Ia cukup terkejut saat membuka topeng gadis itu, pasalnya, ada wajah cantik dibalik topeng serigala itu. Ia merasakan nostalgia, sama seperti saat membuka topeng milik Lisa, gadis yang memberikan latihan padanya saat kecil.
Gadis bertopeng ini namanya Sania, saat topengnya dibuka ia menunjukkan ekspresi kesal dan kesakitan hingga bercucuran air mata. Akara nampak terpana sejenak, lalu tersadar dan mengulurkan tiga pil yang sudah ia siapkan."Makanlah!"Sania langsung meraihnya dengan kencang seperti merebutnya, lalu menelan ketiga pil sambil memalingkan wajahnya. Akara kini menyalurkan energinya, membantu penyembuhan kaki Sania yang sekarang penuh luka bakar."Bocah! Kita benar-benar dalam bahaya jika para penunggu hutan datang!" teriak Drake membuat Sania berdiri dan berposisi siap menyerang."Itu!" Akara dengan santai menunjuk ke arah Drake hingga membuat Sania mendekatinya karena penasaran."Siapa namamu?" ujar Akara.Drake kemudian menjelaskan bahwa ia menyerap nadi giok hijau yang Akara simpan. Efek benda berharga itu ternyata membuatnya berevolusi menjadi dua pola, juga dia bisa berbicara karena garis keturunan. Jika binatang biasa mewarisi insting dari induk mereka, maka binatang sihir di atas ranah mistis mewarisi sebagian ingatan induknya."Jadi, kau sekarang binatang sihir milikku 'kan?" ucap Akara dengan nada mengancam."Enak saja!" "Kau menyerap nadi giok hijau dan bunga bangkai racun milikku 'kan?" Akara kini mengeluarkan api Surgawi di telapak tangannya. "Kebetulan aku lapar, menu makan malam kali ini kadal bakar juga tidak terlalu buruk,""Aku keturunan Naga bukan kadal!" teriaknya, namun Akara segera mendekatkan api surgawi padanya. "Ahh Iya-iya!" Akhirnya Drake menurut, daripada dirinya menjadi santapan makan malam. Kondisinya yang baru saja menetas, belum bisa mengendalikan kekuatannya dengan baik. Itulah kenapa tekanan dari auranya begitu kuat,
"Ada apa!?" seru Sania saat Akara mengubah haluan secara tiba-tiba."Seseorang dalam bahaya!" Ia langsung membuka aura ranah dan melesat lebih cepat. Kini nampaklah cahaya oranye yang muncul akibat aura mistis milik pohon beringin. Aura yang bahkan membuat Komo bergidik ngeri. Pasalnya, ada empat lapisan lingkaran pada aura mistis itu. Wanita berambut pirang itu berdiri dengan tenang, padahal di depannya ada akar rambat yang tak terhitung jumlahnya. Di tengah-tengah akar rambat itu, ada sebuah bunga berwarna merah dengan tangkainya yang langsung dari tanah. Blood spider Lily, bunga dengan mahkota bunga yang berbentuk jari-jari panjang. Atau dalam bahasa Jepang disebut Higanbana, bunga yang melambangkan kematian."Awas!" Ia langsung menerjang dan menggendong wanita tadi saat akar gantung milik pohon sihir hampir mengenainya."Manusia sialan!" umpat pohon beringin. Mereka langsung melesat pergi meninggalkan pohon beringin di tingkat mistis penuh it
"Oh kalian mau cari bahan obat?" "Tidak, kami di sini untuk menghafal jenis-jenis tanaman obat," jelas Mala membuat Akara mengingat kembali betapa tebalnya buku tanaman obat yang diberikan oleh mama Lia untuk dihafalnya. Ia juga jadi sedih, rindu kepada mama Lia yang selalu menemani dan mengajarinya berbagai hal."Akara kenapa?" "Tidak, hanya saja teringat saat-saat aku latihan dulu ahaha. Sama seperti kalian, harus menghafal berbagai jenis tanaman," "Apa yang kalian lakukan di sana!? Cepat lakukan tugas kalian!" seru salah seorang laki-laki."Maaf senior!" jawab Mala dan kawan-kawan. "Kami pergi dulu Akara!" Mereka kemudian pergi dan Akara melanjutkan berkeliling kota, melihat-lihat berbagai tanaman obat. Tidak lama kemudian ia bertemu dengan tetua Dong Waru dan beberapa siswanya."Akara! Sudah aku duga kamu juga di sini! Ada sesuatu yang ingin dibicarakan denganmu," ucap pria paruh baya bertubuh gemuk itu.
