Hampir dua bulan berlalu sejak pesta pernikahan dan pasangan pengantin baru itu pun akhirnya pulang dari bulan madunya keliling Eropa. Semua anggota keluarga pun menyambutnya dengan sumringah, terutama Aula dan Juna yang sudah sangat merindukan Selina. "Akhirnya kalian pulang juga, Ibu sangat merindukanmu, Selina!" "Aku juga, Ibu!" Selina dan Aula berpelukan begitu erat dan mereka pun menghabiskan waktu bersama beberapa hari setelahnya. Dhexel dan Selina sendiri juga sudah pindah ke rumah baru mereka di mana Dhexel dan Selina hanya tinggal berdua saja bersama dengan pelayan. Dhexel sendiri sebenarnya sudah mengajak Aula dan Juna untuk tinggal bersama tapi mereka menolaknya. Bagi Aula, kehidupan rumah tangga akan lebih sehat kalau hanya ada satu kepala keluarga di dalamnya yaitu Dhexel. Biarkan mereka mengatur rumah tangga mereka dengan cara mereka sendiri. Dan pikiran itu sama seperti yang Rebecca pikirkan. Walaupun begitu, Dhexel dan Selina sangat sering mengunjungi rumah Aula
"Aku ingin menjadi badut lagi di depan The Market Suka-Suka!" Dhexel langsung membelalak mendengar permintaan Selina yang begitu mustahil. Tiga bulan awal kehamilan, Selina jalani dengan cukup sulit karena Selina terus muntah, tapi memasuki bulan keempat, Selina sudah mulai aktif. Selina pun mulai ngidam, tapi bukan ngidam makanan, melainkan ngidam beraktivitas, seperti bersepeda atau joging. Tentu saja itu masih normal saja walaupun Dhexel tetap tidak menurutinya sampai Selina terus mengomel, tapi sekarang di umur kehamilan Selina yang masuk bulan kelima, permintaan Selina makin aneh."Mana bisa kau menjadi badut lagi, Sayang? Pertama karena promosinya memang sudah tidak memakai badut, dan yang kedua kau sedang hamil, Selina," sahut Dhexel sabar. "Memangnya kenapa kalau aku sedang hamil? Aku kan tetap bisa memakai topeng monyetnya. Lagipula kau kan CEO-nya, adakan lagi promosi dengan badutnya." "Tidak bisa, Sayang! Sudah berbeda sekarang." "Apanya yang berbeda, Dhexel? Aku mau
"Untung saja kau masih perawan, penipu sialan!" "Kau yang sudah mengambil keperawananku, pria sialan!" "Kau yang sudah menipuku dan bukankah ini yang kau inginkan, hah? Kalau bukan karena obat terkutuk itu, aku juga tidak akan sudi menyentuhmu! Sekarang katakan siapa yang menyuruhmu melakukannya?" Dhexel menggeram kesal sambil melilitkan handuk besar di pinggangnya untuk menutup bagian sensitifnya."Pikir saja sendiri! Pria brengsek sepertimu pasti mempunyai banyak musuh!" sahut Selina berapi-api. Selina Thomas, seorang wanita cantik yang sudah mengalami banyak kesulitan dalam hidupnya, sampai ia rela melakukan pekerjaan apa saja demi mendapatkan uang, termasuk menipu orang. Bahkan ia sudah biasa memainkan banyak peran dalam hidupnya, mulai dari peran sosialita sampai gadis urakan. Bukan profesi yang membanggakan, namun dari sanalah ia bisa mendapatkan biaya pengobatan ibunya, biaya hidup, sekaligus melunasi hutang yang ditinggalkan oleh ayahnya. Sampai suatu hari ia mendapat tu
Selina terus menghembuskan napas lega saat ia sudah ada di dalam taksinya. "Untung saja aku sempat mengambil uang di dompet CEO sialan itu jadi aku bisa naik taksi dan tidak perlu berlari sejauh itu."Selina tersenyum senang sambil membuka tas selempangnya yang cukup besar dan mengeluarkan segebok uang kertas. "Woah, bagaimana uang sebanyak ini bisa kau simpan di dalam dompet sekecil itu? Benar-benar seperti kantong doraemon!" Selina terkikik senang lalu memasukkan kembali uang ke dalam tasnya. Selina sempat melirik kaca spion di mana pak sopir taksi sedang meliriknya dengan penuh tanya. Selina yang menyadarinya pun langsung berhenti tersenyum dan berdehem seolah tidak terjadi apa-apa. "Hmm, berhenti di depan saja. Aku turun di sini." Selina pun langsung mengeluarkan uangnya dan memberikan pada sopir taksi itu. "Ambil saja kembaliannya, aku sedang baik hati," kata Selina sebelum ia turun dari taksi. Setelah taksinya pergi, Selina pun kembali terkikik seperti orang gila. "Ah, me
