Alice sudah berada di samping Akara, memeluk tubuhnya dan dengan menatap kak Pricilia dan Lina dengan sinis. Ia seperti anak kucing yang melindungi makanannya agar tidak direbut oleh kucing lain. Padahal, penampilannya begitu elegan dengan gaun berwarna merah muda yang senada seperti bibirnya.
Walaupun terkena petir hingga terlempar mundur, kak Pricilia dan Lina masih tercengang menatap Akara."Kenapa kalian terlihat kebingungan?" ucap Akara.Mereka lalu menoleh ke arah Alice yang masih memeluk kakaknya dari samping."Cantik, kenapa kakakmu keluar dari kamarmu?"Gadis bergaun merah muda itu hanya memalingkan wajahnya, lalu Akara menjawabnya sambil mengusap kepala adiknya."Aku pingsan kak, baru bangun tadi," sahut Akara."Alice!...""Biarin! Kak Akara milik Alice!""Bukan masalah begitu cantik!..." Pricilia begitu geram menahan emosinya. "Tapi kakak Pricilia selama berminggu-minggu ini khawatir dan tRibuan siswa yang membeku langsung jatuh ke dalam air laut, sedangkan sisanya langsung menjauh dengan ketakutan. Menyerang para siswa, kau akan dihukum berat! Nona Peri Salju, jangan mengorbankan dirimu untuk melindungi bocah sepertinya!"Ulangi kata-katamu." Lina berkata dengan santai, namun sambil menatap telapak tangannya dengan kristal es yang muncul dan membentuk cakar Naga. Para siswa langsung diam seribu bahasa, sedangkan Akara langsung meraih tangan kekasihnya hingga Cakar Naga itu menghilang. "Tenang saja, biar aku yang urus." Ia terbang maju sambil tetap menggenggam tangan kekasihnya. Para siswa yang tadinya membeku juga meleleh kembali, ada yang langsung terbang, namun ada yang tergeletak lemas di pasir pantai. Jangan kira kau jika bersama Nona Peri Salju bisa selamat begitu saja! Kau monster sampai tega melakukan semua itu!Akara lalu terkekeh dan berkata dengan pelan. "Kalian sudah banyak bicara tentangku, sekarang giliranku."Apa ya
Bor Spiral hancur, namun para siswa yang dikepung tadi juga ikut tersengat alirannya. Tidak membunuhnya, namun membuatnya pingsan dan jatuh. Akan tetapi, ada bayangan hitam yang langsung menangkap mereka semua. Tatapan mata Akara dan Lina bergerak sangat cepat mengikuti pergerakan mereka, namun dikejutkan oleh para siswa yang berlutut di udara secara bersamaan."Yang Mulia!" Akara lalu menoleh ke atas, ternyata ada sosok seorang wanita dengan pakaian putih yang kainnya terlihat begitu ringan tersapu oleh angin. Ada selendang tipis di tangannya, melewati belakang pundaknya dan menjulur ke sisi lain. Wajahnya juga tertutupi oleh cadar, menyisakan rambut hitam panjang yang tersapu oleh angin, serta kulit putihnya dan mata indah dengan bulu mata lentik.Bayangan yang bergerak sangat cepat tadi sudah berkumpul di belakangnya, berlutut sambil menenteng para siswa yang pingsan. Mereka pasukan ASU dengan topeng burung hantu.Suara gadis yang lembut, namu
Di angkasa lepas yang gelap dan dipenuhi gemerlap cahaya jutaan bintang, ada gelombang radiasi panas yang menyebar sangat cepat. Di salah satu sisinya, ada seorang pemuda yang tergulung dengan pakaian yang sobek-sobek terbakar. Akan tetapi, ia langsung menghilang, berteleportasi kembali ke villa. "Kamu ini ngotot latihan terus!" Kak Pricilia berkacak pinggang, menatap tajam adiknya yang terbaring di atas sofa, dengan bantalan paha gadis berambut putih. Dia hanya terkekeh sambil terengah-engah, bahkan bajunya masih mengeluarkan asap tipis."Di mana Zoe kok tidak kelihatan beberapa hari ini?""Di divisi Alkemis," jawab Pricilia sambil menghela napas, menenangkan kekesalannya."Bukannya sudah hancur?""Memangnya wilayah divisi Alkemis hanya sekecil itu!? Pulau melayang itu hanya portal, wilayah krusial tersembunyi layaknya kota akademi di Alam Bawah," "Oh iya kak, kenapa di Alam Atas tidak ada robekan kehampaan? Kerusakan jadi mel
Mendengar suara langkah kaki yang berat dan cepat, pria berblangkong langsung menoleh ke sumber suara."Zimo!" Pria berbaju sobek-sobek itu terlihat begitu panik, sedangkan Zimo begitu santai masuk ke dalam gazebo dan duduk di sana. Ia bahkan sempat-sempatnya menyeruput secangkir teh sebelum berbicara."Kau kenapa Boris?""Aku diserang... Tidak lupakan itu, tapi gadis berambut putih dan pemuda di sampingnya itu siapa?""Kau tidak membuat masalah dengannya bukan? Dia memiliki pelatihan 'Penyatuan Alam',""Pantas saja!" Bori langsung duduk lemas di depannya, bersandar pada tiang kayu. "Aura intimidasi yang gadis itu keluarkan, lalu pelatihan 'Penyatuan Alam', ditambah Fraksi Cahaya Ilahi yang muncul kembali!"Ia lalu menoleh ke arah gadis berambut merah. "Tuan Putri, lebih baik lupakan masalah dengannya!""Apa maksudmu!? Tidak peduli seberapa banyak Amerta di belakangnya, tapi aku Putri Kaisar Magna!""Tuan Putri,
