup kencang. Wajahnya mengeras, "Tidak. Perlu. Kau. Khawatirkan." dan melangkah pergi. 

Di dalam kamar, Archie berlari menuju sebuah rak buku yang posisinya berada di belakang Bianglala saat ia duduk tadi. Sedari tadi, ia merasa ada yang aneh dengan rak buku itu yang terasa seperti tengah memperhatikannya. 

Ia mendorong, menggeser, menepuk, bahkan menendang rak buku tersebut. Namun, tak ada apapun yang terjadi. 

"Hei. Aku tahu kau di sana. Keluarlah."

"..."

Archie berdeham, "Keluar atau kau akan menyesalinya." 

"..." 

Archie menarik nafas dalam dan menghembuskannya kesal, rak buku itu masih diam tak bergeming. 

"Jangan menyuruhku berbuat kasar."

"..."

"Arghh!" Archie menghentakkan kaki, kemudian duduk di sofa yang tadi ia tempati, melipat tangannya dan menatap rak buku itu lekat, "Aku akan tetap di sini sampai kau keluar." 

30 menit berlalu dan masih tidak ada yang terjadi. 

'Apa aku salah lihat?' Archie membatin.

Tok. Tok. Tok. 

Pandangan Archie tertuju ke pintu masuk, namun sedetik kemudian kembali tertuju kepada rak buku. 

Tok. Tok. Tok. 

Pintu kembali diketuk. Archie terdiam. Menara Kota adalah pusat dimana kekuatan magis Kota Tajara berkumpul, ini bearti suara pintu diketuk bisa saja disebabkan oleh kekuatan magis. Namun sialnya, kekuatan magis dalam dirinya terlalu lemah-hampir tidak ada-untuk bisa mendeteksi kekuatan magis lain.

Dengan ragu, Archie berjalan ke pintu. Sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara langkah kaki. Ia mengintip dari lubang yang terletak di tengah pintu dan tak menemukan apa-apa di sana. 

Tok. Tok. Tok. 

Archie berbalik, mengambil sebuah pisau makan yang terletak tak jauh darinya, kemudian kembali berjalan dengan langkah tanpa suara ke pintu. Ia menarik nafas, kepalanya sudah memikirkan skenario apa yang harus ia lakukan jika semisalnya sesuatu dihadapannya ini membahayakan. 

Jantungnya berdetak cepat. Tangan kirinya meraih gagang pintu dengan tangan kanan yang menggenggam pisau. 

Ceklek!

Dengan cepat Archie menodongkan pisaunya. Sedetik kemudian, ia menunduk karena tak melihat apapun di hadapannya. Dahinya mengerut ketika melihat sebuah robot berbentuk tabung gepeng setinggi 130 cm dihadapannya. 

Archie menghela nafas lega. Ia menurunkan pisau itu dan menatap robot itu dengan tatapan penuh rasa curiga. 

"Selamat datang di Menara Kota, Tuan Archie Anantaboga. Saya Ikosalala, robot tersantun dari Kecamatan Tiga, Technologia. Di atas saya terdapat sebuah jam tangan dan kartu undangan yang secara khusus diberikan kepada anda." 

Archie mengambil kartu undangan dengan material akrilik sebagai bahan utamanya itu dan membacanya. 

Untuk: Archie Anantaboga

Dari: Menara Kota

Kami, dari pihak Menara Kota mengucapkan selamat datang di Menara Kota. Berikut adalah undangan yang ditunjukkan khusus kepada anda untuk mengikuti tes kesehatan di Rumah Sakit Menara Kota pada pukul 13:00. 

Para peserta undangan akan dijemput dengan Bus Kota pada pukul 12:30-12:50, segala bentuk keterlambatan tak akan ditoleransi.

Demikian, terima kasih. 

Mata Archie tertuju kepada jam dinding di dekatnya yang menunjukkan pukul 12:00. Dengan cepat ia mengambil jam tangan di hadapannya dan bersiap menutup pintu sebelum Ikosalala tiba-tiba saja menggunakan tubuhnya sendiri untuk menahan agar pintu agar tidak tertutup.

"Tuan Archie, mohon gunakan jam tangan itu sekarang juga." 

"Hah?"

"Saya diprogram untuk tetap berada di samping anda sampai anda mengenakan jam tangan itu." 

"Oh." Archie dengan cepat mengenakan jam tangan itu dan menunjukkannya ke Ikosalala.

"Terimakasih atas waktumu, Tuan Archie." Ikosalala pergi dan menghilang di tikungan. 

Archie menutup pintu, dan masuk ke kamar tidur. Sadari tadi, ia sudah penasaran setengah mati dengan hal apa saja yang ada di dalam sini. 

Pandangannya tertuju kepada sebuah ruangan kecil dengan lemari di sekelilingnya. Tangan gatalnya mulai membuka lemari dan mendapati puluhan pasang pakaian di dalamnya. Dengan cepat, ia membuka lemari disebelahnya dan benar saja, 2 dari 3 lemari penuh dengan pakaian formal dan olahraga berwarna monokrom. 

Namun, pandangannya justru tertuju kepada sebuah layar besar yang terletak di lemari ketiga. Dengan mengandalkan insting, ia mengotak-atik layar tersebut dan mengetahui bahwa layar itu adalah sebuah alat belanja online. Ia dapat memesan pakaian atau barang yang ingin ia gunakan secara gratis dan langsung dikirimkan saat itu juga melalui sebuah lubang disamping layar yang tertutup kaca.

Tiba-tiba saja ia teringat dengan gaya berpakaian Bianglala. Tangannya mulai memesan set hoodie dan celana olah raga berwarna pink neon. Lima detik kemudian, sebuah bunyi lonceng terdengar. Dengan semangat ia membuka kaca tersebut dan mengambil sebuah kardus dari dalam sana. 

"Wuah!" 

Senyuman terlukis di wajah Archie. Ia meneliti baju dan celana tersebut dengan semangat. Kemudian menampar pipinya, memastikan ini bukan mimpi. 

Dengan semangat yang menggebu-gebu, ia memakai set pakaian berwarna pink neon tersebut dan mulai berkaca. Bianglala benar, ia harus menikmati waktu sepuluh harinya di tempat ini dengan sebaik mungkin. 

Tangannya mulai mencari barang-barang unik lain yang bisa ia pesan. Berniat membawa beberapa hadiah pulang sebagai oleh-oleh.

Jauh di hati kecilnya, ia bertekad untuk membawa keluarganya datang dan tinggal di tempat ini.

Tbc...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status