Sania kemudian melancarkan tendangan ke arah leher, sedangkan Akara menggenggam lengan laki-laki itu dengan kedua tangan. Tendangan Sania begitu kuat hingga menyebabkan hembusan angin, namun laki-laki itu tidak bergeming sama sekali. Sania mulai panik, namun Akara mengeluarkan aura ranahnya, lalu memfokuskan api mutasi pada tangannya."Api Surgawi!?" Laki-laki itu cukup terkejut dan langsung mengayunkan tangannya untuk melempar Akara. Akan tetapi, ia gagal karena genggaman kedua tangan Akara cukup kuat. Kini api membakar lengannya dan ia mulai panik.Melihat musuhnya lengah, Sania mengaitkan kedua kakinya pada lengan laki-laki itu, melepaskan cekikan dan berayun ke belakangnya. Ia mengunci satu tangannya dan mengacungkan belati di leher laki-laki itu."Lepaskan!" ucap Sania dengan pelan, namun begitu mengancam. Dengan terpaksa laki-laki itu melepaskan cekikannya dan Akara langsung batuk karena kehabisan napas. Kini jubah di lengannya sudah terbakar, memper
Komo berubah menjadi ukuran semula, menghantam hutan hingga menumbangkan pohon-pohon kecil. Ia langsung mengaktifkan aura mistisnya dan membuat beberapa kristal berukuran besar. Akan tetapi, ia langsung terdiam saat melihat ke arah pohon beringin berada."Kenapa kau bengong!? Ayo!" Akara berlari, melompati Komo dan anehnya ia terkejut hingga tersungkur. Setelah itu Komo meluncurkan satu kristal dengan sangat cepat."Lha kok ilang!?" Akara langsung berdiri, melihat kristal milik Komo menancap di tanah, namun di sana tidak ada pohon beringin tingkat mistis sebelumnya."Mungkin bersembunyi!" Komo juga ikut heran, ia kini membuat puluhan kristal kecil dan menghujani seluruh area di sekitarnya. Kekuatan yang begitu mengerikan, bahkan menembus pepohonan. Akan tetapi, pohon beringin masih saja tidak muncul."Jangan buang-buang energi!" Akara melompat, memukul kepala Komo dengan cukup kuat. Komo berubah mengecil kembali, lalu mereka berkeliling area
Kristal besar meluncur dengan sangat cepat, menembus akar yang menjalar, bahkan hampir mengenai ketiga siswa akademi Amerta itu."Apa itu!?""Kristal!?" Mereka kebingungan dan fokus pada kristal besar itu, lalu terkejut saat melihat dua orang keluar dari jeratan kubah akar...Beberapa saat sebelumnya, setelah meluncurkan kristal, Komo kembali mengecil karena lubang keluar tidak muat baginya. Walau begitu, mereka tetap tidak akan sempat keluar dengan kecepatan Akara. Padahal ia sudah membuka aura ranahnya dan menguatkan tubuhnya dengan api Surgawi. Tanpa mereka sangka, seorang gadis dengan rambut kucir kuda ternyata melesat dari bawah dengan cepat, meraih tangan Akara hingga mereka berhasil keluar di detik-detik terakhir. Gadis itu selalu mengikuti Akara dari awal, ia menyelinap begitu sempurna di balik pepohonan.Tatapan kesal para siswa terhadap Akara langsung teralihkan saat melihat kecantikan Sania, mereka benar-benar terpana dengan gadis
"Sania, bantu lindungi aku!" Akara mengeluarkan auranya, kini energi dinginnya muncul hingga membuat air yang ia lewati membeku. Kembali membuat kabut sebelum menyalakan aura alkemisnya. Setelah cahaya ungu cerah terpancar di bawahnya karena Aura Alkemis, mengulurkan tangan kanannya ke depan, menyelimutinya dengan energi dingin. Tangan kanannya dengan cepat diselimuti oleh kristal es seperti sebelumnya, berbentuk cakar tajam hingga lengannya. Disusul oleh kristal es berbentuk batang merambat yang berduri, melingkar di lengannya dan menuju telapak tangan. Energi yang begitu dingin itu sampai mempengaruhi api milik Leda Kentos, apinya kini jadi tidak stabil."Bocah itu!?" Ia lalu memadamkan apinya setelah melihat Akara, kemudian terbang mendekati temannya yang terjebak.Kini di telapak tangan Akara ada kristal es berbentuk bunga Spider blood Lily yang masih kuncup, lalu api di tangan kirinya. Ia alirkan energi api tadi ke dalam Spider blood Lily es di tangan kanan, s
Kedua siswa termasuk Leda Kentos tercengang dan tidak bisa berkata apa-apa. Setelah itu api surgawi menyebar dan membakar semua akar.Jangankan akar yang terkena langsung, gelombang energi yang disebabkan oleh ledakan saja bagaikan angin yang sangat besar. "Apa-apaan itu!?" seru Komo sambil menatap Akara dengan ngeri."Jadi saat itu ulahmu?" Sania mengingat kembali ledakan yang sama setelah pertempuran Lina dan pangeran Bram Bidara. Ledakan yang sama persis yang membakar hutan saat itu, namun saat itu hanya api berwarna biru saja.Setelah akar-akar itu hampir seluruhnya terbakar, nampaklah sebuah lubang besar yang disebabkan ledakan Higanbana. Lubang yang mengarah ke bawah, kini nampaklah cahaya oranye dari aura sang pemilik domain."Manusia sialan!""Itu dia!" Leda Kentos langsung melesat, diikuti satu temannya yang bisa terbang. Ia membuka Aura ranah dan membuat api di kedua tangannya, memanfaatkan api Surgawi untuk menguatkan