"Maafkan aku Sandra!" gumamnya sembari memejamkan mata.
Sebelum kemudian beranjak berdiri dan berjalan menuju kamar sahabatnya.
Tok ... tok ... tok!
"San, apa aku boleh masuk?!"
"Masuk aja Ta, pintunya nggak dikunci!" saut Sandra dari balik pintu.
Ceklek-
"Ada apa Ta?!" tanya Sandra setelah Juwita berhasil membuka pintunya.
"Boleh aku minta tolong?" tanya Juwita dengan sedikit ragu-ragu.
"Minta tolong apa sih Ta? Ngomong aja sih!"
"Ehm ... sebenarnya aku telah berjanji dengan seseorang untuk mengambil pesanan baju dibutik tapi perutku sakit. Apa kau bisa mengambilnya untuk ku?!"
"Perutmu sakit Ta? Bagaimana bisa, sudah menghubungi dokter belum?! Kalo belum biar aku yang menghubungi dokternya!" ujar Sandra dengan wajah yang terlihat panik.
"Sandra tenang dulu, aku udah nggak papa. Aku hanya
Sandra mengerjapkan mata perlahan menyesuaikan dengan cahaya yang ada. "Di mana aku?!"Sekelebat ingatan beberapa waktu lalu saat mobilnya dihadang orang tak dikenal, hingga ia tak sadarkan diri.Bola mata Sandra membeliak sempurna, hingga ia membekap mulutnya sendiri, tak percaya melihat keadaan kamar yang ia tempati saat ini."Ini kamar siapa? Kenapa begitu banyak fotoku di sini?!" monolognya seakan tak percaya dengan apa yang telah ia lihat.Dengan kepala yang masih terasa berat, Sandra mencoba untuk bangkit dari tempat tidur. Melangkah mendekati sebuah figura berukuran besar yang menampilkan dirinya dengan senyuman manis. Kalau Sandra tidak salah ingat foto ini diambil belasan tahun lalu saat ia menghadiri pesta ulang tahun perusahaan Ramiro.Tapi siapa yang meletakkan foto dirinya di tempat ini? Mungkinkah ia mengenali orang itu? Berbagai macam pertanyaan berkecamuk di dalam benak Sandra."Aneh, kenapa banyak sekali fotoku di sini
Sudah 40 menit berlalu dari perdebatan antara dirinya dengan Tuan Jordan tadi. Tetapi Sandra masih betah berada di posisinya, duduk di lantai dengan memeluk lututnya sendiri sembari menangis.Pemandangan itu sungguh mengiris hati Tuan Jordan, melihat wanita yang dicintainya menangis sungguh membuatnya tersiksa. Tidak ada percakapan lagi di antara mereka hanya keheningan dan suara isak tangis Sandra yang lebih mendominasi. Sebelum akhirnya Tuan Jordan membuka suara-"Tetaplah di sini dengan nyaman, aku akan segera kembali!" pamitnya kemudian beranjak pergi setelah mengusap lembut pucuk kepala Sandra.Setelah kepergian Tuan Jordan, ingatan Sandra kembali pada kejadian silam tentang perlakuan kasarnya terhadap putri kandungnya sendiri yang tak lain adalah Bening.Apakah ada sekelumit penyesalan yang terbesit di dalam hati Sandra tentang perlakuannya kepada putrinya dulu?Hati kecil Sandra ten
Detak jantung Tuan Jordan berdetak lebih cepat dari biasanya setelah menemukan sesuatu yang tak pernah ia sangkah sebelumnya. Antara senang, sedih dan haru bercampur jadi satu saat ini.Benar kah semua kenyataan ini. Bahwa sesuatu telah lama dicarinya ternyata ada di dalam rumahnya sendiri tanpa ia sadari sebelumnya."Mungkin kah Sari adalah putriku dengan Sandra?!" monolognya dengan tangan yang masih gemetar menggenggam foto Sandra."Ya Tuhan, aku tidak menyangkah telah menjadikan putriku pembantu di rumahku sendiri!"Selain rasa bahagia yang melingkupi hatinya Tuan Jordan juga merasa sedih karena melihat putrinya berkerja sebagai seorang pembantu. Apalagi pembantu di rumahnya sendiri. Bayangan saat istrinya memarahi gadis itu karena tidak becus bekerja kembali menari di ingatannya.Karena selama ini memang Nyonya Diana lah yang terkenal galak dan sering memarahi para pekerjanya. Tetapi setelah mengetahui kenyataan ini Tuan Jordan berjanji k