"CEO Harris Wijaya Grup, Dhexel Harris Wijaya tertangkap kamera sedang tidur bersama seorang wanita di sebuah kamar hotel mewah pagi ini." "Para klien dan investor yang sempat bekerja sama dengannya pun kini mulai mempertanyakan reputasi baik dari Sang CEO yang disebut hanya settingan selama ini." "Beberapa saham di bawah Harris Wijaya Grup pun secara mengejutkan langsung terpengaruh sejak berita ini diturunkan." Suara pembawa berita itu tidak berhenti terdengar di rumah keluarga Dhexel sampai kedua orang tua Dhexel, Dexter dan Rebecca pun menjadi cemas mendengarnya. Bahkan Rebecca terus menelepon Dhexel namun anaknya tidak kunjung menjawab teleponnya. Sampai tidak lama kemudian, suara mobil berhenti terdengar di depan rumah dan Rebecca pun langsung berlari keluar. Marlo sendiri menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah besar yang merupakan rumah keluarga Harris Wijaya dan Dhexel langsung melihat ibunya di sana. "Dhexel, kau sudah pulang? Kau baik-baik saja? Mama sudah melihat
"Itu ... aku menjaga gudang. Ya, kebetulan aku diminta membantu temanku untuk menjaga gudang bosnya jadi aku terima saja, karena itu aku tidak pulang," dusta Selina dengan perasaan yang tidak karuan. Selama ini Selina selalu berbohong bahwa ia bekerja serabutan di sebuah toko pecah belah dan mengambil banyak pekerjaan sampingan lain sampai Aula tidak mengerti apa saja yang Selina kerjakan, hanya saja, Aula selalu percaya pada anaknya itu yang jujur dan bisa menjaga dirinya sendiri. "Syukurlah kalau kau mendapat pekerjaan bagus, Selina," sahut Aula akhirnya. "Ah, iya, Ibu! Tapi ayo makan saja! Ayo, Juna, makan!" Selina memaksakan tawanya seolah ia begitu bahagia, dan tawa itu pun membuat Aula dan Juna ikut tertawa sampai perasaan Selina menjadi sedikit lebih baik, walaupun tetap saja ada rasa sakit di hatinya karena ia sudah membohongi keluarganya. Beberapa hari berlalu dan Selina kebetulan tidak bekerja hari itu pun mengunjungi Bora, sahabatnya. Seperti biasa, saat sama-sama sed
Jantung Selina masih berdebar tidak karuan melihat Dhexel di sana. Selina pun menelan salivanya dan langsung membalikkan tubuhnya membelakangi Dhexel. "CEO itu di sana, Bora. Aku harus pergi!" "CEO siapa? Apa maksudmu, Selina?" "Yang tidur denganku." Bora memiringkan wajahnya menatap Dhexel yang sedang memicingkan matanya menatap Selina dan Bora pun seketika juga membelalak. "Tunggu dulu! Maksudmu CEO yang tidur denganmu itu adalah dia? Dhexel Harris Wijaya?" "Apapun itu namanya tapi dia yang tidur denganku, Bora, dan aku harus pergi!" "Tapi bagaimana dengan pekerjaannya, Selina?" "Tolong bantu aku, Bora! Aku tidak tahu bagaimana dengan pekerjaannya, tapi yang jelas aku tidak boleh sampai tertangkap atau aku akan masuk penjara! Aku pergi dulu, Bora!" Dengan cepat Selina pun pergi dari Bora dan Dhexel yang melihatnya pun menegang. Tadinya Dhexel masih mengobrol dengan rekan bisnisnya sampai tatapannya bertemu dengan tatapan wanita penipu itu dan Dhexel pun langsung mengejarny
"Kau?" Dhexel dan Selina masih saling menatap dengan kaget. Bukan hanya Dhexel yang kaget, namun Marlo juga sudah membelalak melihat wanita yang sudah menipu Dhexel itu. Sedangkan Selina sudah panik luar biasa. Selina mendadak gemetar, ia ingin kabur lagi tapi ia tidak bisa kabur karena ibunya sedang dirawat. Namun Selina tidak mau sampai Ibu dan adiknya mengetahui apa yang sudah ia lakukan. Dhexel sendiri sudah menatap Selina berapi-api dan Dhexel masih kesal luar biasa pada Selina yang berhasil membuat Dhexel cukup lama tersiksa oleh berita skandal itu. Ditambah lagi Selina yang mendadak muncul di pesta kemarin lalu menghilang begitu saja. "Akhirnya aku menemukanmu lagi, wanita..." Belum sempat Dhexel menyelesaikan ucapannya namun Selina yang panik langsung bersuara dengan lantang. "Ah, jadi kau yang menyelamatkan ibuku, Pak? Terima kasih banyak, tapi bisa kita bicara di luar saja? Tidak enak di sini banyak orang sakit! Haha! Ibu, Juna, Kakak keluar dulu untuk bicara dengan B