Kompetisi 5 Fraksi Utama telah dimulai. Seluruh peserta dan penonton dari 5 Fraksi Utama telah berkumpul di Akademi Amerta. Di keramaian para pengunjung, mereka menyayangkan ketidakikutsertaan Fraksi Naga Sejati. Padahal pertarungan mereka sangat dinantikan karena Aura Naga yang mereka miliki. Pertarungan yang bervariasi, serta domain mereka sangatlah menghibur dan pastinya menduduki peringkat teratas. Fraksi Tanah Suci dan Jiwa Emas tidak pernah bisa bersaing dengan Fraksi Amerta. Akan tetapi, sekarang Fraksi Cahaya Ilahi benar-benar menunjukkan taringnya. Selain nama Suksa yang sudah tenar di Alam Atas selama ini, ada beberapa nama lain dari Fraksi Cahaya Ilahi. "Tidak mungkin!" Mereka dikejutkan oleh teriakan seseorang yang sedang membaca papan pengumuman. "Dua primadona kita tidak ada yang ikut!" serunya membuat para pengunjung berbondong-bondong mendekat. Sangat disayangkan, mereka tidak menemukan nama Lina maupun Alice. Akan tetapi, ada yang membuat mereka
Para siswa dari Fraksi Cahaya Ilahi benar-benar tercengang mendengar percakapan mereka. Sedangkan Suksa segera berjalan maju sambil menahan amarahnya."Jangan harap pelindung arena bisa menyelamatkan nyawa kalian!"Mereka segera pergi, lalu bunyi gong menggema di seluruh arena, disusul seruan dan tepuk tangan dari ratusan ribu penonton yang memenuhi tribun. Semuanya kembali sunyi saat ada wanita bergaun putih dan bercadar yang melayang di atas arena. Putri Kaisar Amerta, dengan suara lembut yang menyebar di seluruh sudut tribun, menyatakan dimulainya kompetisi 5 Fraksi Utama. Setelah itu acara diambil alih oleh seorang pria dengan suara yang lantang. Ia meminta agar para peserta masuk ke dalam arena dengan 4 sisi yang berbeda-beda.Pemuda bercaping langsung memegangi ujung capingnya, dalam sekejap mata, ia sudah berada di atas arena. Memang tidak ada hembusan angin maupun fluktuasi energi saat ia melesat, namun setelah itu ada ledakan energi seakan benda r
Di atas tribun, ada seorang pemuda yang duduk jegang di ujung atap sambil melihat para peserta. Ia pemuda bercelana panjang hitam, mengenakan kemeja yang juga hitam dengan tidak adanya beberapa kancing atasnya hingga dada bidangnya terlihat. Memiliki rambut rapi dan yang paling mencolok adalah matanya. Memiliki pupil berwarna hijau toska, dengan bagian luar yang pada umumnya putih, namun miliknya berwarna hitam pekat. Ia tertawa sebelum merebahkan tubuhnya sambil berkata."Mampus!..." Ia sedikit mengernyitkan dahinya ketika melihat ada seorang gadis di sana. Gadis berambut hitam panjang yang lembut, dengan gaun putih panjang. "Sin! Apa yang kau lakukan di sini!?" Ia membentaknya, namun pemuda itu hanya tersenyum."Pricilia, kemarilah ikut rebahan denganku!" Ia dengan santai menepuk atap di sampingnya. Akan tetapi, ia langsung melompat, dibarengi robekan kehampaan di tempatnya rebahan tadi. Ia langsung menatap wajah cantiknya yang masih menatapnya dengan
Ada seorang pemuda berkacamata persegi panjang, bersama dengan dua pemuda kembar mendekati Akara. "Tuan Akara!" sapa mereka sambil menundukkan kepalanya, lalu pemuda bernama Rey itu duduk di sampingnya. Ia lalu berkata agar Akara berhati-hati dengan lawannya, Gun Salak. Pemuda itu telah mendapatkan senjata kuno saat berada di dunia Lestari. Akara hanya tersenyum tipis, lalu menoleh ke arah kekasihnya dan berdiri setelah gadis itu mengangguk. Ia langsung melompat ke atas arena yang sudah ada lawannya di sana. Pemuda berambut coklat itu langsung mengeluarkan senjatanya yang berupa tombak dan langsung menghentakkan pangkalnya di lantai. Jleg!... Kini terlihatlah dengan jelas tombak berwarna perak dengan sebuah batu giok biru yang berkobar di pangkal bilahnya. Begitu gong berbunyi, ia langsung berseru seraya kubah pelindung yang menutup. "Akara! Kau bisa sombong saat di Dunia Lestari! Tapi tidak di hadapan senjata kuno ini! Hmph! Apa gunanya Esensi Surgawi jika hanya