"Aku sudah menemukan putri kita!" tutur Tuan Jordan dengan penuh rasa percaya diri. "Dan itu berarti, kita bertiga bisa hidup bersama," imbuhnya dengan penuh harap.Sandra mencebik, seulas senyum sinis terlukis di bibirnya. "Aku tidak peduli! Apalagi tertarik dengan ide konyolmu itu. Yang aku inginkan hanyalah keluar dari tempat terkutuk ini!" ucapnya dingin. Seakan pernyataan Tuan Jordan tadi tak ada artinya bagi dirinya."Kau ...!" Tuan Jordan berusaha menahan geram. Bagaimana pun juga ia tak mau terpancing emosi. Memang tidak mudah untuk menaklukkan wanita seperti Sandra. Jadi ia harus lebih bersabar jika ingin menggapai tujuannya.Sedangkan Sandra memang sengaja memancing emosi pria yang kini terlihat mengepalkan kedua tangan-nya itu. Terlihat sekali bahwa pria itu setengah mati sedang menahan emosi."Sudah ku bilang beribu kali padamu untuk menjauhiku. Terserah jika kau ingin tinggal bersama anak itu,
"Pa-papi kenapa me-?""Diam kamu!" Tuan Jordan menggeram marah, sorot matanya seakan ingin membunuh orang saat ini."Hiks ... hiks ... ma-maaf! Bening tidak sengaja!" isak Bening ketakutan karena untuk pertama kalinya ia melihat Papi mertuanya marah hingga seperti ini.Sedangkan Citra yang merasa kesakitan hanya mampu berdiam diri ketakutan karena melihat kemarahan majikannya tadi meskipun itu dimaksudkan untuk membela dirinya."Tidak sengaja kau bilang! Lihat hasil dari perbuatanmu! Kau membuat Sari terluka sampai seperti itu, hah!" bentak Tuan Jordan bahkan ia hampir saja melayangkan tamparan keduanya."Ahh ...!" jerit Bening menutupi wajahnya dengan tangan.Namun, tiba-tiba Tuan Jordan menghentikan aksinya itu dengan menggantungkan tangannya di udara saat melihat Bening sangat ketakutan."Masuk ke dalam kamarmu, aku tidak mau melihat wajah bodohmu itu l
"Ini informasi yang loe cari!"Raka melemparkan amplop berwarna coklat ke atas meja kerja Arga. Hingga membuat pria itu mengangkat kepalanya dari berkas-berkas yang menjadi fokusnya sejak pagi."Oh, jadi loe udah dapetin yang gue mau. Baiklah mari kita lihat apa yang ada di dalam amplop ini."Arga membuka amplop tersebut dan mengeluarkan semua isinya. Terdapat 5 lembar kertas yang berisi tentang informasi mengenai Ibunya Bening. Di situ tertulis lengkap awal keberadaan Ibunya Bening hingga info tempat tinggalnya sekarang."What! Ini kan germo yang ngejual Bening kepada Mommy waktu itu?!" ucap Arga tak percaya dengan informasi yang baru didapatkannya."Iya dan ternyata mereka sahabat karib," jawab Raka. Pemuda itu terlihat mengambil tempat di depan Arga sehingga mereka sekarang saling duduk berhadapan."Gila! Bagaimana bisa seseorang menjual putri kandung dari sahabatnya se
Di apartemen milik Tuan Jordan, Sandra yang telah berhasil mendapatkan kembali ponselnya segera menghubungi sahabatnya Juwita. Agar segera dapat bertukar kabar dan meluapkan kerinduan-nya."Kau di sana baik-baik saja 'kan, San? Tuan Jordan tidak memperlakukanmu dengan buruk 'kan? Aku sangat mengkhawatirkanmu!" Itulah kalimat pertama yang Sandra dengar saat telfon-nya sudah tersambung dengan Juwita.Ternyata benar dugaannya, jika sahabatnya itu sangat mengkhawatirkan-nya."Iya Ta, aku baik-baik saja. Sangat baik malah. Jadi tidak usah terlalu mengkhawatirkan aku seperti itu," jawab Sandra."Tidak khawatir bagaimana jika mengetahui kau sekarang berada di kandang macan!" saut Juwita tak terima. Ada nada gusar di setiap perkataan-nya."Bisa aku tebak sekarang kau sedang duduk di bawah jendela dengan menggigit jari telunjukmu. Aku sudah sangat hafal dengan kebiasaanmu jika sedang cemas itu," te
"Bagaimana kabarmu hari ini Sari? Apa harimu menyenangkan?!" tanya Tuan Jordan kepada gadis yang masih duduk di sofa dengan ketakutan akibat menyaksikan pertengkaran dua majikannya tadi."Sa-saya baik-baik saja Tuan!" gagap Sari.Mendapat perlakuan manis dari sang majikan tidak membuat gadis itu menjadi senang tapi malah ketakutan. Karena menurutnya perlakuan sang Tuan tadi tak lazim untuk seorang pembantu macam dirinya.Entah apa motivasi sang majikan memperlakukan dirinya sebaik ini. Boleh kah dirinya merasa curiga karena perubahan sikap Tuan tersebut."Bagaimana dengan lukamu. Apa masih sakit?!""Tidak Tuan, mungkin akan mengering dan sembuh dalam beberapa waktu ke depan." Gadis itu beringsut takut saat Tuan Jordan semakin dekat mengambil tempat di sisi gadis itu.Tuan Jordan yang mengerti tentang keengganan gadis itu untuk didekati pun menahan dirinya. Walaupun ia suda